_19_

177 23 12
                                    

Seorang gadis yang tak lain adalah Deandra kini tengah menangis tersedu didalam mobil Kakaknya. Dengan tangan terikat dan mulut yang di beri perekat hitam.

"Abang mau bawa aku kemana?"

Pertanyaan itu terus muncul dalam benaknya.

Mengapa rasa bahagia Deandra terganti ketakutan seperti sekarang?

Apa yang akan abangnya lakukan?

memberontak berkali-kali tidak dihiraukan oleh kakaknya itu. Dia tetap fokus menyetir seakan dirinya tidak ada.

Flashback on

"Bang, kita mau kemana?" Tulis Deandra pada note nya.

Yang hanya dibaca tanpa dijawab oleh Ranio. Namun dia berusaha berpikir positif. Mungkin kakaknya lelah atau kakaknya akan memberinya kejutan.

Senyum indah itu tak pernah luntur dari bibir manis Deandra.

Membayangkan kesenangan yang akan menghampirinya membuat pipinya memanas. Diliriknya pada kaca spion dan nampaklah pipinya yang memerah.

Chittt..

Hampir saja dahi Deandra berhantaman dengan dashboard. Untung saja sabuk pengaman itu melindunginya dari pengereman kakaknya yang mendadak.

Deandra menoleh pada kakaknya.

Deg

Deandea terpaku dengan tatapan sengit dan smirk diwajah tampan kakaknya.

Kenapa ini?

"Maaf" Kata yang keluar dari bibir Ranio setelah tatapannya melunak.

Lalu entah sejak kapan Deandra tak menyadari kakaknya itu sudah memegang sebuah tali.

Deandra menatap kakaknya sendu. Apakah harapan menghianatinya lagi?

Apakah dirinya harus sakit lagi karena orang terdekatnya?

Tangis Deandra tak dapat ditahan lagi saat kakaknya dengan paksa membuka sabuk pengaman, menarik kedua tangannya ke belakang lalu mengikatnya kuat.

Sakit

Itulah yang dirasakannya tetapi itu tak sesakit hatinya saat ini.

Kemudian Ranio mengembalikan duduk Deandra dan mengaitkan sabuk pengamannya.

Deandra terus menangis dan diantara jatuhnya air matanya serta pandangan yang mengabur dia melihat Ranio membuka dashboard lalu mengambil perekat hitam.

Dan tanpa menunggu lama sedikit perekat itu telah menempel dibibir Deandra membuatnya tak bisa apa apa sekarang.

"Apa abang lupa kalau aku bahkan tak bisa berteriak sekarang?"

Flashback off

Ranio menatap adiknya yang saat ini tak menatapnya balik.

Ada rasa sesal dalam dirinya.

"Karena bunda yakin cuman abang yang tidak akan melukai Deandra"

Kata kata bundanya itu secara tidak sengaja terlintas membuat rasa sesal itu semakin menjadi.

Tapi hidup adalah pilihan.

Dan Ranio lebih memilih bundanya dari siapapun bahkan jika harus mengorbankan adiknya. Dia tak apa.

Toh dia yakin Deandra akan baik baik saja sendirian lagi.

Rencana Kakeknya itu tak sekejam biasanya. Dan semoga saja keputusan mempercayai Kakeknya ini tidaklah salah.

Deandra (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang