Blue and grey

430 54 5
                                    

Gerion harap kali ini ia tidak bermimpi, melihat sosok adik yang dulunya dianggap sudah tiada kini berada dihadapannya. Alpha dan tuan armanto sedang berbincang serius membicarakan sesuatu—bersama rey.

Sedangkan dirinya bersama adiknya, galaksi—kini memisahkan diri untuk memenuhi quality bersama. Terhitung sudah 10 menit mereka berdiam diri, baik dari gerion maupun galaksi tidak punya bahan cerita yang ingin disampaikan. Kaku, canggung. Kedua nya membisu.

Mereka berdiri dipojokan dekat jendela besar yang memperlihatkan gedung pencakar langit yang menjulang tinggi.

Ah, galaksi begitu tidak menyukainya. Situasi ini. Terlalu canggung.

"Ekhm, gue harus ngomong apa biar situasi kita gak canggung kaya gini?"

Galaksi tersentak. Menatap sang kakak yang kini terlihat menggaruk tengkuknya. Canggung.

Ia tersenyum kecil menanggapi. Menyandarkan tubuhnya di jendela besar nan kokoh.

"Jujur, gue gak tau harus bilang apa. Gak nyangka pertemuan kedua kita bakal secepat ini,"

Gerion tersenyum, "udah gue duga, orang asing yang didepan kamar rawat orion itu lo,"

Galaksi menaikkan satu alisnya, terkekeh pelan. "Lo nyadar kalau itu gue, bang?"

"Padahal gue yakin penyamaran gue benar benar sudah tertutup," lanjutnya. Gerion terkekeh, ikut menyenderkan tubuhnya dijendela besar tersebut.

"Awalnya gue ragu sama asumsi gue sendiri, karena yeah, gua gak punya bukti untuk nge klaim kalau lo benar benar adik gue yang dinyatakan meninggal 20 tahun yang lalu,"

Gerion menghela napas sejenak, "gua terlalu takut kalau asumsi gue ternyata hanya sekedar ilusi karena belum bisa terima keadaan," gerion mengadahkan kepalanya.

Galaksi sama terdiamnya mendengar penuturan gerion, "gua juga terlalu takut berasumsi kalau kalian gak bisa terima gue,"

Gerion sontak mengalihkan pandangannya pada galaksi, "atas hak apa lo berpikiran seperti itu?" Tanya gerion memicing.

"You know to hear this. Sejak kecil hidup gua kelabu, bahkan dua puluh persennya hanya semu belaka. Banyak ketakutan dan asumsi yang gue pikirkan, tentang kenapa dulu gue di buang, gua ditinggalkan di keluarga seperti ini, bahkan rasanya gue hampir bunuh diri banyak yang pasang mata untuk mencegah gue ngelakuin itu,"

"Tapi kita ga buang lo—"

"Yeah, i know. Ini hanya asumsi ketika gua kecil. Saat pertama kali gue dengar kalau gua bukan keluarga asli dari pengasuh gue. Kecewa? Banget,"

Galaksi menghela, cukup membuatnya merasa sesak. Ia bahkan merasakan nafasnya bergetar, "gua bahkan dulu sampai benci sama orion karena berasumsi dia hidup enak—disayang banyak orang, banyak teman dan buat dia bisa tertawa seperti itu. Tapi itu sebelum gua tau kalau dia penderita asma."

Galaksi terdiam sejenak, "setelah gua tau dia nyembunyiin luka dia seorang diri, perlahan gua luluh. Gua cari informasi tentang kalian, terutama orion. Sakit, harus banget ya sakit lihat orang yang terikat sama kita ngerasain sakit yang sama seperti kita,"

"Sorry,"

Galaksi menatap gerion yang kini terlihat menatapnya dengan pandangan sendunya, "maaf karena gak berusaha cari lo, maaf karena nyembunyiin identitas lo dari orion, maaf karena karena buat lo menderita, maaf karena gue gak bisa jadi abang yang baik buat kalian,"

"Bang—"

"Hamal benar, ga seharus nya gua terikat sama syndrome traumatic masa lalu. Karena gua tau, bukan hanya gua yang sakit disini, tapi juga kalian."

In my world : Semesta's famillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang