13: Seperti Mimpi Buruk

1.8K 313 32
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

✨✨

"Saat kamu merasa hidupmu berubah menjadi lebih buruk dari sebelumnya, di situlah kamu merasakan seperti sedang mimpi buruk."
Indahnursf~

✨✨

Dhuha menuju mobilnya yang masih terparkir sama persis seperti posisi semalam. Dia langsung menuju ke arah rumah Marvin. Emosi Dhuha sudah di ambang batas. Tak pernah lelaki itu semarah ini, namun hari ini dia seperti singa yang dibangunkan tidurnya.

Hanya Marvin yang bisa memberinya penjelasan. Dhuha tahu, Marvin itu orang yang jahat, suka seks bebas, minum-minuman alkohol, merokok, dan semua itu karena pergaulannya yang terlalu liar selama ini. Namun, itu terjadi beberapa tahun lalu. Saat tahun kemarin Marvin meninggalkan pergaulan bebasnya, dia pun mulai mendekati Dhuha--teman lamanya yang sudah diketahui semua orang yang mengenalnya kalau Dhuha sosok yang pendiam, pintar, alim, dan sudah pasti lelaki idaman sekali.

Dhuha memang tak memilih dalam berteman. Siapa pun bisa menjadi temannya, namun tidak untuk menjadi teman dekat. Pun, Dhuha dan Marvin bukan teman dekat. Perlu digarisbawahi sejak dulu mereka bukan teman dekat. Hanya Marvin yang selalu mencari kesempatan untuk bisa dekat dengan Dhuha. Bukan Dhuha namanya jika tak bisa menghargai orang lain, Dhuha selalu menghargai semua orang, termasuk orang yang mau berteman dengannya--walau orang jahat sekalipun selagi tak merugikan dirinya.

Kebetulan sekali jalanan hari ini tidak seramai biasanya, sehingga hanya melewati dua lampu merah dengan jangka waktu satu menit saja sudah cukup Dhuha bisa sampai ke rumah Marvin. Dengan cepat Dhuha masuk ke pekarangan rumah, namun banyak sekali satpam yang menghalangi. Dhuha lupa, Marvin anak anggota pejabat. Wajar saja jika di rumahnya pun sulit sekali untuk masuk.

"Saya Dhuha mau bertemu dengan Marvin." Dhuha berkata pada salah satu penjaga rumah.

"Maaf, apakah Bapak sudah ada janji dengan Tuan Marvin? Soalnya hari ini Tuan Marvin tidak bisa diganggu, Pak. Terkecuali Bapak sudah ada janji dan tunjukkan buktinya ke kami," instruksi salah satu satpam.

Dalam hati Dhuha hanya bisa beristigfar. Bagaimana bisa dia mau menghubungi Marvin, toh ponselnya saja hilang entah ke mana.

Bagai bersahabat dengan ular berbisa. Dhuha kini terkena imbasnya, padahal dia tidak bisa dikatakan dekat dengan Marvin, selama ini dia hanya berteman saja. Toh, Dhuha setiap hari selalu sibuk dengan urusan bisnisnya, tak ada waktu untuk kumpul-kumpul atau melakukan hal yang tak ada manfaatnya seperti yang sering dilakukan Marvin.

"Tolong beritahu Marvin, Dhuha menunggu sekarang!" titah Dhuha pada satpam.

"Sekali lagi mohon maaf, Pak. Tuan Marvin sedang tidak bisa diganggu hari ini. Silakan Bapak pulang dan kembali lagi besok atau buat janji dahulu," ucapnya.

Allahuakbar. Dhuha harus meminta penjelasan pada siapa sekarang. Teman-temannya yang lain? Dhuha rasa tidak ada satu pun teman lamanya yang melihat dia dalam keadaan tak sadar diri semalam. Lagian, Dhuha ingat saat Marvin memintanya untuk naik ke lantai dua, saat itu juga Dhuha memisahkan diri dan dapat dipastikan teman-temannya tidak ada yang melihat Dhuha lagi setelah itu.

Akhirnya Dhuha memutuskan untuk pulang. Dia harus menenangkan diri dahulu dari apa yang terjadi. Terpenting juga dia harus memberi kabar pada orang tuanya, apa jadinya kedua orang tua di rumah, pasti akan sangat khawatir. Apalagi Dhuha tak memberi kabar apa-apa semalaman selain izin untuk pergi ke acara lamaran temannya.

Ayah dan ibu Dhuha tidak bekerja lagi. Semua urusan apa pun terkait bisnis ayahnya sudah jatuh ke tangan Dhuha. Keduanya tak ingin menghabiskan masa tua dengan sibuk urusan dunia yang tak ada habisnya. Karena itu, semuanya Dhuha yang memegang kendali, lelaki itu pun tak sendirian, keluarga besar dari pak Abdul Kareem yang tidak sesuksesnya kini ikut andil dalam bisnis yang sudah diemban Dhuha. Kedua orang tua Dhuha memutuskan untuk menua bersama tanpa kesibukan apa pun selain semakin giat beribadah juga semakin mempererat kebersamaan keduanya satu sama lain. Inilah yang dinamakan menua bersama hingga akhir hayat.

DhuhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang