Pagi ini Suzy berangkat bekerja lebih cepat dari biasanya. Gadis ini bahkan memutuskan untuk tidak melakukan rutinitas sarapan bersama seperti biasanya. Memberi alasan pada Eommanya ada hal lain yang harus dirinya lakukan karenanya berangkat lebih awal.
Pagi ini adalah pagi dimana seorang Suzy tidak bersyukur akan apa yang ia hadapi. Tidak seperti dirinya yang biasa, ceria dan positif. Suzy yang kini terlihat sedang melangkah adalah Suzy yang kehilangan semangatnya. Ia melewati setiap pohon sakura yang bermekaran begitu saja. Kepalanya tertunduk. Dengan kantong mata begitu kentara. Pikirannya begitu kacau.
Bagaimana bila nanti Myung mendatanginya dan bertanya perihal masalah kemarin? Apa yang harus aku lakukan. Ya..Tuhan aku sangat takut.
Mendongak menatap pada kehadiran sinar mentari yang membuat matanya terasa perih, Suzy menyipitkan mata. Kemarin ia bahkan bergadang karena matanya urung terpejam.
Tidak butuh waktu lama, Suzy tiba di tempat yang dimana kini ia jadikan sebagai tempat pelarian sementara. Daesang company.
_
"Suzy, dia belum bangun?"
Tidak menemukan kehadiran Suzy dimeja makan, Myung bertanya.
"Tidak, Suzy sudah berangkat lebih awal."
"Kenapa sepagi ini? Ah.. apa dia menghindariku?" Gumam Myung.
Keempat anggota saling memandang.
Menghindar?
"Kemarin bukankah hari ulang tahun Suzy?"
"Matta.. bodohnya aku, bagaimana bisa aku lupa?" Menepuk kening. "Kau memang payah." Ditujukan pada dirinya sendiri. Setiap tahun biasanya dialah orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun pada onnie nya. Sohyun merasa menyesal tidak bisa melakukannya tahun ini.
Sang nenek yang sudah tua dan sedikit pikun turun merasakan hal yang sama. Menyesal. Mungkinkah karena itu Cucu baik_nya merasa sedih? Suzy itu sulit sekali bisa berbohong. Karena tidak ingin ketahuan sedih, karena itukah dia berangkat begitu awal?
Myung tidak berkata apapun. Pria itu sarapan dengan cepat lalu meneguk segelas susu. "Eomma, bisa tolong isikan bekal? Aku akan membawanya untuk Suzy. Dia pasti lapar karena melewatkan sarapan."
"Kau benar, bagaimana wanita tua sepertiku bisa melupakannya. Halmonie akan melakukannya. Tunggulah sebentar."
"Anak itu benar-benar.. bagaimana bisa dirinya marah karena hal sepele. Aku saja belum menegurnya. Sudah dua hari dia tidak menemaniku berjualan."
"Eomma!" Kim bersaudara menatap tidak terima.
"Seonmi_ya, jangan seperti ini, Suzy akan terluka karena ucapanmu. Kau tahu sendiri anak itu mungkin sudah lelah karena bekerja dari pagi hingga sore bahkan terkadang hingga malam."
"Arra..Eomonie."
"Cah..selesai. Jangan lupa, beri dia ucapan selamat!" Nenek Kim memberikan bekal pada cucu tertuanya.
"Terimakasih, halmonie. Aku akan melakukannya. Kalau begitu aku berangkat."
_
Myung sampai lebih cepat sebab ia naik bus. Tiba di sana keadaan masih begitu sepi. Melangkah cepat, pria berlesung pipi itu memperhatikan keadaan sekeliling. Ia berbelok kala bertemu dengan ruangan yang dicari.
Menempatkan bekal di hadapan gadis yang sedang tiduran berbantalkan lengan dimeja. Pria itu bahkan menyentuh kening Suzy, membuat gadis itu kaget dan membuka mata, mendongak menatap sang empu.
"Myung?"
"Eoh..Na ya.. Neo gwaenchana?"
"Emm."