(2/2) Worlds Apart

4.1K 415 17
                                    






.

TEPAT 1 bulan lamanya Mark terbaring di kasurnya setelah mengalami patah tulang yang begitu mengerikan.

Semua orang merasa bersyukur bahwa Mark masih diberikan kehidupan setelah mengalami semuanya.

Termasuk Haechan.

Namun Haechan begitu menyayangkan tentang Mark yang sempat tidak sadarkan diri untuk waktu seminggu karena lelaki itu benar-benar melewatkan hal yang begitu penting untuk Haechan.

Renjunnya.

Iya, perjuangan Renjun sewaktu dirinya berjuang untuk melahirkan sang anak dan Haechan yang begitu membenci dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan sang ibu.

Dan tepat 1 bulan juga Renjun tidak sadarkan diri.

Semua telah berjalan dalam waktu kurung 1 bulan.

Hari demi hari, Haechan semakin membenci dirinya karena ia belum juga berani bertemu dengan anaknya sendiri.

Bahkan ia belum menamai bayi laki-laki tersebut, hanya Renjun yang pantas, pikirnya.

Ia hanya akan menunggu Renjun untuk bangun.

Mark menatap Haechan yang sedang termenung duduk di pinggir kasurnya, "hey," panggilnya lemah.

"Aku baru sadar jika kau selemah ini." Ucap Haechan tanpa nada suara membuat Mark tertawa kecil.

"Aku juga baru tahu jika adikku selemah ini," ucap Mark yang membuat Haechan menoleh dan menatap tajam mata sang kakak.

"Haechan yang aku tahu ... tidak pernah selemah ini, ia bahkan tidak pernah melewatkan perkelahian dari mana pun hanya karena sedang bersedih." Lanjut Mark.

Haechan mengalihkan pandangannya dan mendengus, kedua tangannya terkepal kuat, menandakan bahwa ia sedang menahan emosinya.

"Tahu apa kau?" tanya Haechan setelahnya.

"Aku tahu banyak tentang adikku." Sahut Mark dengan suara yang terdengar lebih kuat dari sebelumnya.

"Lee Donghyuck, seseorang yang humoris juga ... gelap. Hanya itu yang bisa aku gambarkan jika mengenai adikku."

Haechan memejamkan matanya sejenak sebelum menghela napas dan bangun dari duduknya.

"Kau tidak melupakan Renjun, 'kan?" tanyanya secara gamblang.

Mark menggeleng lemah dan melukiskan senyuman mengejek di wajahnya, "tidak ... anak itu masih melekat di otak serta hatiku."

"Selalu begitu," ucap Haechan sembari merotasikan bola matanya dengan malas.

"Aku akan pergi keluar." Lanjutnya dan langsung melangkahkan kakinya pergi keluar dari kamar Mark yang masih tersenyum.

Setelah memastikan Haechan telah meninggalkan kamarnya, Mark mengatur napasnya yang kini terasa begitu menyakitkan untuk dirinya setelah menarik napas.

Seluruh tulangnya seperti tidak mengharapkan menjadi satu lagi, rasa sakitnya menyebar saat setiap Mark menarik napas.

Namun rasa kosong seketika memenuhi rongga dadanya, ia juga merindukan Renjun.

☑️ whicked. - hyuckren, dongrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang