Planed

356 63 7
                                    

Lexy menatap dirinya didepan cermin. Beberapa hari ini ia merasa kurang sehat karena kesehatan lambung nya. Ia meniti pantulan wajahnya yang terlihat pucat. Namun sisi dominan tetap ia tunjukkan dalam guratan wajahnya.

Lexy dan orion mungkin adalah kembar identik. Namun, membedakan keduanya begitu mudah jika diteliti dengan baik. Lexy memiliki wajah yang lebih dewasa dengan tatapan tajam menusuk, sisi dominannya terlihat menguar ditambah dengan dua tindikan dimasing masing telinga nya.

Sedangkan orion, wajahnya lebih terlihat lembut dengan senyuman yang begitu sayu. Namun ia dapat memiliki sisi dominan yang tak kalag kuat jika dikaitkan dengan keluarga. Sosoknya akan menjadi serupa dengan lexy dengan tatapan dingin dan mengintimidasi.

Wajah orion lebih identik pada estelle. Terlihat cantik dan manis walau ia seorang lelaki, namun orion juga bisa menjadi bencana lantaran anak itu adalah pemegang sabuk hitam. Untuk anak penderita asma, ia cukup pembangkang dan keras kepala, membantah kakaknya untuk tidak kelelahan.

Yah, setidaknya ia bisa melakukan hal yang bisa membuatnya melindungi diri. Baiklah, sudah cukup. Kita kembali pada galaksi.

Galaksi menghela napasnya cukup berat. Hari ini ia akan pergi ke perusahaan semesta. Sekaligus menampakkan dirinya yang dianggap mati 20 tahun yang lalu. Obsidian lexy menajam, menatap sinis bayangan nya pada cermin. Ia menyisir rambutnya kebelakang, membuatnya terlihat—

ekhm— yeah, sexy.

"Tunggu kehancuran mu, tuan leon." Bisiknya penuh dendam. Senyum miring ia tunjukkan di wajahnya yang rupawan. "Semua kasus kasus mu sudah ku kirim pada perusahaan semesta, aku yakin pengamanan disana begitu ketat dengan penstabilan virus yang mumpuni. Alpha tidak sebodoh yang dipikirkan nya. Aku yakin itu," bisik lexy menyeringai.

"Lex,"

Lexy menoleh, sahabatnya terlihat bersandar dengan melipatkan tangannya di dada. Tersenyum kecil melihat keantusiasan lexy. Rey mendengus, "lo ga gugup?"

Lexy menyerngit, "untuk?"

"Lo bakal ketemu sama salah satu keluarga asli lo selama 20 tahun ini. Lo ga gugup," lexy terdiam sesaat. Namun, akhirnya membenahi hoodie hitamnya yang terlihat kusut.

"Jujur, gua gugup. Gua ga bisa bayangin reaksi apa yang bakal kak alpha tunjukkan kalau lihat wajah gua nantinya."

"Tapi, lo harus lakuin ini, kan?" Potong rey. Lexy mengangguk. "Dia gak bisa dibiarkan lebih lama lagi, rey. Gua takut orion akan jadi korban nantinya, karena dia memang keturunan terakhir dari keluarga ini."

"Gua paham," rey tersenyum. Mendekati sang sahabat dan merangkul pundaknya. "Gak sia sia gua jadi penyamar di mansion itu.

"Ck. Apa itu? Hanya penjara dengan level yang lebih mewah." Tawa rey menguar dengan keras mendengar celetukan lexy.

°°°

"Bang, ada apa lo kesini?"

Alpha menyerngit bingung melihat gerion ada diruangannya. 30 menit yang lalu, gerion datang tanpa mengatakan apapun. Dan kini, kakak sepupunya terlihat menjepit dagu dengan tangan. Berpikir. Jelas alpha heran.

"Apa ada berkas lama yang disimpan di perusahaan ini, al?" Tanya gerion. "Untuk?"

"Gua mau mastiin sesuatu, al."

Gerion menghampiri meja kuasa alpha, melirik berkas berkas yang terlihat berserakan di atas meja sang adik. "Apa ada masalah?"

Gerion menghela napas, "gua ga tau,"

Tangan alpha yang hendak menorehkan pena diatas kertas terhenti tiba tiba, "apa?"

"Tentang kematian orang tua gua, juga.. kematian galaksi."

In my world : Semesta's famillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang