[ Pelet ]

68 13 0
                                    

"Awas saja kau Aisyah!"

"Dengan seenaknya kau mengusirku, dengan seenak mu saja."

"Cuih!" Fatin meludah kearah pintu rumah Aisyah.

"Bahkan rumahmu saja kecil! tidak sebanding dengan rumahku yang mewah! dan kau malah sok berkuasa?" Fatin tertawa terbahak-bahak. Entah apa yang membuatnya tertawa.

"Hahaha. Sebaiknya kau sadar diri AISYAH!" Fatin berdiri, kemudian membersihkan roknya yang sedikit kotor karena jatuh di lantai.

***

"Mbah, saya ingin Zain menjadi milik saya. Cara apa yang harus saya lakukan mbah?" tanya Fatin. Saat ini Fatin tengah berada di tempat asalnya. Yaitu Jawa Tengah. Fatin datang mengunjungi desa nya hanya untuk datang ke rumah dukun yang dari dulu hingga sekarang menjadi langganannya.

"Mudah." pria yang di panggil mbah itu, mengusap usap janggutnya. Fatin tersenyum inilah yang ia inginkan.

"Caranya?" pria yangg di kerap di panggil "Mbah kwio" tersenyum remeh.

"Kamu ada foto prianya Fatin?" Fatin mengangguk.

"Mana, coba saya lihat." Fatin mengangguk, kemudian memperlihatkan foto seorang pria yang ingin ia pelet. Yah pria itu adalah Zain suami Zara.

"Tampan. Pantas saja kamu suka." Fatin mengangguk, sebenarnya bukan itu alasannya ia ingin memelet Zain
.
Fatin tersenyum. Kemudian menatap sendu Mbah Kwio yang sedang membaca mantra untuk me melet Zain.

"Ck. sial 'tak bisa!" Fatin melotot. Bagaimana bisa gagal?

"Coba lagi mbah!" Mbah Kwio mengangguk, kemudian membacakan beberapa mantra untuk memelet Zain. Namun, sial. Usahanya gagal lagi.

Akhirnya Mbah Kwio menyarankan cara termudah untuk memelet Zain yaitu dengan rambutnya.

Mbah Kwio menyuruh Fatin untuk mengambil rambut Zain 3 helai, dan darah ayam. Fatin mengangguk. Apapun demi dendamnya, pasti akan ia lakukan.

"Kekalahanmu pasti akan datang Aisyah!" Fatin tersenyum, kemudian keluar dari rumah gubuk Mbah Kwio, dengan membawa bunga tuju rupa.

***

"Ya Allah. Lindungilah putraku dan istrinya, sesungguhnya tempat berlindung yang paling ampuh adalah disisimu ya Allah."

Aisyah terus memanjatkan doa kepada sang Malik. Tanpa Aisyah sadari, ternyata sedari tadi matanya tengah mengeluarkan air.

"Amin." Aisyah menutup Al-Quran yang baru saja ia baca untuk memelet menenangkan hatinya.

"Semoga saja Fatin tidak bertindak lebih."

Bersambung

Menikah? Tapi Pacaran? [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang