.RENJUN mengedarkan pandangannya ke sekitar arah kamar dari jendela yang sudah di tempati oleh pemuda bertubuh lebih besar darinya itu, namun ia juga tidak pernah bertemu dalam kurung waktu selama 3 bulan penuh.
Dia bingung, apa Haechan benar-benar tidak mau menerima bayi yang dikandungnya?
Lelaki mungil itu meremas ujung bajunya kuat, matanya mendadak memanas. Kakinya melangkah masuk ke dalam kamar. Dia mendudukan tubuhnya di pinggir kasur dan mulai menangis.
Pikirannya berkecamuk dan bercabang, ia sungguh bingung, apa secara tidak langsung pria itu juga menuduhnya sudah melakukan hal lain dengan orang lain juga sebelum dirinya? Lucu sekali.
Mengingat Renjun hanya hidup 150 tahun sekali, hal itu sangat tidak mungkin. Renjun yakin, anak yang dikandungnya adalah milik Haechan dan lelaki itu harus bertanggung jawab atas anak yang ada didalam perutnya.
TOK! TOK!
Ketukan pintu berbunyi menandakan ada seseorang di luar kamarnya, Renjun langsung mengusap sudut matanya untuk menghapus airmata yang sempat terjatuh, "masuk!" teriaknya pada orang di luar.
Seseorang membuka pintu dan kemudian berjalan masuk sembari membawa beberapa camilan ditangannya.
"Aku bawakan camilan sehat untuk si bayi," ucap Mark pada Renjun yang masih sibuk mengerjapkan matanya beberapa kali.
Mark mengerutkan keningnya, "Renjun ... kau baik?" lanjutnya bertanya.
"Uh? Huh, ya tentu saja ...."
"Makan buah dan kue kering manis ini dulu, ibu yang berikan dan menyuruhku membawanya," Mark meletakan buah serta kue kering yang dia bilang di atas meja nakas samping kasur milik Renjun.
Senyuman tipis menghiasi wajah Mark saat menyadari mata Renjun yang terlihat agak sembab.
"Kau memikirkan Haechan lagi?" lirih Mark, tangannya terangkat guna mengusap surai kecoklatan milik Renjun. Yang diusap menghela napasnya dan mengangguk lemah, "ya ...." Jawabnya.
Mark menggeleng pelan, tangannya masih sibuk mengusap kepala yang lebih kecil, "i will talk to him later, okay?"
Renjun menoleh ke arah Mark, mata mereka bertemu dan membuat lelaki itu ikut tersenyum setelah menatap mata Mark yang terlihat menenangkan hatinya.
"Terima kasih, Mark hyung—dan terima kasih Ibu untuk makanannya," Renjun masih tersenyum, "ingin makan bersama?" tanyanya.
Mark mengangguk, dia menurunkan tangannya dari kepala Renjun dan mengambil pisau yang sudah dibawa untuk memotong buah.
"Apel atau Pir?" tanya Mark.
"Hm... Pir!" sahut Renjun dengan semangat. Dia menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang lalu intuk dilipat kemudian tangannya bertumpu di atas pahanya sendiri.
"Baiklah..." Mark terkekeh melihat respon Renjun, tangannya meraih 1 buah pir untuk dipotong, "bagaimana kabar si bayi?" lelaki yang merasa lebih tua itu bertanya lagi.
Renjun memegang perutnya dan kemudian mengusapnya lembut, "aku ... belum begitu merasakan apa-apa selain detak jantungnya di perutku," suaranya mendadak melemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
☑️ whicked. - hyuckren, dongren
FanficHaechan dan Renjun, yang dipertemukan oleh takdir menyesakkan. (AU!OMEGAVERSE) (MPREG) (WITCHES) (VAMPIRE)