_21_

199 21 4
                                    

Ruangan bernuansa putih dilengkapi alat-alat yang tak diketahui namanya satu persatu-satu menjadi bukti bisu. Dimana kedua orang saling berjuang dalam ambang hidup atau mati.

Dokter keluar masuk dalam jangka waktu tertentu untuk mengecek keadaan keduanya.

Saling menutup mata dengan damai, dengan raut wajah pusat pasi. Mereka berdua tak ingin bangun dalam kelelapan yang candu saat itu.

"Shhh"

Suara ringisan menggema diruangan itu, seseorang telah sadar. Dia adalah Aska.

Dia memegang kepalanya saat merasa nyeri. Aska menatap langit langit ruangan tersebut. Memejamkan mata seraya menikmati aroma obat yang menusuk diindra penciumannya diiringi kilasan memori yang membuatnya seperti sekarang.

Aska membuka mata, mengedarkan mata keseluruh tempat.

Deg

Mata Aska terpaku tak percaya, disebelahnya terdapat seorang wanita dengan banyak alat yang Aska tak mengerti gunanya apa.

Air mata tiba-tiba meluruh karena perasaan gagal untuk menjaga gadisnya muncul. Ya,Deandra saat ini tepat disebelah Aska. Menutup mata dengan damai.

Aska berusaha bangkit. Gadisnya mungkin sedang tertidur. Aska ingin menanyakan bagaimana keadaannya.

Dengan susah payah dirinya bangkit, meskipun berjalan tertatih dan sesekali meringis karena tubuhnya benar benar nyeri disetiap sisi, tetapi dirinya sampai.

Aska menggenggam tangan Deandra yang bebas dari infus. Dingin saat Aska menggenggamnya.

"De,bangun," Panggil Aska pelan namun terkesan lirih.

"De,"bahkan panggilan itu tersirat akan kesedihan yang mendalam. Suaranya bergetar hebat hingga rasanya keluh untuk sekedar mengucap.

Aska berdiri cukup lama. Menunggu dengan sekuat tenaga jika mata indah itu terbuka. Namun Aska merasa tubuhnya juga melemah sekarang. Rasa sakit terus menghujam terlebih pada bagian perutnya. Bahkan sesekali dia meringis.

" Cepet bangun,"

Cup

Aska mencium Deandra tepat pada keningnya. Seulas senyum terbit pada bibir Aska saat dirinya melakukan itu.

Aska memutuskan untuk kembali ke brankarnya,tetapi belum sempat dirinya berbalik tangannya merasa digenggam oleh tangan dingin Deandra.

"De,"

Aska tersenyum dan meneteskan air mata bersaman saat melihat dirinya tidak halusinasi. Deandranya benar-benar mengenggam tangannya sekarang.

"Kak,"lirih Deandra saat membuka matanya yang teramat berat.

" Iya, kenapa?ada yang sakit?kamu haus?"tanya Aska bertubi-tubi.

Deandra hanya menggeleng.

"Kakak baik-baik saja?"

Aska mengangguk mantap,"iya,aku baik."

"Kak, a-aku minta maaf"

Aska menggeleng kuat,"kamu ngga ada salah,De. Jangan membuatku takut."

Deandra tersenyum. Menatap mata khawatir Aska dengan sendu.

"Aku boleh peluk?"suara Deandra nampak ragu saat mengatakannya. Namun setelahnya senyum terbit dengan indah saat merasakan pelukan hangat pada tubuhnya.

Deandra membalas erat pelukan itu sekuat tenaganya.

"Kak,Dean capek,"bisik Deandra.

"Aku lelah,Kak"

Deandra (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang