[ Ilham? ]

45 12 1
                                    

"Kasih sayang seorang Ibu itu, bagaikan muara. Walaupun terhalang oleh keadaan, namun, seorang Ibu akan tetap menyayangi anaknya."

Setelah tadi selesai menyapu, Zara meminta ijin pada Hani. Untuk jalan-jalan. Sekedar mencuci mata katanya. Hani mengangguk, karena memang Hani 'tak pernah bisa menolak keinginan anak tunggalnya itu.

Aisyah yang melihat dari kejauhan tersenyum hambar. Ada rasa cemburu dan sakit dalam hatinya.

"Andai keluargaku seperti ini,"

"Aku pasti bahagia." Aisyah menitikan air mata sembari menatap sendu Zara dan Hani.

Sementara di tempat lain. Zain yah pria itu, sama sekali tidak mengingat jika ia sudah menikah. Ia 'tak ingat jika sudah memiliki Zara- yaitu istrinya.

"Mas, makan yah?" Fatin bergelayut manja di lengan Zain. Zain menggeleng, kemudian mendekatkan wajahnya kearah Fatin.

Seolah-olah ingin menyingkirkan jarak diantara mereka. Namun, detik berikutnya Zain berhenti. Kemudian menatap Fatin lekat.

Tanpa aba-aba Fatin menciumi pipi Zain berturut. Kemudian berali ingin mencium bibir Zain, namun, Zain menghindar akhirnya Fatin 'tak berhasil menciumnya.

"Saya mau mandi." ujar Zain. Fatin menganguk, kemudian Zain langsung pergi ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Zain mengusap kepalanya frustrasi, karena tiba-tiba ada bayangan seorang wanita yang muncul di kepalanya. Ketika tadi ia ingin mencium Fatin.

'Siapa wanita itu?'tanya Zain lirih. Fatint yang curiga dengan Zain, menghampirinya ke kamar mandi. Namun, betapa terkejutnya Fatin melihat Zain yang sudah mengingat tentang dirinya sebenarnya.

"Sial!" Fatin mengumpat kesal, kemudian pergi meninggalkan kamar mandi. Menuju kamar Zain, lalu beralih mencari sesuatu.

Setelah berhasil menemukan benda yang ia cari, Fatin keluar dengan senyuman manisnya.

"Permainan di mulai!"

***

"Zara?" Zara menoleh kearah pria yang memanggilnya.

"Ilham?" pria itu tersenyum kikuk.

"Lagi apa disini?" Zara tersenyum manis kearah Ilham. Ilham dengan senyuman manisnya, menjawab semua pertanyaan Zara. Tanpa menghiraukan orang-orang disekitarnya, yang Menggosipkan mereka.

"Kamu sudah nikah?" tanya Ilham ragu, sadari tadi pertanyaan itu yang ingin ditanyakannya. Tapi, ia urungkan.

Zara diam, kemudian menatap cincin di jari manisnya lekat. Kemudian menganguk. Ilham tersenyum miris, ternyata ia terlambat melamar Zara. Karena Zara sudah di miliki pria lain.

Jangan tanya darimana Ilham dan Zara bisa saling mengenal. Karena dulu perkenalan mereka sangat manis, yaitu di pasar malam. Saat Zara dan Abi nya tengah bermainma dengan beberapa permainan yang ada disana. Namun, karena terlalu semangat, Zara sampai 'tak memperhatikan jalan. Hingga akhirnya Zara menabrak seorang pria. Mulai dari situ la mereka saling mengenal. Bahkan sejak saat itu, Zara sering sekali bersama Ilham. Karena ia sudah menganggap Ilham seperti Abangnya sendiri. Karena memang dulu Zara sangat ingin mempunyai Kakak.

Bersambung

Menikah? Tapi Pacaran? [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang