Baskara - 20

8.8K 880 165
                                    

Dewangga melihat arloji hitamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dewangga melihat arloji hitamnya. Ia baru saja menyelesaikan meeting bersama beberapa klien.

"Apa kita langsung pulang Pak?" tanya sekretarisnya.

"Iya langsung pulang aja, tiba-tiba saya sangat rindu rumah." Dewangga mengulas senyum kotaknya yang menawan.

"Baik Pak, mobilnya sudah siap."

Dewangga mengangguk saat sang supir sudah menjemputnya. Ia pun berjalan di depan ditemani sekretaris dan supir yang mengekor di belakangnya. Namun tiba-tiba langkah Dewangga terhenti saat sebuah panggilan terdengar masuk ke ponselnya. Ia mengerutkan kening saat melihat siapa si pemanggil dengan nomor telepon rumah tersebut.

"Ya hallo?"

"Selamat sore Pak, kami dari kantor kepolisian."

Seketika tubuh Dewangga menegang, ia menelan ludahnya perlahan dan mendengarkan bait demi bait kata yang terlontar dari si penelpon. Maka dalam hitungan detik setelah sambungan telepon terputus ia segera berlari menuju parkiran, kedua bawahannya yang tampak bingung pun hanya bisa mengikuti.

☆☆☆

Dingin, lembab, dan bau. Seperti itulah gambaran ruangan kecil di balik jeruji besi yang kini Bima, Ren, dan Teguh tempati.

Saat itu, mereka tidak berhasil melarikan diri dan justru tertangkap dan dimasukkan ke dalam sel sampai ada yang menjemput mereka bertiga. Bima terdiam melamun, pahanya ia jadikan alas bagi sang adik untuk menidurkan kepalanya di sana.

"Gue enggak nyangka mereka beneran ngelakuin ini ke gue," ujar Bima. Tak bisa dipungkiri ia cukup kecewa atas sikap Juna, Bintang, dan juga Kaisar. Bukan hanya membuat Ren menderita, mereka juga dengan teganya meninggalkan Bima dan Teguh seolah mereka tidak mempedulikannya.

Teguh tersenyum miring. "Lo sadar enggak sih, selama ini mereka cuma ada buat kita di saat seneng aja. Cuma buat mabok, atau maen-maen doang, mereka enggak pernah ada di saat kita susah."

Seolah mendapat pencerahan, semua bayang-bayang ketika mereka berlima memang hanya bersama disaat senang saja. Bodohnya Bima yang merasa kalau pertemanan mereka itu tulus. Ia pun hanya bisa mengumpat dalam hati.

"Bim, adek lo kedinginan kayaknya."

Lamunan Bima buyar, ia pun segera menoleh ke arah Ren yang terlihat menggigil dengan gigi bergetar. Bima terlihat bingung, pasalnya jaket yang ia kenakan pun sudah ia pakaikan kepada Ren.

"Pake punya gue aja." Teguh yang terlampau peka pun segera memberikan jaketnya.

"Sorry ya, Guh."

"Santai aja, dia lebih butuh dari pada gue, lo enggak lihat nih otot gue udah hampir sama kayak Bang Brian," ujarnya sambil terkekeh dan memamerkan otot lengannya yang jauh lebih berisi dari sebelumnya. Hal itu sontak membuat Bima tertawa.

Baskara [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang