[ Pembantu ]

46 11 0
                                    

"Bener! semanis gue." Lia menghentikan aktivitas makannya. Kemudian bergaya cool didepan Zara. Zara bergeleng, menurutnya itu tidaklah manis.

"Ish, Zara!" pekik Lia, kemudian melanjutkan makannya tanpa memperdulikan Zara yang terkikik geli melihatnya.

***

"Assalamu'alaikum." salam Zara. Kemudian langsung melangkahkan kakinya masuk kedalam rumahnya dan Zain.

"Ah udah lama banget." padahal Zara dan Zain baru berpisah dua hari. Namun, rasanya seperti berabad-abad, karena terpisah dari orang yang dicinta.

Apakah Zara sudah mencintai Zain? ah ntahlah, hanya Zara yang bisa menjawabnya.

Bukannya menjawab salam dari Zara. Zain malah menatap Zara jijik. Zara yang menyadari pandangan suaminya berbeda, menoleh ke kanan dan kiri. Memastikan apa ada hewan yang membuatnya jijik.

"Liat apa lu?"

Deg! Zara diam terpaku. Baru kali ini Zain memanggilnya dengan embel-embel 'Lu' biasanya Zain memanggilnya dengan sebutan 'Zara, Atau sayang'

"Engga ada Kak," jawab Zara dengan seutai senyuman. Zain meludah tepat dihadapan Zara. Zara kaget, kemudian mengucapkan beribu astagfirullah dalam hatinya.

"Kakak ke---"

"Sayang!" Zain dan Zara menoleh. Zara menatap wanita yang memanggil Zain lekat, sedangkan Zain menatap wanita itu penuh kasih sayang.

"Apa sayang." Zara terdiam bisu. Menyaksikan keromantisan sosok yang selama ini menjadi imamnya malah bermesraan dengan wanita yang 'tak di kenalnya.

"Dia siapa Kak?" tanya Zara dengan suara yang bergetar. 'Tak bisa di pungkiri, rasanya tubuhnya lemas seketika, melihat suaminya selingkuh di depannya.

"Pacar aku!" Zain tersenyum, kemudian mengecup pelan pipi Fatin.

Zara tersenyum kikuk. Tanpa Zain lihat, ternyata Zara menangis dalam diam.

"Kapan kalian pacaran?" tanya Zara parau. Air matanya ia hapus dengan pelan, kemudian tersenyum hangat kepada Zain.

"Kemarin. Dan gak lama lagi aku akan nikahin Fatin!" Zara mengangguk pasrah.

"Lu siapa?" Zara yang sibuk bergelayut dengan pikirannya. Kaget, melihat wanita yang menjadi selingkuhan suaminya, mengagetkannya, dengan senyuman manisnya.

"Aku Zara. Aku ..." Zara menjeda kalimatnya, kemudian tersenyum manis lagi kearah Fatin.

"Pembantu!" Zara tersentak, ketika seorang pria yang menjadi imamnya, mengatakan bahwa ia pembantu dirumah ini. Padahal sebenarnya ialah ratu di rumah ini.

"Kak!" tangis Zara sudah tidak dapat dibendung lagi. Tadi, memang ia diam dan menahan tangisnya. Karena ia berusaha memahami Zain. Namun, sekarang ia sudah sanggup menahannya. Istri mana yang tidak akan sedih, jika dianggap pembantu oleh suaminya?

Zara yang sedang berdiri dihadapan Zain, langsung berlari menuju kamarnya dan Zain. Meninggalkan kopernya yang berada di depan pintu.

"Hei! kamarmu bukan disitu!" teriak Fatin. Namun, dihiraukan oleh Zara. Baginya kamar ini akan selalu miliknya. Sekarang, besok dan selamanya.

Bersambung

Hai hai. I'm comeback. :v
Ada yang kangen gak. Diah lebay.

Oke gimana di part ini?
Greget gak sama Zain dan Fatin?
Tanggapan kalian tentang Zara apa di chapter ini?

Yuk lah komen! jam sider. Aink gak suka tau ><

Tinggalkan jejak setelah membaca. 🙂

Menikah? Tapi Pacaran? [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang