5: Bertemu di Warung Bakso

2.5K 402 36
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

✨✨

"Satu langkah kita maju, sama saja kita sudah membuktikan bahwa sudah ada proses dalam hidup kita."
Indahnursf~

✨✨

Auliya tersenyum bahagia saat mendapat panggilan untuk interview kerja, setidaknya dia sudah memegang separuh dari kepastian untuk diterima kerja di tempat yang sudah dia idamkan sejak dulu. Dia sudah tidak sabar ingin segera bekerja, sebab dia harus menabung lebih giat lagi untuk orang tua dan keluarganya. Serta, Auliya ingin menggapai cita-citanya mempunyai pondok pesantren dan panti asuhan.

Auliya tidak bersama Amel untuk kali ini karena Amel belum mendapat panggilan untuk interview. Auliya sebenarnya ingin meminta ditemani Amel, tapi Auliya pikir kasihan jika Amel harus menemaninya sementara Amel belum ada panggilan. Alhasil, Auliya memilih sendirian dan tidak mau merepotkan sahabatnya itu.

Peluh keringat Auliya tidak bisa dimungkiri lagi, memang saat ini cuaca sangat panas yang mengakibatkan siapa saja pasti akan merasa sangat dahaga. Setelah keluar dari ruangan Auliya memilih untuk mampir makan bakso. Dia sudah sangat lapar karena hari ini sudah pukul dua siang. Jam makan pun, dia lewatkan. Namun, jam salat tetap dia laksanakan apa pun keadaannya.

Tepat sekali di depan gedung besar itu Auliya melihat sebuah warung bakso, dia sudah seperti orang mengidam yang ingin menyantap bakso sekarang juga. Dengan langkah cepat Auliya melangkah menuju tempat bakso. Terlihat cukup ramai orang yang sedang makan di sana, Auliya memilih duduk paling ujung dan memesan bakso sesuai isi dompetnya. Ya, bukan sesuai selera tapi sesuai sama isi dompet.

Sambil menunggu pesanan datang Auliya membuka ponselnya untuk melihat pesan yang masuk via WhatsApp. Banyak sekali pesan masuk dari grup, kalau dari personal chat seperti biasanya hanya ada beberapa teman Auliya dan salah satunya Amel yang tak pernah absen untuk tidak chat Auliya.

"Terima kasih, Mas," ucap Auliya ramah saat semangkuk bakso sudah diletakkan di atas mejanya.

Auliya menuangkan cabai sebanyak dua sendok ke dalam mangkuk bakso itu dengan jeruk yang diperas begitu segar. Setelah itu bakso siap disantap oleh Auliya. Dia tidak suka makan bakso pakai kecap dan saos, dia lebih suka makannya dengan kuah putih. Sejak kecil Auliya selalu begini, berbeda dari orang pada umumnya saat makan bakso.

Dengan nikmat setiap sendoknya Auliya rasakan, warung bakso itu pun semakin ramai pengunjung. Jujur saja, Auliya merasa risi jika sudah di tempat yang begitu ramainya orang. Karena itu Auliya segera menyelesaikan makanannya agar segera keluar dari warung itu. Namun, bukan Auliya namanya jika makannya tidak lambat.

"Mas ini baksonya sudah siap, tapi tempat duduknya sedang penuh," ucap pelayan bakso dengan rasa bersalah karena tempat yang di sediakan sudah penuh sehingga ada pelanggan yang tidak mendapatkan tempat duduk.

"Semuanya sudah penuh ya, Mas?" tanya balik lelaki berjas hitam itu. Terlihat begitu banyak tetesan keringat di dahi lelaki itu.

"Sudah, Mas. Mungkin sebentar lagi baru ada yang keluar dan Mas bisa duduk," instruksinya. Akhirnya lelaki itu memilih berdiri di pojokan dengan memegang semangkuk bakso pesanannya. Auliya yang kebetulan melihat pemandangan itu merasa kasihan. Pertama, Auliya mengenali lelaki itu, dan kedua Auliya merasa iba melihat lelaki itu yang terlihat begitu lelah dengan tetesan keringat yang semakin menjadi.

"Assalamualaikum, silakan duduk, Kak. Saya sudah selesai," ucap Auliya seraya menunduk menyapa lelaki yang berdiri di dekatnya itu.

Sempat terkejut lelaki bernama Dhuha itu saat mendapat sapaan dari seorang perempuan yang suaranya seperti tidak asing. "Wa'alaaikumussalam, kamu sudah selesai?" tanya Dhuha dengan melihat tempat yang bisa diduduki oleh satu orang saja

DhuhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang