Marrying My Enemy?!

8.1K 234 4
                                    

Hai haaaai
Aku lagi niat-niatnya nih update story lagii
Jadi inilah hasilnyaa, mengabaikan semua tugas demi update T-T

***

Katie's POV

Oke, kali ini bercandaan mom ga lucu
Sama sekali ga lucu
Gimana bisa, aku? tunangan? Hell No man!, dan terlebih lagi asal kalian tau saja, laki-laki yang sedang duduk manis di ruang tengah rumahku ini, dia salah satu orang yang dapat aku pastikan namanya akan tercatat di dalam top ten list orang yang paling aku benci. Damien! Damien Thorne si guru sialan yang hampir setiap kali ngajar aku, kerjaannya hanya marah-marah. 'Katie berdiri sini di depan!' atau kalo nggak 'Katie! kerjakan soal di papan!', 'Katie jangan bengong, atau saya keluarin kamu dari kelas saya!' and then 'Katie jangan tidur di kelas saya! keluar sana cuci muka!!' and then again 'Katie, coba kamu terangkan apa yang barusan saya jelaskan di kelas!'
Kenapa sih dia ngga cape-cape ngehukum aku terus? aku yang mendengarnya hampir setiap hari saja sudah muak, tapi dia? dengan senyum liciknya yang selalu menghiasi wajahnya, dengan seenaknya saja menghukum ku.
Aku nggak tahu dan nggak habis pikir, apa sih hebatnya dia sampai-sampai hampir semua murid disini, baik cewe maupun cowo! bisa-bisanya terpesona sama ketampanan dia dan mengagung-agungkan seorang Damien. Hampir semua anak menjawabnya dengan jawaban 'iiih dia itu ganteng banget tauuu, trus udah gitu pinter lagi!' dan ada yang sampai saking tergila-gilanya menjawab gini 'OH MY GOSH dia tu hot banget tau! gue rela deeh jadi istri simpenan kalo sama dia mah' gila kan? gila kan ya teman-teman di sekolahku?
Pak Damien memang salah satu guru favorit di sekolahku, karena dia tampan, pintar dan kalo ga salah, dengar-dengar sih keluarganya lah yang membangun yayasan sekolahku ini. Huh, pantas saja sikapnya arrogant seperti itu, dasar sombong, batinku.

Sedangkan, kalau sekarang aku diberi pertanyaan yang sama, aku bakal dengan santainya menjawab 'ga ada yang bisa dibanggain dari guru kaya dia! kerjaannya cuman marah mulu tiap hari ama gue, apa sih gantengnya dia? gue mending mati daripada jadi pacarnya, apalagi istrinya'

Dan apa berita buruknya?
Aku harus mencabut semua omonganku tadi, karena apa? karena mau tidak mau aku harus menjadi 'tunangan' cowo sialan yang duduk disebelahku ini,

"Katie...kami senang kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami" suara lembut dari tante Dianne, mamanya Pak Damien, membuyarkan lamunanku. Jujur ya, aku jauh lebih suka dengan mama nya, sangat lembut, cantik dan baik hati. Beruntung sekali om Daniel bisa mendapatkan istri sebaik dan secantik tante Dianne.

"Ah-i-iya tan, aku..juga senang" jawabku lirih hampir tidak terdengar. Well of course, aku ga bisa bohong kan kalo memang aku jujur aja terbebani dengan perjodohan konyol ini, bagaimana tidak, aku harus menjadi tunangan dari orang yang paling kubenci di sekolah, selain Caroline, cewe yang bossy dan suka ngebully teman-teman di sekolah. Seharusnya mereka saja yang dijodohkan! cocok kan? satunya pemarah satunya sombong dan suka buly orang! pasti anaknya psikopat. Aku tersenyum jahat saat memikirkan bagaimana nanti anak Carol dan Pak Damien nanti jika mereka beneran menikah.

"Katie aku tahu kamu senang sekarang karena kamu sudah menjadi tunanganku, tapi apakah kamu sudah gila sampai kamu senyum-senyum sendiri?" ledek Pak Dam yang sedang duduk di sampingku sambil senyum menyeringai

"Apaan sih pede banget" aku menjadi gugup dan salah tingkah karena ulahnya ini. Tuh kan! seperti yang sudah aku bilang tadi, kalo si Damien ini memang sangatlah menyebalkan! dimana aja dia berhasil membuatku marah dan malu, ya Tuhan apa salahku hingga Kau menyuruhku menjadi tunangan dari cowo bengis seperti dia. Aku merengut sambil memandangi cincin emas putih yang melingkar dengan indahnya di jari manisku, cincin yang memiliki pasangan yang juga melingkar di jari manis milik pak Damien, hiks, aku kan ingin cincin yang kukenakan kelak di jari manisku adalah cincin dari pangeranku! aku masih tidak percaya bahwa impianku selama ini untuk dilamar dengan sangat romantis oleh pangeran impianku benar-benar kandas. Kini impianku itu telah hancur berantakan, dan digantikan dengan kenyataan pahit ini. Aku masih tidak percaya bahwa tadi kami sudah bertukar cincin, aku yang dapat dikatakan setengah sadar ini, karena aku begitu shock tentunya, hingga setelah aku sadar, cincin mungil ini sudah tersemat di jari manisku seolah menunjukkan bahwa selamanya cincin ini akan melingkar di jariku.

My Foe Is My FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang