Come Back to Me

5K 160 1
                                    

Hai hai
Maafkan update agak lama hehe
Aku sedih nih pada jadi silent readers....come on para silent readers reveales your true soul (?)
Thanks yang udah mau ikutin ceritaku sampe part ini yaa, thanks juga yang udah vote and comment MFIMF! I appreciate that!
Oiya gambar di samping ini Caroline ya!

Happy reading~

***

Katie's POV

Langkahku kupercepat, dan aku begitu tergesa-gesa. Hatiku sedikit lega saat melihat taksi datang ke arahku. Aku langsung memasuki taksi yang kini sudah berhenti tepat di depanku tanpa memperdulikan sekelilingku yang seolah mengira aku adalah buronan yang hendak kabur. Terdengar seseorang berteriak lumayan kencang ke arahku sesaat setelah aku menutup pintu taksi. Aku menengok ke arah jendela untuk melihat siapa yang berteriak tadi. Dan kulihat pria yang seumuran dengan Pak Damien berjalan ke arah taksi yang kutumpangi ini. Kulihat tangannya yang kokoh mengetuk pelan kaca jendela taksi yang kutumpangi. Oh God! apalagi sih ini? aku sedang terburu-buru please!

Aku langsung membuka kaca jendela sambil memperhatikan siapa sih yang seenaknya saja neriakin orang, lagi buru-buru juga

"Ada apa om?" tanyaku cuek

"Hey kamu! enak aja panggil saya om, kamu tau ngga kalo dari tadi saya ngantri taksi dan seenaknya aja kamu nyerobot taksi saya!" om-om di depanku ini berkacak pinggang sambil menyorotkan tatapan tajamnya ke arahku

"Yah om, maafin saya ya, tapi saya beneran buru-buru nih, saya harus ke rumah sakit om, hidup dan mati saya sedang meregang nyawa di sana" aku memasang tampang puppy face yang aku yakin pasti sangat amat memelas, apalagi kondisi mataku yang memang agak bengkak karena habis saja menangis, dan benar saja, om-om di depanku ini langsung luruh sambil melipat tangannya di dada

"Ck, yasudah, kali ini kamu saya maafkan" om-om tersebut mengetuk jendela sang supir taksi dan mengisyaratkan dia untuk jalan

Fiuh! untung aja, gila sih kamu Katie, kenapa sih dimana aja kamu selalu bikin ulah, ugh, aku kesal dan merutuki diriku sendiri. Setelah memberikan alamat yang diberikan mom tadi, aku langsung menelpon mom, aku sangat khawatir dengan keadaan Damien sungguh. Bahkan belum genap dua minggu umur pertunangan kami, masa aku udah harus kehilangan dia sih? Tuhan, aku gamau punya mantan tunangan, aku pengen sekali tunangan udah aku bakal nikah ama dia, aku mau punya kisah cinta sejati, bukan kisah cinta yang putus nyambung gitu. Tapi aku bukan mengutamakan impian ku itu, aku lebih dan sangat mengutamakan keselamatan Damien. Entah kenapa rasanya aku tidak mau kehilangan Damien. 

"Halo, mom?"

"Katie? kamu udah jalan ke rumah sakit sayang?"

"Udah mom, Katie lagi di perjalanan, mom, gimana keadaan Pak Damien mom?" aku menggigit bibir bawahku, aku berusaha agar tidak menangis, aku tidak ingin mom tambah khawatir dengan keadaanku nanti

"Katie sayang, pokoknya kamu harus terima ya apapun yang terjadi, kamu harus terima kenyataannya, pak Damien masih ditanganin sama dokter sayang" 

Nggak, semua yang dikatakan mom barusan gak mungkin bener. Pak Damien pasti gak apa-apa. Gak mungkin kan keadaannya separah itu sampai mom harus nyuruh aku ngrelain pak Damien kalo terjadi apa-apa? Gak mungkin aku bakal ngrelain pak Damien gitu aja! disaat kita udah mulai gak berantem lagi. Disaat pak Damien udah mulai natap aku dengan tatapan hangat. Aku malah justru ngecewain dia dengan keegoisanku. Walaupun aku belum tau sebenarnya perasaanku ke pak Damien gimana, tapi jujur saja aku gamau kehilangan dia. 

"Gak mom! Pak Damien pasti gapapa! dia gaakan pergi ninggalin kita! aku gak mau!" aku mematikan telfon sambil berusaha menghentikan tangisku yang semakin deras. Entah sudah berapa liter air mata yang kukeluarkan di taksi ini. Jika saja pak supir yang baik hati ini tidak memberiku tissue tadi ditengah perjalanan, pasti aku udah membanjiri satu taksi dengan air mata dan ingusku.

My Foe Is My FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang