[BTS lokal AU!]
Kisah tujuh saudara dalam keluarga semesta yang penuh dengan suka dan duka. Saling berbagi luka dan bahagia
Mereka adalah tujuh orang pangeran yang mem pesona. Bersinar dengan Cara mereka sendiri. Layaknya bintang bintang yang bersin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
°
"tuan semesta."
Alpha mendongak. Kini dalam penglihatannya, adimas nampak berjalan menghampirinya dengan tiga berkas dokumen penting.
"Apa ada kendala?" Tanya alpha. Ia membuka jilidan berkas berlogo perusahaan semesta tersebut. Lalu membaca dokumen satu persatu.
"Untuk sejauh ini, semua nya aman. Data base yang minggu lalu hampir di curi berhasil di selamatkan. Lalu untuk pengolahan laporan keuangan akhir bulan kita juga sudah berjalan baik."
Alpha menghela napas lega. "Bagaimana dengan masalah penyusupan itu?"
Adimas hanya menghela napasnya. Menggeleng lirih. "Data dan akses mereka tertutup. Cukup pintar sebenarnya. Tapi kalau kita menyewa pengacara dari sekarang, kita mungkin bisa menang karena sudah menggait bukti yang ada."
Alpha bersandar pada kursinya. Terlihat ia sedang mengusap dagunya, memikirkan strategi yang bagus untuk menangkap mata mata itu.
"Ada baiknya kita telusuri data kemarin. Siapa tau semua ini berhubungan."
Adimas mengangguk setuju. "Perlu kah kita menyewa detektif handal?"
"Boleh. Tapi jangan sampai pergerakan kita diketahui. Mereka mungkin saja akan mengancam lebih dari ini."
"Oke. Saya hubungi anda jika sudah kita mendapatkan penyewaan jasa detektif." Ujar adimas. Alpha hanya mengangguk seadanya.
°••°
Orion keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamarnya kembali. Ia melangkahkan kakinya menuju tangga. merenggang kan tubuhnya selama menuruni tangga.
Pemuda itu menyerngit karena tidak menemukan siapapun di ruang tengah, bahkan ruang santai yang biasa di gunakan saudara saudaranya pun sepi—tidak ada orang sekalipun. Akhirnya, orion memutuskan untuk pergi ke halaman belakang rumah.
Sampai nya di sana, ia melihat atensi sigma sedang duduk santai di teras belakang rumah dengan sebuah gitar di pangkuannya. Dan ia berniat menghampirinya.
"Ngapain lo, bang." Tanya nya. Sigma berjengit kaget, memegangi dadanya yang berdetak kencang karena terkejut. Dan dengan wajah kesalnya ia menatap adik bungsunya yang sepertinya tidak merasa bersalah sama sekali.
"Lo kalau mau manggil kasih warning dong. Kaget nih gue,"
"Dih, salah siapa coba terlalu fokus main." Balas orion mendelik. Ia duduk disamping sigma.
Sigma mencebik kesal, kembali memfokuskan diri memainkan gitarnya. Orion menikmati semilir angin yang menyejukkan, dan hujan gerimis—membuat hawa jakarta kini terlihat sejuk.
"Abang yang lain mana?" Tanya sigma. Orion mengendikkan bahu nya, "nggak tau. Tapi kalau bang hamal lagi nugas. Beberapa minggu lagi dia bakal presentasi."