TDBB - Empat Puluh Dua

24.5K 2.1K 226
                                    

Bintangnya jgn lupa dipencet yakk...

"Makasih udah dianterin pulang," ujar Viona melepas sabuk pengamannya.

"Duh, lo masih ketus aja," balas Kenzo yang juga membuka sabuk pengamannya.

"Biarin, kamu pulang aja sana!"

"Lo nggak ada basa-basi buat ngajak gue masuk gitu?"

"Dih, ngapain juga," ujar Viona dengan ketus.

"Iya, iya, gue pulang. Belajar yang bener." Kenzo mengacak rambut Viona sebelum akhirnya keluar.

"Dadah, sayang!" ucap Kenzo sambil berlari dengan kencang menuju keluar gerbang rumah Viona.

"Sayang! Sayang otak lo melayang," gerutu Viona sambil menutup pintu mobil. Tak dipungkiri jika pipinya merasa panas.

Pasti mukanya memerah akibat ucapan dari Kenzo tadi.


Sialan, dia tersipu malu.


Sedangkan Kenzo masih berdiri didepan gerbang rumah Viona, mukanya juga ikut memerah.

"Duh, malu anjir. Gue yang ngomong masa gue juga yang baper," rutuk Kenzo dengan tidak tenang seraya menunggu Galang mengantar motornya.

Kenzo mengipas-ngipasi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, berharap wajahnya kembali normal.

"Lama banget sih, lo!" teriak Kenzo dengan kesal ketika Galang sudah ada didepannya.

"Ya sabar dulu, elah. Gue nungguin si Aiden isi bensin," jawab Galang yang ikut kesal.

"Muka lo kenapa merah gini, dah?" tanya Galang memperhatikan wajah Kenzo.

"Gue kepanasan."

"Perasaan cuaca gak terik malah agak mendung, panas dari mananya?"

"Panas dari hati," ketus Kenzo yang sedang memasang helm dan bersiap pergi.

Melihat itu Galang gelagapan takut dirinya ditinggal. "Eh, eh lo mau kemana? Si Aiden belum nyampe, dodol!"

"Tuh, bentar lagi dia nyampe. Gue duluan, bye!" Tanpa menunggu respon dari Galang, Kenzo segera menancap gas meninggalkan temannya itu.

"

Sialan! Bilang makasih kaga! Ditinggal iya!" umpat Galang.


Sampai akhirnya Aiden datang, Galang melampiaskan rasa kesalnya itu.

"Lama bener, dah!" semprot Galang kepada Aiden seperti dirinya di semprot oleh Kenzo tadi.

"Sorry brader, gue kesasar," balas Aiden seraya menyengir tanpa dosa.

"Goblok!"

"Gue kesusahan nyari alamat kek lagunya Ayu Ting-ting. Yang ini lho, dimanaaa~ dimana, dimanaaa~ ku haruuus~ mencari dimanaa-

"Stop! Stop gak usah dinyanyiin segala," sanggah Galang menghentikan nyanyian Aiden.

Aiden tersenyum gaje. "Yok jalan," ajaknya kepada Galang.

"Eh, rumah si Viona yang mana? Gue belom tau," tanya Aiden setelah meninggalkan perumahan tadi.

"Yang kita berdiri tadi itu rumahnya si Viona. Lo kenapa nanya-nanya? Mau nikung si setan?" tuduh Galang dengan seenak jidatnya.

"Heh! Gue udah punya pujaan hati, setia gue mah orangnya gak kayak, lo."

"Gak dengar, gue gak dengar. Gue pake kacamata," ucap Galang dengan asal.

"Apa hubungannya, kampret!" sahut Aiden dengan kesal.


~oOo~


Tak terasa hari ini adalah hari terakhir Ujian Nasional diselenggarakan, mata ujian hari ini adalah pilihan jurusan masing-masing.

Kenzo dan dua orang temannya memilih Ekonomi, alasannya karena mereka akan jadi pebisnis yang sukses dengan pertimbangan ekonomi yang sehat.

Halah, mereka terlalu berekspektasi diawal. Tapi tidak ada salahnya mengamininya.

Amin!

Setelah berkutat selama 2 jam menjawab semua soal, akhirnya perjuangan mereka selesai.


Sebelum pulang semua siswa dan siswi disuruh berkumpul dilapangan upacara, kepala sekolah mengucapkan selamat atas ujian yang telah selesai dan berdoa agar nanti hasilnya sangat memuaskan.


Walaupun penentu kelulusan bukan nila UN melainkan nilai UASBN, tapi nilai UN sangat penting bagi siswa untuk masuk perguruan tinggi.


Setelah mendengar arahan serta nasehat, dilakukan doa bersama.

"Lo kenapa sih ngelihat gue segitunya dari tadi?" tanya Viona setelah barisan dibubarkan kepada Rara.

Rara terlihat ragu. "Emm, gak apa-apa sih," jawabnya tidak yakin.

"Ada yang mau lo omongin?"

"Di rumah lo tapi," usul Rara setelah mengangguk.

"Sip! Tapi kita beli makan dulu."

"Drive thru aja deh biar cepat."

Setelah kira-kira 45 menit kemudian Viona dan Rara sampai di rumah Viona.

"Makan di kamar gue aja, yuk langsung keatas," ajak Viona ketika Rara akan menuju sofa.

"Boleh juga," sahut Rara dengan riang.

"Sebenarnya lo mau ngomong apasih?" tanya Viona sambil mengunyah ayamnya.

Rara menelan makanannya. "Makan dulu, gue laper banget."

"Bukan lo banget ngulur-ngulur waktu, biasanya juga gak sabaran," dumel Viona dengan kesal. Bisa-bisanya dirinya dibuat penasaran oleh Rara.

"Lo jangan syok dan jangan jantungan ya," kata Rara memulai percakapan setelah selesai makan.

"Ada apasih ini?"

"Semalam kan gue pergi ke minimarket, terus-"

"Apaan? Malah berhenti," omel Rara yang semakin membuat dirinya penasaran.

Rara memilih meraih hp dan mengutak-atiknya sebentar.

"Nih!" Rara menyodorkan sebuah foto.

Di foto itu terlihat Kenzo bersama seorang cewek yang tengah bersandar dibahu cowok itu.

"Woah-" Viona tidak bisa berkata-kata melihat foto ini.

Rasa amarah memuncak dari dalam dirinya. Panas dingin menyergap di sekujur tubuhnya. Jantung Viona mulai memompa tidak beraturan.

"Send foto ini ke gue, Ra. Benar-benar anjing nih cowok," umpat Viona dengan kasar.

"Bukannya gue bermaksud adu domba lo sama Kenzo, Vi," ujar Rara dengan pelan.

"Alangkah bagusnya lo kasih tau gue, Ra. Cukup sudah gue diem pas tau dia lagi jalan sama cewek lain. Dikasih hati malah ngelunjak nih orang."

"Awalnya gue mau beli cemilan, tapi gak jadi karena mereka duduk di depan minimarket itu, sebelum nyuruh supir gue jalan, gue fotoin biar kasih bukti ke, lo," Ungkap Rara menjelaskan perihal bagaimana dia mendapatkan foto itu.

Viona merasakan hatinya sakit saat melihat itu.

Dia cemburu?

Iya! Cewek mana yang masih berpikiran positif ketika melihat foto cowoknya lagi sender-senderan berduaan dengan cewek lain?

"Hati gue sakit banget, njir. Huaaaa! Mamaaa!" teriak Viona menangis dengan keras.

Melihat itu Rara ikut menangis, entah karena terbawa suasana atau merasa bersalah, pokoknya dirinya ikut meneteskan air mata.

"Udah, Vi. Labrak aja, percuma aja mau nangis darah sekalipun udah kejadian juga," hibur Rara sesekali mengusap bahu sahabatnya itu.

Mendengar ucapan Rara membuat Viona tersadar dan menghapus air matanya dengan kasar.

"Oh iya, bodoh banget ya gue," lirih Viona.

"Enak di dia dong, sedangkan dia asyik-asyikan sama cewek lain sedangkan gue malah nangis gak jelas. Belum tau aja gue siapa," murka Viona.

Rasa marah dan sakit hati memenuhi rongga dada Viona saat ini. Untung saja Rara memberitahukannnya setelah ujian selesai.

Bisa berabe ujiannya kalau dia tau ini dari semalam, rusak nilai ujiannya hanga karena urusan percintaan.


Dengan segera Viona mengambil Hp dan menghubungi Kenzo.

Terdengar nada sambung tapi panggilannya tidak diangkat.

'apa dia lagi sama cewek itu?' tanya Viona dalam hati.

5 kali dia mencoba menghubungi Kenzo, tapi tak juga diangkat.

"Anjing! Tetap gak diangkat," umpat Viona

Akhirnya Viona memilih mengirim foto itu ke chat whatsApp Kenzo.

Dia penasaran menunggu reaksi cowok brengsek itu. Pasti bagai langsung tersambar petir.


Viona dengan gelisah menunggu ceklis biru pada chat-nya.

"Lo pulang aja deh, Ra. Bukannya gue ngusir, tapi biar gue hadapi tuh iblis tanpa ampun," pinta Viona agar dirinya bebas melampiaskan amarahnya.

"Lo beneran gak apa-apa gue tinggal? Sekali lagi maaf ya, gara-gara gue-"


"It's ok, Ra. Gue malah berterima kasih sama lo."

"Gue pamit ya, Vi," kata Rara yang bersiap untuk pulang.

Sepeninggal Rara, Viona kembali mengumpat kasar. Menyumpah serapahi Kenzo dengan kata-kata mutiara.

"SEHARUSNYA GUE GAK BOLEH NARUH HATI KE DIA!" teriak Viona dengan keras, untung saja Mama dan Kakaknya sedang tidak ada dirumah.

"Aarrggghhh! Gue bego banget!"


"Sialan banget tuh cowok!" Viona merasa dipermainkan oleh Kenzo.

Tak seharusnya dia menerima kehadiran Kenzo, seharusnya dia tetap menolak dan bersikap berontak, bukannya malah luluh dan menaruh hati.

~oOo~


The DEVIL Bad Boy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang