17: Takdir Tuhan

1.5K 308 62
                                    

-Awali dengan Bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah-

✨✨

"Manusia hanya bisa berencana, namun ketetapan itu milik Allah. Jika Allah berkata lain, kita bisa apa?"

Indahnursf~

✨✨

"Bu, Auliya mohon beri Auliya restu untuk tetap melanjutkan pernikahan ini. Auliya mohon, Bu. Semua demi janji ayah dan apa jadinya ayah jika mengetahui semua ini," lirih Auliya, bukan karena rasa cintanya kepada Dhuha dia melakukan ini. Tapi karena sumpah yang sudah Dhuha ikrar kan dengan menyebut nama Allah untuk membahagiakan Auliya dan akan menjaga Auliya. Selain itu, Auliya juga memikirkan ayahnya. Apa jadinya sang ayah jika mengetahui semua ini. Demi Allah, Auliya tidak akan pernah iklas jika sang ayah terjadi sesuatu setelah mendengar kabar buruk atas dirinya.

Sungguh, Auliya tidak siap.

"Kamu akan dimadu Auliya, kamu akan disakiti setelah pernikahan ini jika kamu terus melanjutkannya..., Ibu tidak akan iklas kamu disakiti, Nak, hiks." Isak tangis itu semakin menjadi dari perempuan paruh baya yang sangat mencintai putrinya.

Auliya tahu, akibat apa yang akan dia dapatkan jika memang benar dia akan melanjutkan langkahnya untuk menikah dengan Dhuha. Konsekuensi sudah di depan mata. Bukan ingin mendahului takdir Tuhan, tapi semua sudah terlihat.

Siapkah Auliya untuk lebih bersabar lagi jika semuanya akan terjadi?

Bahkan, Auliya sendiri pun tak bisa meyakinkan dirinya kalau dia akan sanggup. Namun, Auliya selalu yakin, sesuatu yang dilakukan karena ingin tetap berada pada jalan Allah, maka akan Allah kuatkan. Menikahi perempuan itu bukan keinginan Dhuha, bahkan Dhuha berani bersumpah kalau tak pernah ada terbesit keinginan dia untuk berpoligami atau menikahi perempuan lain dan menyakiti Auliya. Bahkan dia sudah berani mengambil sumpah untuk membahagiakan Auliya.

"Bu, Ibu percaya kan kalau semuanya adalah takdir Allah?" jeda beberapa detik, "kita tidak perlu khawatir hal itu, Bu. Jika memang takdir kita seperti itu, percaya saja kalau memang sudah Allah tetapkan. Auliya saat ini tidak ada pilihan lain selain melanjutkan pernikahan ini. Bu, Pak Dhuha juga mengatakan kalau dia benar-benar tidak ingin semua ini terjadi, bahkan dia rela bersumpah jika semua bukan keinginannya. Kita tidak boleh menghakimi seseorang yang sudah dengan sungguh-sungguh menyesali kelalaiannya dan semua itu tak pernah dia bayangkan. Ibu, percaya sama janji Allah, 'sesudah kesulitan pasti ada kemudahan' dan Auliya yakin, Allah akan memberikan pelangi setelah hujan ini berakhir."

✨✨

Auliya menatap wajahnya yang terlihat sembab, malam ini, Dhuha akan menikahi perempuan yang bahkan Auliya tidak tahu siapa namanya. Bukan karena kemauan Dhuha, melainkan karena keadaan.

Hidup ini pilihan. Mau maju atau mundur pun pilihan kita sendiri. Mau berhenti atau tetap lanjut juga pilihan. Auliya sempat memutuskan untuk membatalkan pernikahannya dengan Dhuha karena sang ibu yang tak kuasa melihat anak gadis mereka harus merasakan kesakitan seperti ini. Namun, saat langkah kaki Auliya memasuki ruangan di mana sang ayah di rawat, tak kuasa Auliya untuk mengatakan semuanya. Wallahi, Auliya bagaikan buah simalakama. Andai, Auliya boleh meminta satu hal pada Tuhan, dia ingin menghilang dari bumi sebentar saja, agar rasa sesak di dada bisa hilang tanpa harus memilih.

Berada diposisinya saat ini bukanlah hal yang bisa dibilang baik-baik saja. Semua tidak semudah itu. Yang terlibat adalah pernikahan--janji suci kepada Illahi Rabbi. Bukan sebuah permainan tapi janji sehidup semati.

Sakit. Dada Auliya serasa ngilu, yang seharusnya malam ini adalah malam kebahagiaan Auliya karena besok adalah hari pernikahannya, namun malam ini dengan mental yang dipaksa untuk kuat dia menghadiri pernikahan Dhuha bersama perempuan itu.

DhuhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang