33: Rasa Bersalah

1.3K 262 21
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

✨✨

"Sejatinya yang jahat akan kalah dengan kebaikan, sebab Allah akan menolong kebaikan agar tetap abadi. Namun, pertolongan Allah ada 2 cara, pertama saat kejahatan itu terjadi, kedua, saat kejahatan itu sudah terjadi dan Allah timpakan rasa sakit yang sama pada kejahatan. Kapan pun itu, tetap saja semua itu yang terbaik."

Indahnursf~

✨✨

Dhuha geram bukan main mendengar penjelasan Marvin, bukan hanya ingin marah pada lelaki di hadapannya ini, Dhuha juga merasa benar-benar dipermainkan oleh Fani. Padahal, Dhuha bukan main berusaha untuk mencintai perempuan itu dan menerima segala kekurangannya, termasuk tetap menghargai kejujuran Fani yang mengatakan sebagai anak yatim piatu--tanpa keluarga sama sekali. Semua itu Dhuha lakukan agar tidak melukai hati Fani, dan berusaha mempercayai perkataan perempuan yang telah menjadi istri sahnya itu.

Tapi, lihatlah..., justru karena kebaikannya itulah Fani memanfaatkan Dhuha. Kali ini, Dhuha benar-benar merasa salah melangkah. Kenapa dia bisa selalu mempercayai dan memposisikan orang lain seperti dirinya sendiri yang selalu ingin berbuat baik pada siapa pun, padahal tidak semua manusia seperti itu. Terlebih lagi, Auliya. Dhuha benar-benar merasa bodoh sekali telah menyakiti Auliya, bahkan karena dirinya yang salah langkah, Auliya salah satu korbannya. Dhuha tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan pada istrinya itu.

Plakkkk

Dhuha ingin meninju wajah Marvin, namun dengan cepat tangannya di tahan oleh pasukan Marvin. Hingga bogeman hebat mengenai perutnya berkali-kali.

"Kurang ajar! Bisa-bisanya lo mau pukul gue. Lo kira gue lemah? Hah? Pasukan gue banyak!" Geram Marvin seraya menatap wajah Dhuha.

Dengan kekuatan yang ada Dhuha berusaha melawan, satu per satu musuh di hadapannya dia habisi. Namun, tetap saja dia seorang diri sementara lawannya 7 orang, semuanya berbadan besar dan gagah. Dhuha sudah lama tidak berlatih bela diri, makanya dia kewalahan sendiri.

"Makanya jangan main kasar dulu sebelum gue yang memulai. Salah sendiri, kan, rasain babak belur!" Sarkas Marvin. Dia mengarahkan senjatanya ke arah Dhuha yang sudah dipegangi oleh pasukannya, Dhuha benar-benar dikepung.

Sementara di sisi lain, ada Reyhan dan pasukan polisi sudah berjaga-jaga dan berbagi tugas. Pasukan polisi yang ada di lokasi cukup banyak, guna untuk mengamankan dan menangkap semua penjahat di hadapan mereka.

"Semua bukti sudah aman di kita, kasus bisa dilanjutkan dengan cepat setelah penangkapan ini. Kita mulai!" Aba-aba Reyhan. Di sakunya tentu sudah ada pistol yang siap menembak penjahat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Jangan bergerak!" Instruksi pasukan polisi yang sudah berada di tengah-tengah pasukan Dhuha.

Semuanya terkejut, terkecuali Dhuha yang sudah tahu bahwa akan ada pasukan polisi dari tim Reyhan yang sudah mereka rencanakan bersama-sama.

Dhuha mengucap syukur. Lantaran saat dirinya sudah tidak kuasa untuk melawan, Allah kirimkan perantara tepat waktu untuk menyelesaikan permasalahan pelik ini. Dhuha menyesali dirinya yang sudah lama tidak berlatih bela diri sehingga kekuatannya begitu tidak sebanding untuk melawan ketujuh musuhnya.

"Kurang ajar! Lo ternyata tidak sendirian. Lo kira apa, hah?! Mau nipu kita?!" Marvin masih berusaha bergerak padahal dia sudah berada dalam borgol polisi. Begitu juga dengan pasukan-pasukan lainnya dari Marvin.

DhuhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang