Precautions

2.3K 406 82
                                    

Cassiopeia tidak pernah berteriak. Cassiopeia tidak pernah kehilangan kendali atas temperamen miliknya. Cassiopeia selalu anggun, tidak pernah marah.

Tapi pernyataan Luna menyentuh titik luka yang paling sakit di hati remaja berusia tiga belas tahun tersebut.

Setelah meminta maaf pada Luna dan Rolf, keduanya pergi dari Gaunt Mansion, meninggalkan Cassiopeia dengan tubuh bergetar yang disembunyikan dengan baik.

Cassiopeia jatuh terduduk di lantai ruang tamu saat Scorpius dan Alexander melihatnya. Keduanya mendengar teriakan Cassie saat tengah bermain di ruang keluarga.

Scorpius dan Alexander tidak pernah melihat Cassiopeia kehilangan kendali atas temperamennya, di mata keduanya, Cassiopeia Gaunt adalah sosok kakak perempuan yang patut di contoh. Cassiopeia adalah gadis berbakat, dia dikirimi surat dari Castelobruxo saat berusia enam tahun untuk menjadi murid disana selama satu tahun penuh. Ilvemorny School di Amerika juga mengiriminya surat saat dia berusia delapan tahun, Cassiopeia sangat berbakat hingga dia direkrut oleh Ireland Quidditch National Team di usia sebelas tahun untuk berlatih Quidditch bersama selama musim panas. Cassiopeia adalah tipikal gadis sempurna, dia bahkan mampu membuat dirinya terkenal tidak hanya karena nama besar Ibunya sebagai Ketua Konfederasi Penyihir Internasional termuda dalam sejarah, yang membuat keluarga Gaunt sangat bangga terhadapnya.

Jadi saat Alexander melihat kakak tertuanya itu duduk di lantai dengan rambut acak-acakan serta mata sembab, instingnya mengatakan kalau dia benar-benar harus membunuh orang yang menjadi alasan mengapa kakaknya yang selalu kuat tersebut menitikkan airmata.

"Cass? Cassie ada apa?" tanya Scorpius khawatir, dia menyelipkan helaian rambut kakak perempuannya dan menatap mata hijau kakaknya yang mirip sang Ibu. "Apa terjadi sesuatu? Lippo berkata kalau tadi Bibi Luna dan Paman Rolf datang. Apakah mereka melakukan sesuatu padamu?"

"Katakan Cassie. Apa mereka melakukan sesuatu padamu? Apa yang mereka lakukan? Atau apa yang mereka katakan?" ujar Alexander bertanya dengan nada khawatir, terlihat kerlap membunuh di mata abu-abu miliknya. Cassiopeia yang sedari tadi menahan agar tidak menangis dengan keras, saat menatap dua pasang mata yang identik dengan mata pria itu malah terisak semakin keras. Airmatanya tidak berhenti turun, bulir-bulir bening itu terus berjatuhan di pipinya yang seputih porselen, Cassiopeia ingin bertanya kepada pria yang seharusnya menjadi ayahnya apakah saat Pria itu memutuskan untuk tidur dengan wanita lain, tidakkan Ia memikirkan tentang perasaan sang Ibu? Perasaan Putrinya, Cassiopeia? Tidakkah Ia sedikit saja memikirkan adik-adiknya yang pada saat itu berada di kandungan sang Ibu? Tidakkah semua pelajaran tentang kelas Pureblood yang diajarkan Narcissa Malfoy tidak diingat oleh pria itu? Tidakkah Pria itu mengingat tentang ajaran turun temurun keluarganya? Tentang hakikat dan martabat keluarganya?

"Aku... hiks... aku baik-baik saja, ti-tidak perlu khawatir," Cassiopeia menghapus airmatanya dengan kasar. Memaksa agar bulir bening tersebut berhenti turun, mereka tidak pantas untuk kau tangisi, Cassiopeia! Dia tidak pantas! Pikirnya.

Kedua adik kembarnya membantu Cassiopeia untuk berdiri, Alexander bahkan membantu agar meluruskan kerutan di rok yang dipakai sang kakak.

"Kau benar-benar baik-baik saja?" ulang Scorpius khawatir, Cassiopeia mengangguk dan menghapus airmatanya,

"Aku baik, Scorp, Xan, hanya sedikit emosional tadi." Jawabnya dengan senyuman. Cassiopeia lalu mengelus surai pirang platina milik kedua adiknya, lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Ya, dia benar-benar akan melakukan hal itu!

All I Want (Draco Malfoy Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang