Baskara - 03

8.1K 873 55
                                    

Ketika sang bulan telah berakhir dengan tugasnya, terbitlah sang raja siang yang beralih menggantikan tugas tersebut melalui sinarnya yang rupawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika sang bulan telah berakhir dengan tugasnya, terbitlah sang raja siang yang beralih menggantikan tugas tersebut melalui sinarnya yang rupawan.

Agaknya seperti itulah perumpamaan hidup yang sedang Sandra alami saat ini. Ketika gelap telah berakhir, ada terang yang menggantikannya. Setahun telah berlalu, ia sudah memiliki keluarga yang utuh dengan sosok Dewangga yang penyayang. Membuat sesak di dadanya kian memudar. Kehadiran Dewangga di tengah kesulitannya membuat Sandra bersyukur bahwa hal baik masih berpihak kepadanya. Perlahan kehidupannya berangsur membaik, begitu pula dengan kondisi psikis putra pertamanya yang perlahan membaik. Jika dulu Gian sampai harus diikat ketika kambuh, kini tidak lagi. Ia cukup di beri nasihat atau obat penenang dosis rendah dan semua akan kembali normal.

"Cari apa Bu? Kalau butuh sesuatu tolong kasih tahu saya saja," ujar Bi Tina ramah ketika melihat sang majikan celingak celinguk kebingungan mencari sesuatu.

"Ahh iya, saya lagi cari kornet tapi kok enggak ada ya, padahal Gian sama Faza suka banget."

Bi Tina tersenyum kecil. "Kita enggak pernah beli kornet bu, Pak Dewa suka marah-marah enggak jelas kalau ketahuan ada makanan instan, soalnya Ren enggak di izinin Bapak buat makan makanan instan, begitu."

Senyuman Sandra sedikit memudar. Ada hal yang sepertinya tidak ia ketahui. Perihal Ren, anak itu tak banyak dibahas oleh Dewangga.
Suaminya itu terkadang misterius.

"Aish Papa nih ada-ada aja deh, sekali-kali kan enggak apa-apa. Yaudah deh nanti saya yang bilang sama Bapak. Makasih ya, Bi," ucap Sandra. Ia tak sadar kalau saat itu Bi Tina hendak berbicara kembali namun urung ketika melihat Sandra yang sudah menjauhi pantry.

☆☆☆

Jam pelajaran pertama dan kedua selesai, Ren dan Jay pun kembali ke kelas.

"Kemana aja lo Ren? Sumpah ya, pelajaran Pak Darso suntuk banget asli. Coba kalau ada lo, kelas enggak akan segaring tadi, njir," ujar Nikol sambil merangkul Ren yang baru tiba.

"Hahahah lo kangen gue ya, Kol?"

Jay yang melihatnya pun hanya memutar bola matanya malas sambil berjalan menuju bangkunya bersama Ren. Sejenak ia terdiam saat netranya tak sengaja melihat  sosok asing yang duduk di ujung. Wajahnya datar dan menatap Ren dengan pandangan tak biasa.

"Kenapa lo? Kesambet tuyul?" tanya Jake asal. Ia duduk di kursi belakang Jay.

"Gue baru lihat, anak baru?" Jay menujuk sosok tadi dengan dagunya. Otomatis Jake pun menoleh ke belakang.

"Heem, namanya Argian. Songong banget anaknya, dari pertama masuk sampe sekarang mukanya gitu aja kek triplek. Senyum dikit kek, biar ada manis-manisnya kayak le miner*l."

Jay menyunggingkan senyum miringnya. "Shombhong amat! Awas aja kalau dia macem-macem."

Jake menatap Jay sinis sambil mengusap pipinya. "Biasa aja enggak usah muncrat, kebiasaan lo."

Baskara✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang