34: Kabar Cerai

1.5K 266 58
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

✨✨

"Perpisahan adalah sebuah hal yang menyakitkan. Juga perceraian, adalah hal yang paling dibenci Allah. Jangan bercerai! Sebab setan akan sangat bahagia atas keputusan itu."
Indahnursf~

✨✨

Selepas salat dhuha, tak berhenti mengucap zikir dari bibir tipis milik lelaki bernama Dhuha itu. Sejak dijelaskan betapa indahnya salat sunnah dhuha, maka saat itulah dia mencintai salat dhuha, katanya kala itu, selain salat meminta rezeki pada Allah, juga salat yang sama dengan namanya.

Kini, dia diambang kesedihan. Sebuah ujian besar kembali mendatangi kehidupannya. Entah, dia bingung apa kesalahan terbesar dari langkahnya dulu, namun, menyesali di kemudian hari bukanlah jalan keluar. Dhuha berusaha menerima semuanya dengan lapang dada, tak ada yang bisa disalahkan dari semua yang sudah terjadi. Semua ini adalah takdir-Nya.

"Dhuha."

Rayhan berdiri di sebelah Dhuha, dia menatap saudara sepupunya itu. Rasa iba muncul di dalam hatinya saat tahu ibu dari Auliya meminta Dhuha untuk menceraikan anaknya. Terlebih lagi, ayah Dhuha yang saat ini kritis akibat mengetahui Dhuha memiliki 2 istri. Dia benar-benar syok, sehingga kesehatannya menurun.

"Marvin sudah di penjara dan semuanya sudah aman. Lo tidak perlu khawatir, pihak kepolisian sudah menangani kasus ini, baik lo atau Auliya akan mendapatkan keadilan," jelas Reyhan.

Dhuha mengangguk, senang rasanya mendengar kabar baik ini. Namun, tetap saja hatinya belum damai kalau Auliya masih terbaring di rumah sakit.

"Oh iya, tadi Amel bilang dokter memanggil suaminya Auliya, ada yang ingin dibicarakan oleh dokter. Mungkin sesuatu yang penting, temui sekarang, ya." Tadi saat Reyhan datang ke ruangan Auliya untuk bertemu Dhuha, di sana ada Amel yang menjaga, sebab ibu Auliya sibuk mengurus ayah yang juga kritis.

Dhuha mengangguk, "Baiklah." Dhuha menepuk bahu Reyhan, kemudian dia berjalan keluar dari mushala rumah sakit. Selamat Auliya dirawat di rumah sakit, selama itu juga Dhuha selalu menjaga istrinya itu bahkan sampai tertidur di rumah sakit. Untuk urusan Fani? Ibunya Dhuha yang menjaga, namun tetap saja Dhuha juga masih menjenguknya walau tidak seintens dia menjaga Auliya. Bukan, bukan karena Dhuha tidak berlaku adil, namun, mengingat perkataan Marvin bagaimana Fani melakukan semua kejadian itu dengan rencana mereka, Dhuha merasa di permainkan oleh Fani.

"Kak Dhuha, dokter menunggu di ruangannya," instruksi Amel saat Dhuha masuk ke ruangan Auliya.

Dhuha mengangguk, "Apa ada perkembangan keadaan Auliya?" tanyanya pada Amel yang berjaga.

"Tadi Auliya sempat bangun, namun, dokter mengatakan kalau Auliya harus beristirahat kembali. Jadi, sadarnya Auliya hanya beberapa menit saja." Setelah mengatakan itu Dhuha langsung menuju ruangan dokter yang menangani Auliya.

"Masuklah," titah sang dokter saat mengetahui Dhuha yang datang ke ruangannya.

"Maaf, Dok, saya datangnya terlambat," tutur Dhuha. Dokter bernama Fadil itu pun mengangguk, dia ingin menjelaskan sesuatu pada Dhuha, selaku suami sahnya Auliya.

"Sebelumnya saya ingin bertanya, apakah Pak Dhuha sudah mengetahui mengenai kandungan pasien?" tanya dokter to the point.

Tiga detik Dhuha terdiam, dia masih bingung dengan pertanyaan sang dokter. "Maksudnya, Dok? Kandungan?" Dhuha benar-benar tidak mengerti.

Dokter Fadil kembali tersenyum, "Selamat! Pak Dhuha akan menjadi ayah. Pasien bernama Auliya sedang hamil. Untunglah janinnya kuat, sehingga dia baik-baik saja walau saat ini kondisi pasien masih belum stabil," jelasnya.

DhuhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang