.
HAECHAN memejamkan matanya dan menghela napas, dirinya mendadak pusing. Sudah 4 bulan lamanya ia terus mencari cara agar Renjun bisa melepaskan anak yang dikandungnya dengan cara yang ia lakukan beberapa bulan lalu sampai sekarang.
Sampai kandungan Renjun sudah masuk trimester kedua. Hampir 5 bulan.
Dia berpikir bahwa Renjun akan menyerah dan menggugurkannya, namun sayang, setiap malam jika ia baru pulang dari kabin kayunya ditengah hutan, Haechan selalu melihat lelaki mungil itu masih terjaga ditengah malam membuat dirinya semakin merasa bersalah karena mendiaminya berbulan-bulan dan membiarkan Renjun sendirian.
Haechan tidak munafik jika dirinya tidak mengkhawatirkan Renjun karena sejujurnya ia juga merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya dari awal mereka kembali bertemu yang dimana ketika Renjun mengaku bahwa anak yang sedang dikandungnya adalah anaknya.
Lelaki berkulit tan itu terdiam menatap kertas-kertas penuh coretan yang tepat berada di atas meja dihadapannya.
Semua ia lakukan sendiri.
Jika ingin jujur, Haechan benar-benar tidak mengharapkan bayi itu lahir jika ibunya adalah Renjun. Entah mengapa hatinya kembali sakit setelah mengingat Renjun tempo hari kembali menangisi dirinya ketika bersama Mark.
Haechan meremas selembar kertas dan menutup bukunya, "aku pikir, aku harus pulang lebih cepat," ucapnya pada diri sendiri.
Dia berdiri dan melangkahkan kakinya keluar kabin tepat setelah memakai jaket denim-nya serta menutup pintu. Kakinya berjalan ke arah rumah yang kini tidak pernah dia injak pada siang hari lagi.
Karena Haechan selalu meninggalkan tempat itu sebelum matahari terbit hingga tengah malam yang dimana semua orang sudah terlelap pada mimpinya masing-masing.
Sesekali dia bersenandung setelah memasukan kedua tangannya pada saku celana.
"Haechan ...."
Itu suara Renjun.
Haechan terdiam ditempatnya, saat dia menatap lurus, ia menemukan Renjun tengah berdiri dihadapannya dengan pandangan sendu.
"Apa yang kau lakukan?" Renjun bertanya namun Haechan kembali berjalan, meninggalkan Renjun dibelakangnya tanpa suara dari mulut.
"Haechan, tolong, kenapa?" Renjun kembali bertanya, "apa aku ada salah?"
Haechan masih terus berjalan, namun agak lebih cepat dari sebelumnya.
"Haechan jangan diamkan aku atau—"
"Atau apa?" akhirnya Haechan bertanya dengan suara yang mengintimidasi membuat Renjun terdiam dan memotong ucapannya.
Haechan berbalik dan menatap Renjun tajam, dia berjalan mendekati lelaki kecil itu, kemudian mencengkram kedua lengannya dengan sangat kuat.
"Pulang."
Alpha command Haechan memenuhi pikiran Renjun hingga membuat dadanya sesak, ia sedikit merunduk dan memejamkan matanya sembari meremas jaket denim milik Haechan.
"Aku—tidak mau!" Renjun berteriak tepat didepan Haechan yang dimana membuat pria itu sedikit terkejut, Renjun melawannya? batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
☑️ whicked. - hyuckren, dongren
FanfictionHaechan dan Renjun, yang dipertemukan oleh takdir menyesakkan. (AU!OMEGAVERSE) (MPREG) (WITCHES) (VAMPIRE)