1. Positif

226K 11.3K 532
                                    


Happy Reading
Tandai Typo




Di dalam sebuah kamar terlihat seseorang tengah menangis meratapi nasibnya. Ia Tesa, ditangannya terdapat benda persegi panjang kecil menunjukkan dua garis merah yang berarti positif. Ia semakin terisak memikirkan masa depannya yang akan hancur.

Tesa menyimpan benda itu di laci meja belajarnya. Kemudian ia membasuh muka sembabnya lalu mengganti baju. Setelah selesai Tesa pun keluar dari kamar. Dan ternyata bersamaan dengan adek laki-lakinya.

"Kak Sasa, lo mau kemana?" Tanya Vino. Sedikit info, Sasa itu nama panggilannya ketika di rumah.

"Kakak mau pergi sebentar."

"Tunggu." Vino menahan lengan Sasa. Dia merasa ada yang aneh ketika melihat wajah sang Kakak.

"Muka lo kok bengkak, abis nangis?"

"Ah enggak, itu tadi habis baca novel jadi kebawa." Alibinya. Namun sebelum adiknya bertanya yang lain, Sasa lebih dulu melarikan diri.

"Eh yaudah kakak pergi dulu, nanti bilangin ke Bunda. Assalamualaikum." Lalu buru-buru pergi. Vino geleng-geleng kepala melihat tingkah kakaknya itu.

"Waalaikumsalam."

°°°°°°

Tesa sudah berada di taman ia pun langsung mengirimi pesan ke seseorang.

Me:
Ze bisa ketemu ngga?
(Send)


Lima menit kemudian ada pesan masuk.

Vranzeo
Besok aja, aku lg ngumpul sm anak-anak

Me:
Pliss Ze

Vranzeo
Yaudah iya, kamu dmn?

Me:
Taman saloka

Setelah mengirim pesan Tesa pun mematikan ponselnya lalu dimasukkan kedalam tas selempang nya kembali. Kemudian duduk di kursi yang ada disana.

Beberapa menit kemudian seseorang yang ditunggu akhirnya datang. Orang yang dimaksud adalah Vranzeo atau Zeo.

Dia duduk disebelah Tesa. "Tumben ngajak ketemu?" Tanya cowok itu.

Pasalnya Tesa itu tipe gadis rumahan. Disekolah pun ia pendiam, jarang ke kantin karena sudah membawa bekal.

Back topik, Tesa bingung bagaimana cara memberitahu nya. Sehingga perempuan itu hanya diam menunduk.

Zeo bertanya lagi. "Hei, Sa?"

Secara spontan Tesa langsung menjawab. "A-aku hamil."

Deg.

Zeo seketika diam mematung. Bagaikan tersambar petir di siang bolong, pernyataan barusan membuatnya tak berkutik. Dia langsung menoleh ke samping karena mendengar suara isak tangis.

"Hiks, gimana Ze aku takut." Ujar Tesa sesenggukan.

"Kamu serius, kita kan—" Cowok itu men-jeda ucapannya. "Itu kecelakaan."

"Aku serius."

Dia sama sekali tidak tahu harus menjawab apa. Namun tangannya langsung membawa perempuan di hadapannya ini ke dalam dekapannya. Dirinya semakin merasa bersalah sekaligus sakit mendengar suara tangis pilu dari Tesa.

Setelah beberapa saat berpikir akhirnya di berujar. "Husst ngga usah takut, aku bakal tanggung jawab." Ujar Zeo mantap sambil mengusap punggung Tesa.

Sejujurnya dia sendiri juga pusing akan masalahnya ini.

✿✿✿

Diana— bunda Tesa baru saja pulang dari kerja dan saat ini sedang mencari gunting. Dia pun ingat jika dikamar Sasa itu ada. Lalu pergi ke kamar putrinya.

Di atas meja tidak ada, Diana pun langsung mencari nya di laci. Namun yang ia temukan bukannya gunting melainkan benda kecil. Dengan tangan gemetar Diana mengambil benda itu. Pikirannya langsung tak karuan, namun ia berusaha menepis pikiran buruk tentang putrinya.

Akhirnya wanita paruh baya itu melenggang pergi. Dia harus memberitahu suaminya.

°°°°°°

Setelah Tesa sudah mulai tenang, Zeo langsung mengantarnya pulang. Dan saat ini ia tengah dalam perjalanan pulang ke rumah.

Dari tadi pikirannya tak tenang. Bayang-bayang suara tangisan Tesa terngiang-ngiang di kepalanya. Ia merasa bersalah, ia jadi teringat Mamanya. Secara tidak langsung Zeo melukai perasaan Mamanya bukan, karena mereka sama-sama perempuan.

Hingga cowok itu tak fokus mengendarai motornya. Sampai saat di perempatan ia tak menyadari jika didepannya ada sebuah truk melaju kencang.

Brakk!

Kecelakaan tak terhindari, motor yang dikendarai Zeo pun terseret beberapa meter. Badannya terpental cukup jauh. Darah mengalir di pelipis cowok itu namun ia belum benar-benar pingsan, "Sa, ma-afin a-aku."

Setelah mengucapkan kata itu, Zeo sepenuhnya langsung tidak sadarkan diri. Dan tak lama orang-orang mulai berdatangan. Salah satu dari mereka langsung menelfon ambulans.

Padahal rencananya setalah sampai rumah nanti, Zeo akan memberitahukan masalah ini ke Papa dan Mamanya. Namun naas, ia mengalami hal ini. Entah bagaimana skenario Tuhan.


TBC


Haiii 👋
Cerita ini sedang dalam proses revisi, semua part akan saya un-publish, nanti akan di publish lagi secara bertahap (per part). Mungkin akan ada sedikit perubahan, tapi nggak akan mengubah isi dan jalan cerita. Makasih^^

My Cool Husband [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang