Who are you

392 59 2
                                    

"sialan. Kenapa kalian semua tidak becus. Bagaimana bisa kalian kehilangan jejak frallo. Saya tidak mau tau, cari anak itu sampai ketemu!!"

Lima orang di depannya menunduk patuh. Mereka membungkuk hormat pada pria paruh baya dengan setelan rapi berwarna biru dongker. Wajahnya terlihat menahan emosi yang melimpah ruah.

"Baik, tuan. Akan kami laksanakan."

"Pergi dari ruanganku,"

Mereka kembali menunduk patuh. Kemudian pamit undur diri meninggalkan atasan mereka yang tengah memandang jendela besar di ruangannya. View yang menarik dari gedung berlantai sembilan. Gedung gedung pencakar langit terlihat berdiri kokoh di luar sana. Awan menggumpal dengan sedikit mendung. Tidak cerah.

"Kamu mulai berani ya, allo." Geramnya rendah. Sorot matanya terlihat menajam. Ia menghela napas menghilangkan emosi yang bertumbuk dalam dirinya. Kemudian kembali mendudukkan dirinya di kursi kantor.

"Kamu gak akan bisa lepas dari saya. Frallo Galaxy."

••

Alpha terlihat menghela napas lelah. Beberapa hari ini ia jarang pulang ke rumah dan berakhir tidur di kantor. Tentu saja ia punya tugas yang cukup rumit saat ini.

Pesan email yang saat ini masih misterius. Ia tidak memiliki clue siapa pengirim email tersebut. Sistem pun tidak bisa melacak alamat email tersebut. Siapa sebenarnya dia?

Unkwon..

Nama itu membuat alpha kian penasaran dan cukup menarik untuk di telusuri. Entah insting nya menyuruh dirinya untuk mencari tau, siapa dalang dari pesan tersebut.

Adimas datang dengan se gelas kopi di nampan. Meletakkannya di atas meja alpha yang kini tengah berkutat dengan berkas penting. "Istirahatlah lebih dulu. Dari semalam lo lihat layar laptop terus. Gak sakit apa mata lo?" Celetuk adimas. Alpha menyesap kopi yang dibawakan adimas. Mendesah lega karena sudah meminum kopi.

Adimas mendengus kesal. "Jawab saya, semesta." Alpha nampak mendengus. Pandangannya tak beralih dari layar pc.

"Sial. Merinding gue kalau dengar lo manggil nama belakang gua." Gidik alpha. Adimas terlihat mengerang kesal. "Argh.. tau lah, al."

"Gua gak bisa, dim. Menurut insting, gua harus cari dia sampai dapat. Gua harus dapat informasi dari dia sebelum dia hilang."

"Iya— Tapi jangan sampai memforsir tubuh, al. Pulang dulu, biar gua sisanya yang urus semua." Ujarnya.

"Wah, tumben perhatian." Gelak alpha. Sabar, adimas tau konsekuensi nya jika berteman dan memiliki sahabat seperti alpha. Ia cukup tau.

:)

"Bangsat lo."

Adimas menarik alpha dan menyambar jas hitam milik sang sahabat. Melemparkannya tepat di wajah pemuda semesta itu.

"Pulang lo. Sekarang!" Teriak adimas. "Eh, dim. Bentar dulu. Itu kopi nya mubazir. Anjir lo, gua pecat lu lama lama." Pekik alpha.

"Pecat aja gua. Gua bisa cari perusahaan lain."

Blam!

"Anjir. Ini sebenarnya bos nya siapa sih,"

Alpha menghela napas. Berdecak kesal sembari memakai jas hitamnya kembali. Baiklah, Ia akan pulang sebentar.

••

Sirius membuka pintu ruang rawat orion dengan pelan. Menyadari jika adiknya tengah terlelap dengan baju piyama putih nya.

Sirius mendekat. Menyisiri rambut legam sang adik yang tertidur damai. Ia menarik selimut itu dengan perlahan hingga leher orion. Nafas adiknya nampak teratur dengan bantuan nasal canula dan ia bersyukur akan hal itu.

In my world : Semesta's famillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang