Setelah merencanakan pertemuan dengan pihak keluarga yang kelak menjadi keluarga bagi cucunya, nenek Kim kini tengah melakukan pertemuan dengan para pemegang saham. Membicarakan hal yang berkaitan dengan perusahaan. Wanita berumur tersebut meminta agar kelak mereka tetap mendukung cucu sulungnya, meski disaat dirinya telah tiada.
"Anggaplah cucuku seperti putra berharga kalian. Jaga dan bimbing dia agar bisa membesarkan Daesang. Kalau kalian melakukannya aku sungguh akan sangat berterimakasih." Kim Sook-ja Disana aku akan memberkati kalian semua. Juga, maaf telah membuang waktu berharga kalian. Kekehnya."
"Ketua.."
Para pria yang memang lebih muda dari nenek Kim, sedari dulu selalu memanggilnya dengan sebutan 'ketua.'
"Ada masalah dengan kesehatan ketua? Kenapa tiba-tiba membicarakan hal-hal begini?" Tanya salah seorang diantara tamu yang hadir.
Tersenyum tipis. Nenek menggeleng. Hanya persiapan. Lagi, ia tersenyum. "Berjanjilah pada nenek tua ini." Kali ini nenek mendongak, mencegah bulir air matanya jatuh. "Maukah?"
"Tentu saja, akan kami lakukan." Serempak seluruh pria paruh baya yang hadir. Kerjasama dalam membesarkan Daesang company bukanlah hal baru lagi. Untuk apa menghancurkan jerih payah bersama.
"Tentu kami akan senantiasa mendukung Seonho. Memajukan Daesang Grup menjadi salah satu badan usaha ternama dunia." Tambah yang lain."Ketua, tolong jangan cemas. Mengenai Daesang Grup kami semua akan mengambil tanggung jawab untuk semakin membesarkannya. Hanya tetap jaga kesehatan. Biarkan kami bertemu ketua untuk waktu yang lebih lama." Pria kurus berkacamata berujar.
Nenek tersenyum tipis. Terus menganggukkan kepala. Akhirnya tugasnya sebagai seorang nenek selesai juga. Bila Yang Maha Kuasa tiba-tiba menjemputnya maka sudah tak ada lagi penyesalannya.
"Terimakasih! Terimakasih untuk semua yang telah kalian lakukan selama ini. Kedepannya mari tetap kita lanjutkan kerja sama ini."
_
Dikarenakan kemurahan hati Hyung'nya, saat ini Hyuk bisa mengajak Suzy pergi ke pantai. Awalnya tak punya rencana kencan bila bukan diakhir pekan. Namun syukurlah ia kini bisa bersantai bersama orang yang dirinya cintai.
Turun dari mobil jip, Hyuk membukakan pintu untuk Suzy. Tak lupa syal putih ia kalungkan pada leher jenjang milik kekasihnya.
"Jangan lupakan hal sepenting ini, sebab kau bisa masuk angin." Ujarnya dengan seulas senyum.
"Ada kau bersamaku, ku rasa aku tak perlu cemas." Gadis tersebut tersipu. Suzy sedikit menunduk, mengamati tangan besar dan berotot milik Hyuk yang masih bekerja pada lehernya. Membenarkan syal.
"Cah.. Kajja!" Uluran tangan diberikan pria tampan berwajah lugu.
Keduanya mulai melangkah perlahan, dengan saling berpegangan tangan. Berhubung ini hari biasa, pantai sedikit sepi. Namun tak mengapa, karena dengan demikian Hyuk_Suzy bisa lebih leluasa menunjukkan kemesraan.
Berjalan pelan, sesekali keduanya saling melontarkan senyum. Sepertinya keduanya saat ini benar-benar bahagia.
"Suzy_ah.." berhenti sejenak, Memperhatikan wajah sang kekasih.
"Em?" Suzy membalas tatapan yang ditujukan padanya. Wajah Hyuk saat ini terlihat serius baginya. "Ada yang ingin kau sampaikan?"
"Eoh." Entah kenapa tiba-tiba dirinya merasakan grogi. Dia mengusap tengkuk dan menyampaikan maksud. "Menikahlah denganku?"
"Ne?"
"Aku bilang, menikahlah denganku! Izinkan aku menjagamu dan menemanimu."
Suzy terkekeh. Ia mengangguk. Sedetik kemudian memanyunkan bibir. Kedua tangan dilipatnya didada. "Beginikah cara seorang Nam Joo-hyuk melamar kekasihnya?"