TDBB - Tiga Puluh Sembilan

23.9K 1.9K 94
                                    

Angin malam berhembus pelan dan terasa menusuk di kulit. Rasa dingin dari hembusan angin ini tak membuat kedua remaja itu beralih kedalam rumah, mereka tetap duduk berdampingan diteras rumah.

"Enak banget ya? Sampai belepotan gini. Inget, lo udah bukan bocah lagi," tegur Kenzo yang langsung membersihkan sudut bibir Viona.

"Biarin dah, yang penting ayam dulu," ujar Viona yang masih sibuk menikmati satu box ayam KFC yang tadi dibawakan Kenzo.

Saking sukanya sama ayam, Viona dari tadi hanya menikmati sendirian, bahkan mampu menampung lebih banyak lagi ayam untuk masuk kedalam perutnya.

"Maaf ya tadi siang ninggalin lo gitu aja," tutur Kenzo yang masih menatap Viona yang menikmati ayamnya.

"Gak apa-apa, kan katanya ada urusan," jawab Viona sebisa mungkin bersifat cuek dan tidak kepo.

"Emang urusan apa sih?" tanya Viona yang tergoda untuk bertanya lebih.

Kenzo tak langsung menjawab, cowok itu terdiam sesaat.

"Penting," jawabnya singkat.

Viona membulatkan bibirnya seraya mengangguk.

Ternyata cewek itu penting, pikirnya.

"Nyokab lo pulangnya masih lama?" tanya Kenzo.

"Mama gak pulang malam ini, katanya mau nemenin Kakak ke Bandung."

"Ooo gitu," ujar Kenzo seraya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Gue boleh nginap, gak?" Perkataan Kenzo membuat Viona menghentikan kunyahannya.

"Hah? Kamu gila ya? Mau dikebiri sama kakak aku?" Viona melotot mendengar perkataan Kenzo.

Kaget? Tentu saja. Viona tidak menyangka Kenzo seberani ini. Coba ngomong langsung sama Kakaknya, apakah masih berani?

"Kamu ada masalah?" Viona memposisikan tubuhnya berhadapan dengan Kenzo.

"Enggak, kenapa lo mikirnya kesana?"

"Ya kali aja, udah pulang sana! Langsung ke rumah tapi!" usir Viona menyuruh Kenzo segera pulang.

"Lo ngusir gue? Tega banget sih!" rajuk Kenzo yang menatap Viona tengah membereskan bekas makanan dan minumannya.

"Bodo amat! Lagian udah malam. Sore kan bisa kesini, kemana aja sih sore ini," sinis Viona.

"Padahal gue kangen, lho."

Brak!

Box serta botol bekas minuman yang sudah ditangannya terjatuh begitu saja.

Viona sangat terkejut dengan apa yang keluar dari mulut Kenzo.

Manis sekali.

Viona memutar matanya malas. "Kamu kenapa jadi manis gini? Pasti ada sesuatu," tuding Viona.

"Ah masa? Teori dari mana?"

"Biasanya kalau seeorang yang kayak kamu itu berubah jadi manis secara tiba-tiba, itu pasti ada alasannya. Bersikap manis buat menutupi kalau kamu itu ada 'sesuatu' dibelakang aku." Terang Viona dengan lugas dan menusuk. Dia masih kesal dengan apa yang dilihatnya didepan toko buku itu.

Kenzo di buat cengo dan terdiam mendengar ucapan Viona yang seperti menyindirnya.

Emang lagi disindir bambang!

"Sensi amat, lagi pms ya? Yaudah gue pulang deh. Semoga gak mimpi buruk," ujar Kenzo yang langsung berdiri dan menaiki motornya.

Sebelum pergi Kenzo membunyikan klakson motornya terlebih dahulu.

Tatapan Viona mengarah pada jok belakang motor Kenzo, ditatapnya dengan penuh kebencian tempat yang di duduki cewek tadi.

"Lo yang mimpi buruk gue! Sebelum tidur aja udah mimpi buruk, gimana nanti udah tidur," gerutu Viona sambil berjalan kearah tempat sampah dengan langkah kaki yang dihentak-hentakkan.

Viona melempar dengan kesal bawaannya yang ditangan ke tempat sampah.

"Mulai besok gue gak bakal mau dibonceng sama tuh cowok. Gue bakal bawa mobil sendiri biar dia gak bisa paksa gue," tekad Viona dengan sungguh-sungguh.

Dia tidak mau duduk ditempat bekasan cewek itu. Sori dori sori stroberi! Iyuuhh!

~oOo~

"Abang! Huaa! Hiks! Hiks!" raungan Alea terdengar disepanjang rumah pagi ini.

Gadis kecil ini langsung menangis ketika tidak menemukan Kenzo didalam rumah.

Penampilannya khas bangun tidur sekali dengan rambutnya yang kusut. Alea berlari dengan tangis yang masih terdengar menuju teras depan, dibelakangnya sang Mama tampak ikut berlari mengikuti anak gadisnya itu.

Didepan rumah Kenzo sedang memanasi motornya sebelum berangkat sekolah, disebelahnya ada Kevan yang nampak tertarik dengan motor abangnya itu.

Terlihat Kevan begitu senang ketika Kenzo meng-gas motornya dan menimbulkan bunyi yang bising.

Kenzo menghentikan aksinya ketika melihat kearah pintu yang memperlihatkan Alea tengah berlari sambil menangis menuju kearahnya, Mamanya nampak khawatir mengejar adiknya itu dari belakang.

Kenzo mematikan motornya ketika Alea sudah berada didekatnya, namun sesuatu yang tak terduga namun sudah biasa terjadi.

Dengan marah Alea langsung menggigit sekuat tenaga tangan Kevan dan langsung membuat bocah laki-laki itu menangis keras.

Kenzo gelagapan melihat situasi ini, ditanbah lagi Kevan menghentakkan tubuhnya dan terduduk dihalaman sambil menangis. Sedangkan Alea ikut menghentakkan tubuhnya tapi bergolek-golek disana.

"Astaga, nak! Malah pada nangis," seru Kinanti melihat sepasang anak kembarnya itu tengah menangis.

"Kevan gak boleh ambil, abang! Hiks hisk hiks!!"

"Abang punya adek pokoknya! Huaaaa!"

"Ken, bantu gendong Alea ya," pinta Kinanti yang tengah meraih Kevan. Jika dia meraih Alea dan Kenzo yang meraih Kevan makin bertambah ngamuk anak gadisnya itu.

"Ssstt! Cup cup cup! Maafin adek ya," bujuk Kinanti seraya mengusap tangan Kevan yang tadi digigit Alea.

"Hiks! Hiks! Sakit," keluh Kevan disela-sela tangisnya.

"Udah-udah, nanti cepat sembuh!" Kinanti mengecup bekas gigitan itu.

Disisi lain nampak Alea dengan erat memeluk leher Kenzo. Gadis itu masih menangis tersedu-sedu.

Kenzo mengawali paginya dengan menggemparkan.

~oOo~

Apa yang Viona ucapkan benar-benar bukan omong kosong. Terbukti hari ini cewek itu membawa mobilnya sendiri.

Setelah memarkirkan mobilnya, Viona lantas menuju kelas yang sudah mulai terisi beberapa orang termasuk Rara yang hari ini datang lebih pagi.

"Tumben datangnya pagi, Bu," sindir Viona ketika sampai dibangkunya.

"Biasa, dijemput Marcel. Sumpah gue masih ngantuk banget, Vi!"

"Begadang, lo?"

"Iya, gue baca novel yang kemaren beli. Ceritanya bikin nagih, makanya gue harus kelarin," ujar Viona yang masih merebahkan kepalanya dimeja.

"Belajar woy! Bentar lagi UN. Gak lulus tau rasa. Batal deh jadi nyonya Pradipta."

Perkataan Viona membuat Rara tidak mengantuk lagi. "Sialan lo, Vi! Inginku berkata kasar."

Viona terkekeh melihat wajah kesal Rara pagi ini. 

~oOo~

The DEVIL Bad Boy [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang