Hari ini, hari yang sangat di tunggu-tunggu oleh Zara. Pasalnya ia akan segera keluar dari penjara tempatnya dirawat.
"Huh, akhirnya bisa pulang. Aku kangen banget sama Nara." Zain menatap Zara kesal. Semula ia pikir Zara rindu dengannya, karena beberapa hari ini ia 'tak bisa datang karena mengurus kedai kripik-nya.
"Saya pikir kamu kangen saya. Bukan sama si Nara, kucing hitam yang tukang maling ikan!" Zara terkekeh, suaminya ternyata cemburuan sekali.
"Buat apa kangen Kakak? emang kalau aku kangen Kakak, Kakak bakal kasih aku permen?" tanya Zara terkekeh.
Zain menatap Zara sengit. Zara, Zara. Kau ada saja, kau tahu suamimu Zain phobia kepada permen. Namun, kau malah memintanya membeli permen.
"Ada-ada saja kamu." Zara tersenyum, kemudian masuk turun dari ranjang rumah sakit, dan langsung menghampiri Zain.
"Let's Go!" Zain terkekeh geli melihat Zara. Zara pun terkekeh, kemudian menarik tangan Zain keluar dari ruangan itu.
***
“Dan bila kau (pria) mencintai dia sepenuh hati (wanita /istri) maka ku janjikan padamu. Ladang pahala yang melimpah, kesenangan di dunia, dan kekayaan di surga.”
***
"Lho, lho Kak!" Zara langsung menatap Zain tajam. Saat ini mereka sedang berada di meja makan. Aisyah menatap mereka bahagia.
"Saya juga laper Zara." Zain membalas tatapan Zara. Suasana di meja makan langsung terasa canggung.
"Ya sudah, sini Bunda suapin!" yah Zara dan Zain berdebat hanya karena suapan dari Aisyah. Zara yang seharusnya menerima suapan kedua dari Aisyah, 'tak Terima bila Zain yang memakannya.
***
"Makan!"
"Males!"
"Makan!"
"Males!"
"Makan ZARA!"
"Kangen Abi." Zain tersentak, Zara sedari tadi berdiam apa hanya karena merindukan orang tuanya?
"Besok kita kesana yah, ngunjungin mereka." Zain mengambil posisi duduk di samping Zara, kemudian meletakkan kepala Zara di bahunya. Zara 'tak menolak, justru ia dengan senang hati mengikuti setiap gerakan Zain.
Tangis Zara tumpah. Zain segera membawa Zara kepelukan-nya. Zain memang tidak tahu, jika rindu Zara yang sebesar ini kepada Abi nya. Padahal mereka baru berpisah 2 hari.
'Udah jangan nangis. Kita sholat yuk, sekalian nenangin hati." Zara mengangguk disela-sela tangisnya.
"Kalau gitu lepasin saya dulu dong." Zain terkekeh. Zara langsung mengangguk, kemudian mendorong Zain hingga terbaring di ranjang.
"Wle." Zara menjulurkan lidahnya kearah Zain. "Aku duluan." kemudian tertawa, Zain meringis melihat Zara yang berhasil mengalahkannya.
"Dasar!" Zain tersenyum, kemudian duduk di pinggir ranjang. Sembari menunggu Zara, ia menyiapkan beberapa alat sholat di pinggir ranjang.
"Lho Kakak?" Zain tersenyum, kemudian masuk ke kamar mandi. Membiarkan Zara yang tersenyum kearahnya.
Beberapa menit kemudian Zain pun keluar. Zara yang sudah selesai memakai mukena tersenyum. Sholat pun di mulai.
Setelah siap sholat, Zain mengajak Zara ke suatu tempat. Zara mengangguk setuju. Sudah lama sekali ia 'tak berjalan-jalan menghirup angin bebas.
"Bun, aku sama Zara mau pergi sebentar. Kami titip Nara yah." Zain mengalihkan pandangannya kearah lain. Ketika mendengar nama Nara.
'Ah kucing itu. Merusak moodku saja!' batin Zain kesal.
"Okey." Aisyah mengedipkan matanya sebelah. Berniat menggoda Zara, tapi Zara malah mengira Aisyah kelilipan karena terlalu lama tidak berkedip.
"Mau Zara obatin Bun?" tanya Zara panik.
"Engga. Mari kita harus pergi sekarang!" Zain menarik tangan Zara paksa. Zara menolak karena khawatir dengan keadaan Aisyah.
"Zara!"bentak Zain. Zara menggeleng.
"Bunda." Zain menatap nanar wajah Zara. Terbesit kesedihan disana ketika harus meninggalkan Aisyah yang tadi hanya menggodanya, bukan sakit.
"Bunda gak sakit." Zara mendongak kemudian menggeleng.
"Tadi Bunda ngisengin kamu. Eh malah respon kamu kaya tadi." Zain terkekeh diakhir kalimatnya. Zara yang mulai paham menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian tertawa receh bersama Zain.
“Sesungguhnya kasih sayang anak perempuan lebih besar daripada anak laki-laki. Maka dari itu Dia (Allah) menjadikan seorang anak perempuan menjadi ibu. Dan seorang anak laki-laki menjadi ayah.”
"Dia (Allah) menjadikan seperti anak perempuan sebagai seorang Ibu karena kasih sayangnya yang berlimpah. Dia (Allah) menjadikan seorang pria menjadi seorang ayah karena kekuatannya dan dedikasinya untuk merawat mereka semua.”
Bersambung
![](https://img.wattpad.com/cover/253679620-288-k67956.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah? Tapi Pacaran? [ Revisi ]
RomanceMenikah adalah keinginan seluruh umat manusia. Apa lagi jika mendapat seorang suami layaknya sang Nabi Muhammad SAW. Pasti itu akan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi sang istri. Lalu bagaimana jika sebaliknya? Dia Zain Alfariz seorang pria yang d...