The Broken Promise

2.5K 74 2
                                    

Hari ini seperti biasa aku bangun pagi-pagi dan berangkat sekolah. Kebiasaan rutin yang sudah mengisi hidupku semenjak aku dilahirkan, bukan, semenjak aku TK atau bahka playgroup. Untung saja aku tidak bosan bersekolah. Tapi berbeda dengan keadaan sekarang, aku sangat tidak ingin bersekolah karena aku tahu aku akan bertemu dengan Stella dan Ken. Kalau dulu aku akan senang sekali bertemu dengan Ken, sekarang aku bahkan berharap ia akan lenyap ditelan oleh bumi. Begitupun sekarang, aku sedang melihat Stella berjalan ke arah mejaku, Keli sedang duduk di sebelahku tanpa tahu permasalahan di antara kami, aku rasa, entah kalau Stella sudah memberitahu Keli soal kemarin, atau mungkin Keli juga ikut merahasiakannya dariku? Aku harap tidak. Aku tidak ingin kehilangan Keli juga.

"Katie..."

Aku mendengar suaranya pelan memanggil namaku. Aku dapat merasakan hawa ketakutan dari tubuhnya, namun sekarang aku tidak peduli. Aku sudah muak melihatnya, mungkin aku terlalu lebai dan sangat egois, namun apa boleh buat, bagaimana sih kalau kalian jadi aku sekarang ini. Sahabat kalian berpacaran dengan kakak kelas yang sudah kalian puja dari kelas sepuluh, dan lebih menyebalkannya lagi, dia pura-pura tidak tahu! Ternyata polos-polos dalamnya busuk. Oke, aku merasa sangat jahat sekarang, tapi aku tidak boleh termakan wajahnya yang memelas itu. Oke Katie, jangan tatap matanya.

Aku tidak bergeming menanggapi panggilannya, bahkan ketika ia menyentuh pundakku ingin memanggilku pun aku menyentakkany pundakku agar tangannya terlepas dari pundakku. Aku sekarang memperlakukannya seperti sampah...ya Tuhan aku tidak tega sebenarnya, harusnya aku mendengarkan penjelasannya, kenapa aku malah yang jadi kanak-kanakan gini sih, tuh kan kenapa aku yang salah sih jadinya?

"Katie, lo kenapa? Stella manggil lo tuh"

Oke, sepertinya Keli beneran nggak tahu sama permasalahan kita, dan aku mengingat kejadian kemarin sore, membuat hatiku makin panas dan marah.

"Ngomong aja ama pacar lo"

Aku berdiri menghadap Stella sambil meninggalkannya begitu saja keluar kelas, oke itu mungkin kalimat dengan nada sinis ku yang paling sinis, apalagi ke Stella, bahkan aku tidak pernah melihat guru atau temanku berkata sinis padanya, aku rasa aku telah menyakitinya...oh Tuhan maafkan aku, maafkan aku Stella tapi aku nggak bisa, aku udah terlanjur kecewa sama kamu.

Dan aku mendengar isakan tangis Stella pelan dan disusul dengan pertanyaan 'ada apa sih sebenarnya?' dari Keli.

Aku keluar kelas untuk menenangkan pikiranku. Dan ketika aku sedang bengong di sana, tiba-tiba ada suara yang membuyarkan lamunanku. Ah Damien! Aku benar-benar sedang ingin memeluknya sekarang, kalau saja kami tidak sedang ada di sekolah, aku pasti sudah memeluknya sekarang ini. Tapi tidak bisa, bakal ada rumor sepanjang masa bila aku memeluk Damien sekarang.

"Kamu lagi ngapain Katie sendirian di depan kelas?"

Damien agak bingung melihat raut wajahku yang mungkin merah karena sedang berusaha menahan tangisku dan karena lagi marah, sudah kubilang bukan kalau aku menangis aku

Aku hanya menggelengkan kepalaku pelan sambil menahan agar diriku ini tidak menangis. Seolah tahu apa maksudku, mungkin ikatan batin pasangan yang sudah bertunangan, cielah, Damien mendekatkan kepalanya dan berbisik padaku,

"Apakah kau belum memaafkannya?"

Aku menggeleng pelan, "Gak bisa semudah itu Damien..."

Damien menghela nafas dan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, tangannya berkacak pinggang melihatku dan matanya menyorotkan tatapan agak kecewa dan tidak suka terhadapku. Loh ada apa sih ini sebenarnya? Kenapa semuanya kaya gasuka sih sama aku? Dan kenapa semuanya seolah melihatku seperti aku yang salah? Sebenarnya kan yang salah bukan aku! Apa mereka semua sedang ngerjain aku ya? Seingatku ulang tahunku masih lama. Aneh, sebal, aku kesel sama Damien juga.

My Foe Is My FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang