si pengganggu

507 72 5
                                    

Pagi pagi sekali orion bangun dengan pandangan sayu. Dunia seperti berputar dalam pandangan orion saat ini. Ia menghela nafas. Semalam ia menjaga sigma hingga jam 3 pagi. Ia lupa waktu.

Orion bangkit dari tidurnya, mendudukkan diri di atas kasur sembari memijati pelipisnya. Ia menggeleng pelan menghilangkan pening yang mendera. Orion menatap jam dinding, pukul tujuh pagi, satu jam lagi ia harus berangkat kuliah. Untung saja, sebelum tidur tadi ia sudah shalat subuh.

Orion menapakkan kaki jenjang nya ke lantai marmer putihnya, kemudian bangkit dari ranjangnya. Tapi tubuhnya limbung kembali menduduki kasurnya. Ia berdecak pelan. Orion kembali menghela nafas.

Ia kembali memaksakan diri dan pergi ke kamar mandi untuk segera bersiap. Berjalan sembari meraba dinding atau apapun didekatnya yang bisa menjadi tumpuannya. "Ayo semangat, orion. Lo bisa." Lirih orion lemas.

•••
Hari ini rigel memutuskan untuk cuti sementara. Ia bertukar shift dengan arya selama tiga hari untuk menemani sigma. Keadaan sigma sudah lebih baik daripada sebelumnya. Karena semalam ia merasa ada yang menjaganya semalaman.

"Mas, kemarin malam yang jagain sigma, mas, ya." Tanya sigma pada righel yang kini menyuntiknya dengan vitamin. Righel mengadah, menatap wajah sang adik. Lantas menggeleng pelan.

"Enggak. Semalam mas keliling nyari vitamin sama infusan buat kamu. Setelah pulang mas ketiduran diruang tv." Ujar righel yang sudah selesai menyuntikkan vitamin pada sigma. "Memang kenapa?" Tanya righel, ia menatap sigma yang kini bersandar pada headboard kasur.

Sigma menggeleng. "Enggak papa. Kemarin aku ngerasa ada yang jagain disini. Aku kira mas jagain disini." Ujar sigma, melihat righel yang kini mengatur aliran infus.

"Bang alpha paling." Sahut righel. Sigma hanya memanggut saja.

"Harus banget pake ini ya, mas. Aku udah gak papa, kok. Serius, deh." Ujar sigma sembari mengangkat tangannya yg terinfus.

"Shh... Udah diem. Biar kamu ada tenaga nya lagi. Kemarin kamu kekurangan cairan, jadi jangan ngoceh terus."

Sigma mendengus.

"Risih, mas." Melas nya. Righel berkecak pinggang. "Kalau mau sembuh jangan bantah. Udah sana istirahat, mas buatin bubur dulu. Tidur kamu." Omel righel galak. Sigma hanya bisa mencerut kesal dengan sang kakak. Tapi sigma menurut, ia segera menidurkan diri dari sandaran headboard. Menaikkan selimutnya sampai leher.

Righel menyempatkan dirinya untuk menggeleng pelan, mengelus surai coklat milik sigma. Kemudian keluar untuk membuat sarapan.

"Orion."

Orion yang merasa terpanggil segera menoleh kebelakang. Ia tersenyum tipis mendapati kakak sepupu tertua nya berjalan menghampiri.

"Kamu mau kuliah beneran? Gak istirahat saja." Tanya righel khawatir. Orion masih mempertahankan senyumnya. "Gak papa, mas. Lagian hari ini aku ada banyak tugas yang harus dikumpulin, jadi mau gak mau harus ngampus." Ujarnya.

"Bibir kamu masih pucat, lho. Jangan maksain diri. Istirahat aja dirumah." Ujar righel berusaha membujuk sang adik.

"Ish! Aku baik, kok. Udah enggak papa." Bantah orion. "Aku udah minum obat. Nanti juga bakal baik sendiri." Ujar orion.

Righel mendesah pelan. "Kalau ada apa apa kamu harus janji kabarin kita." Peringat righel disambut anggukan serta senyum manis orion.

"Kamu udah makan?" Tanya righel. Orion menggeleng pelan. "Belum, ini juga mau turun." Ucapnya.

•••
"Nanti kalau udah pulang langsung telpon abang, ya, yon." Ucap gerion yang mengelap bibirnya menggunakan tisu. Orion mengadahkan wajahnya, lantas mengangguk pelan.

In my world : Semesta's famillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang