Aisyah yang tahu bahwa Zara di rumah sakit. Langsung pergi tanpa mengatakan sesuatu pada suaminya. Mungkin mereka lagi ada masalah, tapi tak ingin diceritakan pada siapapun.
Sesampainya di ruang sakit. Aisyah tergesa-gesa masuk ke ruangan Zara. Jangan tanya ia tahu dari mana, tentu saja ia tahu dari anaknya Zain. Larva tadi sebelum Zain mengantar Zara ke rumah sakit. Zain langsung mengirimkan pesan ke Aisyah bahwa Zara sakit, dan saat ini sedang di bawa ke rumah sakit.
Brak!
Aisyah masuk tanpa mengetuk salam, Zain yang sedang mengecup kening Zara pun kaget, bahkan Zara yang sedang tidur langsung bangun karena kaget.
"Astaghfirullah." Aisyah sadar ia melupakan sesuatu. Kemudian Aisyah kembali berjalan keluar sembari menutup pintu. Kemudian masuk lagi sambil membaca salam.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
Aisyah masuk dengan tergesa-gesa, kemudian mengelus tangan Zara yang panas.
"Zain, Zara kenapa?"
Zain diam, kemudian menghela nafas berat. "Zara cuma demam aja Bunda." Aisyah mengangguk, akhirnya dadanya 'tak terasa sesak lagi. Karena memang tadi di sepanjang perjalanan Aisyah merasa sesak karena memikirkan keadaan Zara.
"Zara gak papa Bunda. Bunda kenapa nangis?" tanya Zara lemas. Zain menatap lekat Aisyah. Yah benar, Zain tidak menyadarinya tadi.
"Apa Bunda menangis karena Zara?" Aisyah bergeleng. Bukan itu alasannya.
"Jadi?" Aisyah langsung memeluk tubuh Zara, Zara tentunya langsung tersenyum kemudian membalas pelukan sang mertua.
"Kamu cepet sembuh yah sayang. Bunda gak mau kehilangan anak perempuan Bunda." inilah sesungguhnya posisi seorang menantu. Menantu bukan sekedar hanya sebagai istri dari sang anak saja. Tapi, juga sebagai anak dari sang mertua.
"Pasti Bunda." Zara mengangguk lemah, Zain tersenyum. Ia turut merasakan kasih sayang yang besar dari keduanya. Bersyukur sekali memiliki keluarga seperti ini.
"Ayah mana Bun?" Zain celingak celinguk menatap Aisyah. Aisyah gugup, namun Aisyah langsung menutupi ke gugupan-nya dengan senyuman manisnya.
"Ayah lagi kerja." Aisyah tersenyum manis, namun sebenarnya itu adalah senyuman miris.
"Benar?" Aisyah mengangguk. Zain sebenarnya tidak percaya dengan Aisyah, namun melihat Aisyah yang menjawabnya dengan semangat akhirnya ia urungkan niatnya bertanya lebih.
"Aisyah sudah makan?" Zain dan Zara saling pandang. Kemudian menggeleng. Aisyah mengulas senyuman kebahagiaan melihat kekompakan Zain dan Zara. Kemudian mengeluarkan bekal makanan yang tadi memang ia siapkan sebelum pergi ke rumah sakit.
"Nih kamu suapin Zara. Bunda mau buang air kecil sebentar." Aisyah menyerahkan kotak makanan buatannya ke Zain. Zain tentu langsung menerimanya, dan sesuai keinginan Aisyah. Zain sendirilah yang menyuapi Zain.
"Gimana enak?" tanya Zain setelah menyendokkan suapan pertama pada Zara. Zara mengangguk, walaupun di bibirnya masakan Aisyah 'tak ada rasanya.
"Boleh bagi gak?" Zain juga jadi lapar melihat Zara yang memakan masakan Aisyah lahap.
Aisyah mengangguk. Zain langsung memasukkan suapan yang seharusnya di berikan pada Zara kemulutnya. Zara yang sudah lebih dulu membuka mulut berdecak sebal.
Zain terkekeh, kemudian mencubit hidung Zara gemas.
"Aws ... sakit tau Kak!" Zara menatap kesal Zain yang baru saja mencubit hidungnya.
"Abisnya gemes sih!" Zain memperagakan sosok Zara yang marah padanya.
Zara melotot menatap Zain, namun bukannya takut Zain semakin tertawa. Hingga akhirnya tersedak.
"Nah 'kan kurma!" Zara tertawa. Zain menatap sedih Zara. Zara yang kasihan pun memberikan minuman yang berada di sampingnya kepada Zain. Walau bagaimanapun ia 'tak ingin jadi janda muda.
"Karma Zara, bukan kurma. Kalau kurma mah, di Arab banyak." Zara tersenyum sambil menampilkan lesung pipinya. Zain yang sempat emosi karena Zara langsung luluh, hingga akhirnya tersenyum kemudian mengacak kerudung Zara gemas.
Bersambung
Update 3 Chapter nih. Niatnya sih 4 tapi di usahain dulu deh.Selamat membaca. 🥀

KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah? Tapi Pacaran? [ Revisi ]
RomanceMenikah adalah keinginan seluruh umat manusia. Apa lagi jika mendapat seorang suami layaknya sang Nabi Muhammad SAW. Pasti itu akan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi sang istri. Lalu bagaimana jika sebaliknya? Dia Zain Alfariz seorang pria yang d...