2: Sebuah Senyuman

3.8K 513 67
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

✨✨

"Senyummu bagiku candu. Sama seperti gula, namun kebanyakan akan membawa bahaya."
Indahnursf~

✨✨

"Lu serius banget sih, santai aja kali pasti lulus juga. Kita mau reuni SMP, lu harus ikut, ya. Kapan lagi kita kumpul-kumpul. Udahlah, skripsi bisa dilanjutin nanti, ini kan silaturahmi," ucap Roy pada Dhuha saat lelaki yang sudah bertahun-tahun tak terlihat batang hidungnya oleh Dhuha.

Ingin rasanya Dhuha menolak, namun dia tak enak hati. Bagaimana caranya mau menolak, toh memang benar sekali-kali bisa berkumpul kembali dengan teman seperjuangan saat sekolah dulu. Dhuha akui, dia memang bukan tipe yang memilih teman. Segala macam jenis manusia dia hargai untuk menjadi teman. Namun, untuk menjadi teman dekat, Dhuha juga masih memilih. Sebab, teman itu membawa pengaruh besar juga untuk kita. Teman yang baik akan memercikkan kebaikan pula untuk kita, begitupun sebaliknya.

"Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu teringat akan Allah, mendengar kata-katanya menambahkan ilmu agama, melihat gerak-gerinya teringat mati. Sebaik-baik sahabat di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap temannya dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap tetangganya." (H.R. Hakim)

"Seseorang itu tergantung pada agama sahabatnya, maka perhatikanlah salah seorang dari kamu kepada siapa dia bersahabat." (H.R. Abu Dawud)

Dari kedua hadis di atas dapat disimpulkan, bahwasanya teman itu pengaruhnya sangat besar dan kita juga harus selektif untuk dijadikan teman dekat.

"Oke, saya ikut. Tapi selesai zuhur saya ke sana. Sekarang saya mau salat dhuha dulu dan istirahat, siang saya ke lokasi," ucap Dhuha. Akhirnya Dhuha memutuskan untuk ikut ajakan teman-temannya untuk reuni. Baiklah, Dhuha juga tidak boleh egois, agar hubungan terjalin baik, maka Dhuha akan mencobanya.

"Nah, gitu dong. Baru namanya ingat di teman," kekeh Roy seraya menepuk bahu Dhuha dengan tertawa.

"Eh, tapi cowok cewek dicampur?" tanya Dhuha memastikan.

Roy berdecih, "Ya iyalah, masa cewek di Timur cowok di Barat." Roy menatap Dhuha kesal. Dhuha ternyata masih sama seperti Dhuha saat sekolah dulu. Tidak ada yang berubah. Sikap Dhuha yang cuek ditambah lagi dengan ketaatannya membuat teman-teman Dhuha sudah hafal akan hal itu.

✨✨

"Hai bro, apa kabar? Lu makin hari makin merdeka aja ya," kekeh seorang lelaki bertubuh tinggi dengan celana jeans yang di beberapa bagian bermodel sobek dengan baju kaos putih dan dilapisi kemeja kotak-kotak terbuka alias sengaja tidak di kancing, serta kalung panjang yang melingkar di lehernya.

"Assalamualaikum, Vin. Alhamdulillah, kabar saya baik. Kamu kabarnya gimana?" tanya balik Dhuha pada lelaki bernama Marvin. Dhuha sangat ingat dulu jaman sekolah Marvin adalah lelaki yang terkenal sangat bad boy dan play boy. Semua gelar-gelar buruk itu Marvin miliki, bahkan Marvin sudah sering tidak naik kelas, sehingga Marvin lulusnya tidak berbarengan dengan angkatan Dhuha.

"Ckckck, Lu makin soleh aja ya. Salut gue, kenapa gue makin ancur lu makin soleh," ucap Marvin tampak takjub dengan Dhuha.

Siapa yang tidak kenal Dhuha. Di mana lingkungan dia berada, semua orang pasti menyukainya. Wajar saja jika banyak perempuan yang curi-curi pandang, atau bahkan perempuan yang suka modus pada Dhuha. Toh, sifat dan sikap Dhuha begitu menjadi idaman kaum hawa. Di mana pun Dhuha berada dia bisa menempatkan diri sebagai mana mestinya.

DhuhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang