_______________________________________________
Orion tengah berkutat pada kertas kuis yang sedang ia kerjakan. Terlihat ia mengerjakannya tanpa beban dan tanpa kesulitan.Pak dion, dosen seni kriya. Ia tengah berkeliling memantau para didikannya supaya tidak ada kecurangan. "Waktu nya tinggal 15 menit lagi, ya."
Seperkian menit, orion tidak merasakan apapun. Ia mengerjakan soal soal kuis dengan lancar.
Namun, sepertinya tidak seperti harapan orion.
Orion menghela nafas sejenak. Ia memijiti pelipis nya. Ia merasa pusing mendadak, padahal kuis dihadapannya tidak terlalu membuatnya berpikir berlebihan.
Ia mengerjap pelan sembari menggeleng kecil. Berusaha memfokuskan pandangannya kembali.
"Orion? Kamu gak papa?"
Orion berjengit kaget melihat dosennya sudah berada di sampingnya. Ia tersenyum kikuk, berusaha menutupi keadaan.
"Hehe, gak papa kok pak. Emang saya kenapa?" Balas orion tersenyum tipis. Pak dion menggeleng. "Yaudah, lanjutkan kuis kamu."
Orion hanya membalasnya dengan sedikit senyuman. Ia sedikit menghela nafas karena pusing di kepalanya belum hilang juga.
Ia kembali berkutat pada lembaran kuisnya. Sesekali mengucek matanya kerena pandangannya memburam. Orion mengerjakan kuisnya dengan menumpukan dahinya pada telapak tangannya. Lengannya bertumpu pada meja.
Yang ia ingin kan sekarang hanyalah agar bisa secepat mungkin keluar dari kelas dan pergi ke toilet sesegera mungkin.
Sekitar beberapa menit berlangsung, dan pak dion masih sibuk mengitari seluruh kelas. Bahkan menunggui para mahasiswa nya dari belakang, bersandar pada tembok kelas. Mengawasi dengan intens.
"Baik. Kuis akan selesai dalam 5 menit lagi. Tolong kalian cek lagi nama dan NIM kalian masing masing. Kemarin ada yang tidak dikasih NIM, untung saja namanya ada. Jadi saya tidak kesulitan mencari si pemilik nilai."
"Baik, pak."
Orion mengamati dengan detail kertas jawabannya. Ia mengecek hasil kerjanya. Memaksakan matanya yang kini timbul-buram untuk mengecek hasil kerjanya.
"Kalau sudah sudah taruh mana, pak?" Tanya orion menatap pak dion yang berada dibelakang.
"Taruh saja di meja depan. Kalau sudah selesai, kamu boleh keluar, orion."
Orion tersenyum menanggapi. "Makasih, pak."
Orion segera mengemasi barang barang nya, mencangklong tas hitamnya dan segera beranjak dari kursi.
Ia sedikit limbung karena pandangannya memburam mendadak. Untung teman bangku depannya menahan dirinya.
Orion mengerjap pelan. Ia memejam erat, berusaha menetralkan pandangannya kembali.
"Lo gak papa, yon?"
Orion tersenyum menahan sakit. Ia mengangguk. "Gua baik, kok. Gak papa. Cuman kesandung doang." Ujarnya pelan.
"Hati hati."
"Thanks, al."
Ia segera berjalan menuju meja sang dosen dan meletakkan soal jawaban kuis nya di atas map coklat. Ia menunduk sopan pada gurunya dan segera melenggang pergi.
.
Orion berjalan tertatih sembari bersandar pada dinding koridor. Ia mencengkram sisi kepalanya yang berdenyut hebat.
![](https://img.wattpad.com/cover/240291159-288-k419331.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
In my world : Semesta's familly
Fanfiction[BTS lokal AU!] Kisah tujuh saudara dalam keluarga semesta yang penuh dengan suka dan duka. Saling berbagi luka dan bahagia Mereka adalah tujuh orang pangeran yang mem pesona. Bersinar dengan Cara mereka sendiri. Layaknya bintang bintang yang bersin...