Ceklek
"Brengsek,"
Bugh
Bugh
Ranio membabi buta saat pintu ruangannya dibuka. Dia menghujam tanpa ampun laki-laki yang merupakan anak buah kakeknya.
"Bangsat!! Dimana majikanmu ha?!"
Ranio sekali lagi menghujam orang itu dengan pukulan tanpa rasa ampun. Rasa sakitnya saat ini telah ada diujung.
"Berhenti!"
Tubuh Ranio segera berhenti ketika mendengar suara seseorang yang telah menjadi dalang dari kejadian ini. Ranio menatap tajam seseorang yang tak lain adalah kakeknya. Tangannya mengepal kuat siap menghujam pukulan pada wajah kakeknya yang menunjukkan kebahagiaan setelah membuat hidup adiknya hancur lebur.
Ranio sudah siap dengan konsekuensi apapun. Dia mendekat dan sudah mengangkat tangannya siap memukul namum tangannya hanya melayang tanpa menyentuh. Kedua lengannya dipegang dua anak buah Malik agar dirinya tak mampu bergerak lagi.
"Bagaimana pertunjukkannya?" ucap Malik seraya mendekat dan menatap mata cucu kesayangannya yang sepertinya sedang menunjukkan kebencian yang amat besar.
"Aku yakin kau pasti menikmatinya bukan?"kedua tangan Ranio mengepal kuat hingga kukunya memutih.
Ranio membenci dirinya sendiri. Rencana awal kakeknya itu hanyalah membuang Deandra ke negara lain. Namun,itu hanyalah alibi yang kini disesali dirinya sendiri. Adiknya, kesayangan orang tuanya kini telah tidak suci lagi dan dirinya andil besar dalam kejadian yang menimpanya. Sungguh, tak terbayangkan bagaimana respon kedua orang tuanya nanti.
" Kenapa kau diam?"
"Kau iblis!! Kau bukan manusia!!"
Malik tertawa sangat keras karena ucapan Ranio.
"Ya,aku iblis. Terserah kau menganggapku apa sekarang ini. Setidaknya rencanaku berjalan dengan sangat lancar,"
"Bang-"
"Stop mengumpat cucuku. Apakah kau tidak ingin membawa adikmu yang aku yakin sudah tidak berdaya itu kerumah sakit?"
Ranio seketika melemas. Karena emosinya yang besar bahkan dia melupakan adiknya yang dari pembatas kaca tadi nampak tak berdaya dengan tubuh melemas tanpa sehelai benangpun.
"Bawa adik kotormu itu dari mansionku,"
"Shit, anda yang membuat adik saya seperti itu!!"
Malik tersenyum smirk lalu berkata,"antarkan dia kesana."
Kedua anak buah itu mengangguk. Lalu menyeret Ranio menuju pintu lain yang menjadi tempat masuk Deandra keruangan itu.
Ceklek
Bruk
Kedua orang itu menghempaskan tubuh Ranio dengan kuat. Namun, Ranio tak merasakan sakit apapun.
Ranio mencoba berdiri saat dirinya lihat dua orang tadi sudah pergi. Air mata Ranio seketika saja tak dapat dibendung. Untuk pertama kalinya dia merasakan lagi hatinya tersayat perih setelah beberapa tahun yang lalu dia merasa kasih sayangnya telah mati pada adik perempuannya.
Ranio perlahan mendekat kearah ranjang dimana Deandra terbaring lemah dengan mata yang tertutup. Ranio menatap sendu ranjang yang dibercaki darah pada spreinya, tanpa aba aba dia meraih selimut yang tergeletak dilantai lalu menariknya hingga menutupi tubuh adiknya.
"Maaf,"lirih Ranio saat dirinya mendudukkan dirinya dipinggir ranjang.
Ranio perlahan menyingkirkan rambut yang menutupi wajah adiknya. Air mata yang sudah Mengering, mata sembab, hidung memerah, bibir bengkak, dan jangan lupakan kissmark pada leher Deandra. Ranio menatap semua itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deandra (End)
RandomWARNING ( FOLLOW SEBELUM BACA) "tunggu sebentar ya De" "Dean capek kak, maaf" "De pleasse" "maaf" langsung baca aja ya.. Design cover by : Hyuni_FRD