worries

643 89 5
                                    

___________________________________________________

Hamal terlihat mengupas apel merah dan menyuapkannya pada orion. Dan tentu saja diterima baik oleh si empu.

Malam, pukul 20.12.

righel, gerion, sigma dan sirius kembali ke rumah karena ada tugas yang harus mereka selesaikan. Righel pulang karena harus memasak makanan untuk adik adiknya yang lain. Gerion, mengerjakan tugas deadline audio nya yang belum selesai. Sedangkan sirius dan sigma mengerjakan beberapa tugas pratikum untuk uas.

Jadilah, gerion meminta tolong pada hamal untuk menemani adiknya dirumah sakit sampai sisa infusannya habis. Orion tetap pada pendirian, ia enggan harus menginap di rumah sakit.

Orion memutar matanya jengah melihat sang kakak sepupu yang kini terlihat antusias. "Apa kalian seantusias ini karena gua lepas softlens, bang?" Tanya orion malas. Hamal tersenyum lebar menanggapi si adik.

"Eum, apa kelihatan? Soalnya terakhir kali gua lihat hyacinth lo itu, sekitar tiga bulan yang lalu. Kalau nggak salah."

"Itu karena abang juga sibuk banget sama skripsi. Jadi gak lihat gua nya lepas softlens dirumah." Balas orion.

Hamal menelengkan kepalanya. "Eh? Yang benar?" Orion hanya memutar mata jengah menatap kakaknya yang satu ini.

"Bang al dimana?" Tanya orion.

"Di perusahaan. Ada kendala katanya," orion menyerngit. "Lagi?"

Hamal mengangguk. Menyuapkan satu irisan apel lagi untuk orion.

"Akhir akhir ini dia bilang ada yang main curang."

Orion menghela nafas sejenak. Ia bersilang dada sembari bersandar pada headboard brankrat.

"Abang khawatir sama kondisi alpha" Orion membuka matanya. Obsidian purple nya menatap hamal yang kini menghela nafas.

"Kenapa, bang."

"Saingan perusahaan itu gak main main. Lebih bahaya nya lagi ,banyak ancaman yang beredar. Justru mental dia teruji sekarang, makanya abang khawatir."

Orion menghela nafas sejenak. Ia menatap jendela rumah sakit. "Kasian bang al. Untung bang al pintar, mengemban tugas jadi ceo itu berat. Apalagi perusahaan maju kaya semesta's group. Pesaing nya banyak, bikin pusing."

"Kita semua tau kalau manusia itu egois, yon. Namanya juga manusia punya banyak sisi baik dan buruk. Ada yang main adil, ada yang main curang. Kalau manusia baik semua, neraka bakal sepi, lah."

"Bang. Omongan lu,"orion dengan kesal memasukkan potongan apel kedalam mulut hamal.

"Lah, gue benar kan? Mana bagian gua yang salah? Semua juga udah diatur sama yang diatas. Kita cuman jalani peran aja." Tutur hamal. Sedikit kesusahan karena dia mengunyah potongan apel cukup besar.

Orion terdiam. Menunduk sembari menggigiti bawah bibirnya. Ia meremat kaos putih bagian dadanya dengan erat.

"Kenapa? Apa sesak? Perlu gua panggil dokter?" Tanya hamal bertubi tubi. Orion menggeleng cepat.

"Nggak. Nggak sesak. Cuman .. yah, i mean- just a bad feeling. Tiba tiba aja, gitu." Ujar orion.

"Cuma perasaan lo doang. Jangan dipikir terlalu overload."

"Hm."

.

Alpha memijit pelipisnya pelan sambil menatap lembar kertas berisi dokumen penting. Ia melepas kaca matanya dan mengusap wajahnya perlahan.

In my world : Semesta's famillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang