16

160 27 3
                                    

Kalau ada typo langsung tandain aja. Soalnya pengetikan dilakukan ketika author bangun tidur jadi ya begitu deh nyawanya masih separuh separuh

***

"Kata dokter Deandra tidak dapat berbicara lagi"

"Kata dokter Deandra tidak dapat berbicara lagi"

"Kata dokter Deandra tidak dapat berbicara lagi"

Kata kata itu terus menerus menggema dipikiran Aska. Aska memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki. Rasanya dia benar benar ingin meluapkan kekesalannya pada dirinya sendiri.

"Mengapa harus aku De?"

Aska terus bergumam itu disetiap langkah kakinya. Banyak pasang mata yang berpapasan menatapnya iba, heran bahkan takut. Aska terlihat seperti orang yang sedang tidak memiliki akal. Baju kusut dengan bercak darah,rambut acak acakan, mata sembab, dan air mata yang sesekali mengalir.

Aska tidak peduli dengan semua tatapan mata itu. Aska hanya ingin satu hal memutar waktu agar kejadian ini tidak terjadi.

Grep

"Aska"

Aska tetap tidak bergeming. Pandangannya yang lurus kedepan perlahan menunduk saat dipeluk. Tidak untuk menatap siapa yang memeluknya tetapi dia merasa tidak pantas mendapat pelukan itu.

"Aska kamu kemana aja? Mama khawatir tau"

Aska semakin menunduk. Tangannya terkepal pertanda emosinya muncul kembali secara berlebihan. Aska terus menggelengkan kepalanya berharap bayangan kejadian deandra dan perkataan Zeno dirumah sakit segera hilang dari pikirannya.

"Ini Mama,Aska. Kamu kenapa?"

"Akhhh" Teriak Aska berusaha menahan gejolak emosinya.

Aska menjambak rambutnya. Sesekali memukul tangannya dipohon didekatnya. Beberapa orang melihat itu dengan takut. Ada yang menganggap Aska orang gila, stress bahkan ada yang secara terang terangan mengatakan bahwa Aska harus dibawa ke rumah sakit jiwa.

Mama mendengar cemoohan itu menangis. Askanya tidak gila. Putranya tidak mengalami gangguan jiwa apapun. Mama berusaha untuk menghentikan Aska yang entah kenapa berusaha menyakiti dirinya sendiri.

Bercak darah dibaju Aska terus menerus menjadi perhatian Mama tetapi dia tak akan bertanya saat seperti ini. Dia hanya bisa menebak Aska melakukan sesuatu yang membuatnya merasa bersalah.

"Aska udah sayang. Jangan gini ya. Mama mohon. Jangan Aska itu sakit"

Tidak perduli menjadi pusat perhatian. Mama tetap berusaha menghentikan Aska.

Mama melemparkan pandangan pada Sura yang telah keluar mobil dengan membawa sebuah suktikan berisi obat penenang. Sebagai seorang dokter, Sura selalu membawa perlengkapan itu.

Sura mendekat dan sedikit meringis melihat tangan Aska yang sudah lebam bahkan ada yang  berdarah karena terus dipukulkan. Dengan sekuat tenaga menahan Aska agar tak banyak bergerak saat disuntik. Dan yah berhasil.

"Akhh" Aska meringis saat merasakan ada cairan yang dipaksa masuk menembus jaringan kulitnya. Perlahan Aska mulai tenang dan akhirnya tak sadarkan diri.

"Kak tenanglah" Kata Sura pada kakak iparnya yang sudah terlampau panik.

Mama hanya mengangguk untuk menanggapi.

"Pak bantu saya" Kata Sura pada sopir mobilnya.

"Iya,Non"

Dengan dibantu sopirnya, Aska berhasil dibawa kedalam mobil. Dirinya ditidurkan dipangkuan Mamanya dikursi belakang.

Deandra (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang