Baskara - 12

6.3K 761 38
                                    

Hal pertama yang menyapa Gian pagi itu, adalah silau hingga membuat kepalanya terasa pening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal pertama yang menyapa Gian pagi itu, adalah silau hingga membuat kepalanya terasa pening. Ia pun membuka matanya kembali secara perlahan, kemudian mendudukkan dirinya.

Sebuah handuk putih terjatuh ke pangkuannya. Ia pun menyentuh dahinya yang terasa lembab. Gian sadar kalau ia demam semalam dan handuk lembab itu pasti ulah ibunya. Ia pun menoleh ke samping dan mendapati Faza yang masih tidur dengan handuk kecil—yang sama dengannya— masih bertengger di dahi. Mereka sama-sama demam rupanya.

"Pagi Bang," sapa Ren yang baru masuk lengkap dengan celemek dan nampan berisi tiga mangkuk bubur dan tiga gelas susu hangat juga tiga gelas air putih.

"Mama mana?"

"Belom pulang, katanya masih di perjalanan. Nih makan dulu, gue mau bangunin Faza."

Gian terdiam. Jadi yang semalam merawatnya dan juga Faza adalah Ren. Padahal anak itu juga terlihat kurang fit, wajahnya sedikit lebih pucat dari biasanya. "Lo yang kompres gue sama Faza?"

"Ya iyalah masa burung. Gue enggak bisa tidur semalem gara-gara kalian berdua ngigo, apalagi si Faza yang sampe nangis-nangis."

"Masa sih Kak?" tanya Faza yang akhirnya terbangun karena suara bising mereka berdua.

Ren hanya tersenyum. "Sarapan bareng yuk? Gue udah kasih tahu wali kelas kita kalau kita izin," ujarnya kemudian mendahului memakan bubur miliknya.

Gian menghela napas kemudian mengambil bubur miliknya dan mulai menyantapnya. "Makan dulu Dek, keburu dingin nanti malah enek jadinya." Ia memberikan mangkuk terakhir yang berarti milik Faza.

Mereka pun sarapan dalam hening.

☆☆☆

Mobil Dewangga terparkir sempurna di halaman rumahnya. Sandra langsung keluar bahkan tanpa alas kaki. Ia memasuki rumah begitu saja karena tak bisa menahan kekhawatirannya ketika mendengar kabar kondisi kedua putranya yang sakit.

"Pelan-pelan Na, nanti kesandung." Dewangga mengingatkan, melihat sang istri berjalan dengan terburu-buru membuatnya khawatir. Ia bahkan kerepotan membawakan tas jinjing Sandra dan beberapa barang bawaannya.

"Biar saya yang bawa Pak," ujar Bi Tina.

"Makasih Bi," ucapnya, dan langsung menyusul sang istri.

Ren baru saja keluar kamar mandi, ia melihat betapa paniknya Sandra yang berjalan tergesa-gesa menuju anak tangga bahkan melewatinya begitu saja.

"Mama panik banget ya, Pa?" tanyanya pada sang ayah yang sudah ada di sana.

"Heem, di jalan juga udah kayak cacing kepanasan minta ngebut, saking khawatirnya."

Ren hanya mengangguk lesu. Dewangga yang tidak terbiasa dengan sikap diam Ren pun merasa curiga. Ia mengangkat dagu sang putra.

"Jangan bilang kamu ikutan sakit," selidiknya.

Baskara✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang