Masih dengan suasana hening sepeninggalnya Ren. Baik Gian maupun Faza hanya larut dalam pikirannya masing-masing.
Namun, siapa sangka kalau pintu kembali terbuka. Yang lagi-lagi membuat atensi Faza dan Gian terlaihkan pada sosok yang baru muncul dengan dua buah mangkuk kecil berwarna ungu muda. Oh, dan jangan lupakan senyuman lebarnya. Mangkuk itu ternyata berisi lilin aroma terapi, ia lalu menyalakannya dan mulailah terhirup aroma lavender yang menenangkan.
"Aah wanginya enak banget. Coba gue liat cangkirnya udah kosong belom ya? Emm ... punya bang Gian masih penuh tuh, ya udah deh nanti juga diminum 'kan Bang, terus punya Faza, wah ... alhamdulilah tinggal setengah, pasti bentar lagi abis nih."
Ren berbicara pada diri sendiri, karena ia tak yakin akan ada yang menanggapi. Meski begitu, raut wajahnya terlihat ceria sekali, seperti tak ada beban sama sekali. Sedangkan kakak beradik itu hanya menatapnya dengan tatapan yang berbeda. Di mana Gian seolah jijik, dan Faza terlihat seperti ingin memeluknya dengan sayang—Ren adalah kakak yang perhatian.
"Nanti Faza abisin Kak, masih kenyang soalnya." Dan akhirnya Faza pun menanggapi ocehannya sambil tersenyum.
"Ok sip, gue enggak nginep kok cuma mau nemenin aja sampe kalian tidur nyenyak."
Faza tampak sedikit memudarkan senyumnya. Tidur nyenyak katanya? Bahkan ia lupa kapan terkahir kali ia dan Gian tidur dengan nyenyak.
"Jangan pesimis, selama kita mau berusaha gue yakin pasti ada hasilnya," sahut Ren tiba-tiba setelah hening menyelimuti ketiganya.
"Gue sama Adek gue enggak akan pernah bisa tidur nyenyak selama lo masih ada di sini bego! Lo sadar enggak sih kalau lo itu berisik kayak minyak panas kecipratan air?"
Ren tertawa terbahak. Sejak kapan Gian pintar melawak?
"Hahah ... ok-ok, gue enggak akan berisik kok kalian abisin coklatnya ya, gue mau setel musik pengantar tidur mudah-mudahan aja berhasil. Sorry kalo gue ganggu, gue cuma pengen bantu kalian supaya tidur dengan mudah dan nyenyak sih mudah-mudahan." Ren berjalan menuju meja belajar dan duduk sambil mencari musik di akun youtube-nya.
Faza dan Gian saling memandang. "Dek, usir sana. Ngapain coba-coba sok-sok-an mau bantu kita tidur."
"Jahat banget sih Bang, niatnya 'kan baik. Ikutin aja dulu siapa tahu berhasil."
Gian terlihat memutar bola matanya malas. "Ck, terserah." Gian pasrah, ia pun berselimut dan berbaring membelakangi sang adik.
Faza memanyunkan bibirnya kemudian menghabiskan coklatnya dan ikut berbaring.Ren sudah memutar musiknya, sesekali ia menguap karena mengantuk. Jam sudah menunjukkan angka setengah dua belas malam. Padahal biasanya Ren tidur di bawah jam sebelas. "Saudara-saudaraku tercinta udah tidur belom ya? Cih, kok gue berasa jadi emak-emak yang baru abis lahiran sih." Ren terkekeh kecil. Ia berjalan pelan dan melihat kondisi kedua saudaranya. Ren tersenyum, sepertinya Faza sudah tidur terlihat dari mulutnya yang sedikit terbuka. Lucu sekali, rasanya Ren ingin memasukan anak cicak kesana. Lalu Ren beralih pada Gian, kakaknya itu juga sudah menutup matanya. Ren terharu karena menjadi pahlawan ketiduran. Ya walaupun Gian tetap tak meminum sedikitpun coklat yang ia buatkan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baskara✔
FanfictionRenjana Lazuardi, si kesayangan Papa Dewangga, si penebar keceriaan, si pelipur lara, dan si luka tak kasat mata.