Hello readers!
I'm so sorry for the long update :( I've been enjoying my holiday too much that I started to forgot updating my story. But! thank you banget buat kalian yang udah vote and comment MFIMF, aku terharu lihatnya :") dan thank you buat yang udah nungguin cerita ini di update, aku janji akan selesain cerita ini kok! gaakan ngegantung, tapi tergantung banyaknya tugas dari sekolah sih, hehe, anyway, enjoy!§
Aku tetap menangis sendirian di dalam kamar mandi. Entah sudah berapa hari aku tidak keluar dari kamar mandi ini. Enggak sih, aku hanya melebih-lebihkan aja, mungkin baru dua jam aku di sini. Tapi sedari tadi air mataku masih setia mengalir dan tidak mau berhenti. Seolah menggambarkan bahwa mereka ingin menemaniku yang sendirian di sini dan ingin menghiburku, namun salah air mata, kau salah, justru kehadiranmu membuatku semakin terlihat sedih. Huh, aku bisa sangat dramatis bila aku sedang sedih dan menangis. Mungkin aku harus membuat novel ketika aku sedang menangis.
Aku sudah tidak mendengar ketokan di pintu dan panggilan namaku dari Damien. Aku harap dia sudah menyerah dan pulang. Aku beranjak bangun dan berjalan ke arah washtafel, aku melihat pantulan diriku di cermin, betapa buruk rupanya diriku setelah menangis, pantas saja aku tidak memiliki pacar satupun selama ini. Aku malah jadi meratapi nasib wajahku sekarang ini. Aku buru-buru mengikat rambutku asal dan mulai mencuci wajahku dengan air, berharap kejelekanku akan ikut larut bersama air tersebut. Namun tidak, memang mungkin nasib wajahku seperti ini, aku tidak akan bisa menghilangkan wajah merahku ini, mata bengakak, hidung merah, dengan hanya keajaiban mencuci muka menggunakan air washtafel.
Dan aku memutuskan untuk keluar dari sini dan makan daripada aku terus menghina diriku sendiri. Karena menangis dua jam membuatku cukup kelaparan. Karena tadi aku hanya sempat minum milkshake ketika aku bertemu dengan Damon. Setelah memastikan tidak ada hawa kehadiran orang di depan kamar mandi, aku membuka perlahan pintu kamar mandi dan mulai mengendap keluar menuju kamarku. Aku perlu menenangkan diri dulu di kamarku, sebelum aku makan.
Setelah aku berhasil mengendap keluar dan masuk ke kamar, aku menghembuskan nafas setelah tadi aku menahannya sepanjang perjalananku dari kamar mandi ke kamarku. Baru aku menghembuskan nafas, aku memutar badanku dan menemukan sosok Damien sedang duduk di kasurku dengan tatapan kosong memandang figura di tangannya. Entahlah itu foto apa, aku baru saja ingin membuka pintu kembali dan kabur dari sini, sebelum Damien berhasil menyadari keberadaanku dan memanggil namaku pelan, lembut sekali hingga berhasil membuatku luluh dan tidak jadi kabur, aku meutup pintu yang tadi sudah terbuka sedikit. Dan aku memutar badanku kembali untuk menghadapnya, tapi aku tetap menundukkan kepalaku, karena aku tau wajahku sekarang pasti masih jelek banget, terakhir aku ngecek sih begitu.
"Tatap aku dong sayang, jangan nunduk terus begitu"
Aku hanya terdiam dan tetap tidak mau mengangkat wajahku, seolah wajahku ini beratnya satu ton hingga aku tak kuasa mengangkatnya. Akhirnya aku hanya berdiam di depan pintu seperti orang bodoh. Kemudian Damien menghela nafas, dan berjalan ke arahku, aku takut dia akan kasar lagi terhadapku. Aku hanya menutup mataku dan berharap dia akan hilang ketika aku membuka mataku kembali, namun aku tidak berani membuka mataku, mungkin karena itu dia tidak jadi menghilang, haha.
Aku merasaka Damien memeluk tubuhku dan meletakkan kepalanya di pundakku, seolah itu adalah bantalan bagi kepalanya. Tapi tubuhku tidak dapat aku kontrol sekarang, aku hanya bisa diam seperti patung ketika Damien memeluk tubuhku. Tidak lama setelah itu aku mendengar Damien berbisik 'I am so sorry my darling'
Aku hanya dapat melanjutkan acara nangisku tadi di kamar mandi dan membasahi setengah baju Damien lagi. Damien menuntunku untuk duduk di pinggiran kasurku dengannya. Tidak lama aku menangis, karena aku yakin pasokan air mataku sudah habis aku gunakan. Aku menengadah dan menatap Damien, ia menatap mataku dengan tatapan sangat bersalah. Ibu jarinya menghapus air mata yang mengalir di pipi ku. Ia mencium keningku agak lama sebelum ia kemudian kembali membawaku ke dalam pelukannya.
"Maafkan aku Katie...aku tidak bermaksud menyakitimu"
Aku hanya menjawabnya dengan anggukan pelan. Aku tidak memiliki kekuatan untuk mengeluarkan suara sekarang. Damien mencium pucuk kepalaku dan mengusap-usap pelan punggungku, membuatku menjadi sedikit tenang.
Setelah aku benar-benar dapat berbicara dengan benar tanpa ada sesenggukan karena efek samping dari menangis, aku akhirnya dapat menatap wajahnya, "Maafkan aku Damien...aku tidak seharusnya bersikap begitu..."
Aku kembali menguburkan wajahku di dadanya, sambil tangannya tetap memelukku.
"Ssst, Katie, aku yang salah aku yang minta maaf, karena aku, kamu jadi nangis terus begini...udahan ya nangisnya? Nanti kamu jadi jelek loh"
Aku mencubit pinggangnya dengan keras hingga ia mengaduh kesakitan, siapa suruh katain aku jelek.
"Aw! Aw! Iya Katie, iya maafkan aku, aku hanya bercanda Katie"
"Huh, bercandaannya ga lucu"
Aku mendengus pelan sambil mengerucutkan bibirku, tipikal aku ngambek.
"Yah, udahan dong Katie ngambeknya...masa ngambek lagi sih..."
Melihat wajahnya yang kini memohon padaku membuatku mau tak mau menjadi tertawa geli akibat ulahnya ini, aneh ya, tadi aku baru saja menangis seperti orang kesurupan, sekarang aku sudah tertawa lagi, memang Damien sudah membuatku gila.
"Jadi...kamu tadi beneran marah ama aku?"
Aku hanya mengangguk pelan sambil tersenyum bodoh...hehehe
"Sampai kamu bolos di pelajaranku huh?"
Aku masih mengangguk sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal
"Dan...kamu malsuin tanda tanganku buat bisa pulang cepat bukan?"
Aku hanya dapat senyum ala iklan pasta gigi sekarang.
Damien geleng-geleng kepala sambil mengacak-acak rambutku, untung dia tidak marah lagi,
"Yaudah Katie...maafin aku ya, tuh mata kamu jadi bengkak, jangan nangis lagi ya, aku janji aku ga akan bikin kamu nangis lagi gara-gara aku..."
Aku mengangguk dan ikut merasa bersalah, Damien dari tadi di sini hanya menungguku kembali dari kamar mandi.
"Yaudah, ini kamu jangan lepas ini lagi ya...aku sedih loh liatnya"
Damien mengambil tanganku dan memasangkan cincin pertunangan kami yang sempat tadi aku buang di jari manisku. Dan aku hanya memeluk Damien, aku benar-benar tidak bisa kehilangan dia...
§
Vomments Please!
<3<3<3
![](https://img.wattpad.com/cover/30963396-288-k184019.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Foe Is My Fiance
Teen FictionTerkadang hidup tidak berjalan sesuai yang kita inginkan... Misteri di dunia ini, akan terus menghantui kita layaknya tunangan yang super ganteng! Perkenalkan namaku Katie, murid SMA biasa, gak cantik-cantik amat, mempunyai mimpi menjadi istri seora...