an unreal

397 67 2
                                    

Gerion melirik jam yang bertengger manis di tembok putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gerion melirik jam yang bertengger manis di tembok putih.

Pukul 16.30.

Gerion segera turun dari sandaran jendela, ia harus menjemput adiknya sekarang. Walau adiknya pulang sekitar 30 menit lagi, ia yakin jika di perjalanan akan terjerat macet. Jadi ia putuskan untuk menjemput nya sekarang.

Ia memasuki mobil hitamnya dan mulai menyalakan mesin. Tangan nya terulur untuk menghidupkan radio. Menyetel channel musik pop, sesekali bersenandung ria.

Gerion menghentikan laju mobilnya ketika macet mulai memenuhi jalanan tol. Ia bisa bersantai sedikit. Di tengah jalanan tol yang macet tersebut, pikiran gerion menerawang ke masa lalu.

Sejenak ia menghela napasnya, tersenyum kecil melihat sebuah figura. Foto ia dan orion— yang sengaja ia letakkan pada disboard mobil. Pandangannya menyendu, walau bibir nya masih mengulas senyum kecil.

"Seharusnya kamu juga ada disamping orion kalau masih disini," lirihnya pada figura yang ia pajang, pada sebuah tempat kosong disamping orion. Ia kembali menghela napas. Banyak pikiran yang mengganggu gerion.

Apa ia harus mengatakannya?

Apa ini sudah saatnya memberitahu orion?

Bagaimana kalau dia kecewa?

Bagaimana kalau dia terperangkap kembali ke masa lalu?

Dan, bagaimana kalau orion membenci nya?

Pikiran gerion kalang kabut. Ia tidak bisa menyembunyikan fakta ini selama 23 tahun dalam hidupnya, terlalu berat. Ia juga takut. Adik kecil nya memiliki hati rapuh dan juga terlalu melankolis, jika ia mendengar berita ini—orion pasti akan menyalahkan dirinya sendiri.

Mobil kembali berjalan dengan pelan. Sejak kemarin jakarta disuguhi oleh gerimis hujan, gerion menumpukan dagu nya di atas tangan nya dengan tumpuan bawahnya sebagai setir mobil. Mengamati gerimis yang membasahi kaca mobil.

Gerion harus menyelesaikan masalah ini. Ia tidak bisa lagi menyembunyikan hal ini selamanya. Orion berhak tau, walau nantinya ia pasti akan mendapat tuturan kekecewaan dari adiknya. Tapi ini harus, orion sudah dewasa dan mengerti dengan kondisi. Jadi jika nantinya orion ingin meminta waktu sendiri, gerion akan bersedia.

••

Pemuda dengan paras tampan itu tampak berjalan sempoyangan, wajah nya pucat disertai nafasnya terdengar terengah. Ia bersender tembok retak, jaket mahalnya terlihat lusuh dan kotor.

"Gua harus kemana lagi?"

Akhss..

Pemuda itu meringis kesakitan memegangi perutnya. Ini gawat.

"Sialan, kayak nya asam lambung gua kumat lagi. Harus nginep dimana ini gua," lirih sang pemuda menahan sakit.

Pemuda itu tetap berjalan dengan tangannya yang bertumbu pada tembok tak layak tersebut. Posisinya saat ini berada di sebuah bekas perumahan kumuh, ini sudah hampir malam dan perumahan tersebut terlihat menyeramkan menurutnya.

In my world : Semesta's famillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang