Dan disinilah kami berdua. Di sebuah restoran yang sepertinya lebih pantas didatangi oleh remaja seumuran kami. Kalau kemarin kami pergi ke sebuah restoran keluarga, kini aku memilih untuk pergi ke sebuah café di daerah pusat perbelanjaan di kota. Aku sengaja memilih tempat itu agar aku tidak dapat kabur seperti kemarin. Bukan kabur gimana-gimana sih, cuman kan, kalo dipikir secara logika, kemarin aku dapat dengan mudahnya kabur bukan? Aku rasa itu karena aku dapat dengan mudahnya pergi menggunakan taxi. Nah, kalo sekarang, aku bukan di mall, aku ada di sebuah café yang letaknya lumyan jauh dari rumahku. Jadi, aku rasa aku tidak akan dapat kabur dengan mudahnya bukan? Dan aku menghindari hal-hal yang tidak kuinginkan. Seperti misalnya, tiba-tiba Damon bertemu dengan kami dan gagal lah semua rencana yang telah kurancang dan kususun dengan sangat rapi dan hati-hati.
Jika aku dan kak Ken makan di café ini, aku yakin, sedikit sekali kemungkinannya untuk aku bertemu dengan Damon, dibandingkan jika aku makan di mall.
Kali ini kak Ken mengenakan kemeja warna coklat vintage nya, dan celana panjang berwarna biru donker. Kacamatanya membuatnya terlihat seperti pria yang memiliki vintage style. Jika orang-orang mungkin akan menganggapnya boring karena penampilannya kali ini. Aku justru malah terkagum-kagum dengan style kak Ken kali ini. Walaupun vintage, tapi menurutku ini…classy.
“Katie, kamu ingin pesan apa?”
Suara lembut yang keluar dari mulut kak Ken, membuatku mau tak mau berhenti membayangkannya dengan style nya yang menurutku sangat keren itu.
Ternyata sudah ada waitress yang berdiri di samping meja kami sedari tadi, dan dia sudah menungguku dari tadi untuk memesan makanan. Oh Katie. Oh.
Aku berdeham pelan dan berusaha membuat pikiranku kembali fokus ke dalam acara makan ini. Oke Katie. Jangan buat rencanamu ini gagal.
“Umm…aku ingin pesan rainbow cake aja, sama Green Tea Latte nya satu, tapi aku mau warm aja yah”
Kataku sambil melemparkan senyum ku yang manis kepada waitress tersebut, dan dia membalasnya dengan tatapan jutek. Oh, memang, apa sih salahnya membalas senyuman orang? Apa sih ruginya anda dengan membalas senyuman ke saya? Dasar.
“Aku pesan brownies aja deh satu, sama Hot Black Coffee nya satu juga”
Tak sepertiku, kak Ken malah justru masih menatap ke menu makanan ketika mengatakan sederet pesanannya kepada pelayan itu. Dan tak seperti caranya membalasku juga, dia malah tersenyum kepada kak Ken, walaupun aku yakin dia tidak buta dan paham betul kak Ken bahkan tidak melihat kea rah wajahnya.
“Jadi, apa aku dimaafkan?”
Aku melemparkan pertanyaan itu kepada kak Ken, dan kini keningnya berkerut, alisnya menyatu. Wajahnya tampak memperhatikanku.
“Apakah menurutmu aku datang ke sini menjemputmu tadi dari rumah dengan perasaan marah padamu?”
Aku terkekeh pelan saat mendengar jawaban dari kak Ken. Benar juga sih, jika dia belum memaafkanku, mana mungkin ia mau menjemputku tadi di rumah? Dan mana mau dia makan bareng aku sekarang. Ya kan?
“Oke, jadi kakak ga marah sama aku kan?”
Pertanyaan yang bodoh menurutku. Tentu saja, barusan ia berkata demikian kan?
Kak Ken hanya menggelengkan kepalanya sebagai tanda bahwa ia tidak marah padaku. Aku senang mendengarnya, tapi ingat Katie. Tidak marah, bukan berarti dia suka padamu.
“Oiya, waktu itu kamu kenapa sih Katie? Kamu tiba-tiba berlari seperti orang yang dikejar setan”
Mungkin bagi kak Ken, pertanyaannya terdengar lucu. Aku memang tidak menangkap suatu kemarahan atau keanehan dalam pertanyaannya itu. Namun bagi aku yang tahu bagaimana keadaan sesungguhnya. Bagaimana Damien di rawat di rumah sakit karena kecelakaan, dan mengingat bagaimana rasa takut kehilanganku kepada Damien saat itu, hal ini membuatku takut untuk menjawab pertanyaan dari kak Ken yang sebenarnya hanya pertanyaan selingan saja, karena memang pantas baginya untuk tahu apa yang terjadi hari itu, namun kali ini aku tahu dia bertanya seperti itu agar kita ada topik pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Foe Is My Fiance
Teen FictionTerkadang hidup tidak berjalan sesuai yang kita inginkan... Misteri di dunia ini, akan terus menghantui kita layaknya tunangan yang super ganteng! Perkenalkan namaku Katie, murid SMA biasa, gak cantik-cantik amat, mempunyai mimpi menjadi istri seora...