"Sesungguhnya kasih sayang anak perempuan lebih besar daripada anak laki-laki. Maka dari itu Dia (Allah) menjadikan seorang anak perempuan menjadi ibu. Dan seorang anak laki-laki menjadi ayah." Zain bungkam, bahkan disaat romantis seperti ini Zara masih bisa ceramah di depannya.
"Kenapa seperti itu?" Zain memandang wajah teduh Zara sejenak, kemudian beralih menatap matahari yang akan terbenam.
"Indah 'kan?" Zara mengangguk. Melihat pemandangan sunset di suguhkan keindahan pantai sungguh tak tertandingi.
'Seperti di sebelahku.' Zain tersenyum simpul, entah sejak kapan ada rasa di hatinya. Mungkin Zara telah mencuri hatinya disaat satpam sedang lengah menjaga hatinya.
"Kak?" Zara menatap bingung Zain yang tengah termenung. Zain menengok sejenak kearah Zara, kemudian tersenyum simpul.
"Aaa ...." Zara berteriak sangat kencang ketika Zain mendorongnya masuk kedalam pantai. Zain tertawa terbahak-bahak. Zara mendengus kesal. Kemudian menyodorkan tangannya kearah Zain.
"Kenapa?" tanya Zain. Zain tentunya sedikit bingung dengan apa yang dimaksud Zara.
"Bantuin!" rengek Zara. Zain mengangguk, kemudian membalas uluran tangan Zara.
Tapi belum sempat ia menarik Zara keluar dari pantai, Zara sudah duluan menariknya masuk kedalam air.
"Hahaha!" Zara tertawa terbahak-bahak. Zain segera menampakkan kepalanya yang berada di dalam air.
"ZARA!" geram Zain. Zara berenang dengan cepat menjauhi Zain sembari tertawa. Zain tentunya 'tak mau kalah. Ia mengejar Zara dengan 'tak kalah cepat, hingga akhirnya Zara bisa ia tangkap.
"Kena kamu!" Zain memeluk Zara dari belakang, kemudian meletakkan kepalanya di leher Zara. Zara tertawa, masa-masa indah ini 'tak akan bisa dilupakannya.
"Hahaha ... geli ampun. Hahaha," Zara menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha melepaskan pelukan Zain. Namun, bukannya lepas pelukan itu malah semakin erat.
"Nyaman." hanya satu kata yang keluar dari bibir Zain. Zara terpaku, kemudian mematung. Sesaat keadaan tiba-tiba canggung. Hingga akhirnya Zain melepaskan pelukan itu, dan membuat Zara berbalik dan menatapnya.
Cup!
Zara mematung. Zain tersenyum bangga. Ia pertama, dan semoga ia yang terakhir.
"Aa ... Kakak!" Zara memukuli dada Zain sembari tersenyum, Zara tidak sadar pipinya sudah memerah karena menahan malu karena ulah Zain.
"Apa sayang?" Zain nengelus rambut Zara yang dibaluti jilbab dengan lembut. Nyaman rasanya menemukan cintanya walaupun ketika sudah menikah.
"Ih, genit!" Zara mencubit pinggang Zain dengan sangat keras, bukannya merasa sakit, Zain malah tertawa terbahak-bahak. Membuat Zara kesal dan langsung berlari meninggalkan pantai.
"Zara tunggu!" Zain juga ikut berlari mengejar Zara. Karena takut Zara kesal dan pulang sendiri.
Zara pun berhenti, kemudian menoleh. Pandangan pertama yang ia lihat adalah suaminya yaitu Zain tengah tersenyum manis menatapnya. Jarak mereka sangat tipis, bahkan Zara sendiri bisa merasakan deru nafasnya.
"Dasar!" Zain geleng-geleng. Kemudian mencubit hidung Zara dengan kedua jarinya. Zara menepis kasar tangan Zain.
"Aduh!" Zain mengaduh kesakitan, kemudian melepaskan cubitannya dari hidung Zara.
"Eh." Zara langsung panik. Diraihnya tangan Zain, kemudian meniup-niup tangan Zain.
"Masih sakit?" Zain menggeleng. "Lagian aku cuma pura-pura kok."
Plak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah? Tapi Pacaran? [ Revisi ]
RomantizmMenikah adalah keinginan seluruh umat manusia. Apa lagi jika mendapat seorang suami layaknya sang Nabi Muhammad SAW. Pasti itu akan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi sang istri. Lalu bagaimana jika sebaliknya? Dia Zain Alfariz seorang pria yang d...