5. Jalan Terbaik

84K 8.2K 31
                                    


Happy Reading
Tandai Typo





"Lo gila?!"

Tesa tersentak kaget, ia terdiam melihat keberadaan cowok itu.

"K-kamu ngapain disini?"

"Seharusnya gue yang tanya, lo mau ngapain, bunuh diri??" Ucap cowok itu yang tidak lain adalah Kean.

"Aku nggak—" Belum sempat menjelaskan, ucapannya sudah terlebih dahulu dipotong.

"Orang tua lo khawatir." Ujar Kean dengan kembali wajah dingin.

Melihat raut bingung dari wajah gadis itu, Kean berucap lagi.

"Pulang."

Tesa hanya diam saja, tanpa aba-aba Kean langsung menggenggam tangannya lalu dibawanya kearah mobil yang terparkir di ujung jembatan.

"Aku nggak mau pulang."

Tanpa melihat kearahnya, cowok itu berujar. "Kita cari solusinya." Lalu Kean mulai menghidupkan mesin mobilnya dan mobil itupun melesat pergi.

°°°°°°

Bram menceritakan apa maksud kedatangannya. Dia juga memberi tahu musibah yang dialami oleh putra bungsunya. Mengetahui hal itu Jordi sangat marah namun juga tidak bisa menyalahkan takdir.

"Pak Jordi jangan khawatir, kita akan tetap bertanggung jawab." Ucap Lisa. Sontak mereka menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Putra kami, Kean akan bertanggung jawab."

"Apa itu akan jadi jalan keluarnya?" Tanya Jordi.

Lisa mengangguk mantap begitupun dengan suaminya.

"Ya, kami sudah memikirkan hal ini."

Jordi beralih ke istrinya, dia mengangguk pelan. Mengiyakan jika inilah jalan satu-satunya.

"Kapan acaranya?" Jordi bertanya lagi.

"Besok, lebih cepat lebih baik."

Lisa dan Diana juga menyetujuinya. Tak lama Kean dan Tesa telah kembali. Melihat keberadaan mereka dirumahnya membuat Tesa sedikit takut. Mungkin karena kejadian sebelumnya.

✿✿✿


Kean dan keluarganya sudah pulang setengah jam yang lalu. Saat ini Tesa dan keluarganya tengah duduk bersama di ruang tamu.

"Ayah harap anak tadi bisa bertanggung jawab dan menepati janjinya."

Tesa tak menjawab apapun. Ia sudah tahu perihal tanggung jawab ini. Hatinya tak setuju dengan keputusan tersebut, kasihan cowok itu. Tak melakukan kesalahan apapun tapi dia yang harus menerima konsekuensinya. Tapi tak ada power juga untuk dirinya mengatakan itu, Ayahnya sangat keras kepala.

Kini pikirannya beralih dan bertanya-tanya tentang bagaimana nasibnya ke depan dengan pernikahan ini.

"Maaf." Hanya kata itu yang terucap.

Sekeras apapun itu seorang Ayah akan ada juga sisi lembutnya. Bagaimanapun itu adalah putrinya.

"Ayah juga minta maaf, nggak seharusnya Ayah berkata kasar."

"Ayah enggak salah, seharunya Sasa yang minta maaf," Air matanya kembali menetes. "Hiks... karena Sasa belum bisa jadi anak yang baik." Ujarnya.

Keduanya pun tenggelam dalam pelukan hangat antara Ayah dan anak perempuan. Melihat momen itu Diana juga tidak bisa menyembunyikan air matanya.

Jordi mengecup kening Tesa, setelah itu melepaskan pelukannya.

Vino—adek laki-laki Tesa sudah tahu akan masalah ini dan dia pun juga merasakan sedih. "Kak Sasa jangan lupain gue ya."

Iapun menoleh ke arah adiknya itu. "Kakak nggak akan pernah lupa sama kamu." Lalu tersenyum manis.

"Sekarang kalian istirahat, terutama kamu Sasa. Jangan sampai kecapekan."

Tesa mengangguk kecil, setalah itu mereka kembali ke kamar masing-masing.

°°°°°°

Sama halnya di kediaman keluarga Sanjaya. Mereka juga tengah berkumpul di ruang keluarga.

"Kean, sebelumnya Papa minta maaf. Keputusan ini merupakan jalan keluar yang terbaik. Nggak hanya itu, keputusan yang Papa ambil ini juga demi kebaikan buat kamu. Papa lihat Tesa itu anak baik. Jadi persiapkan diri buat besok." Jelas Bram.

Kean mengangguk singkat. Tidak mungkin menolak ini, ia masih ingat jelas pesan almarhum adeknya. Jadi ia akan menjalankan pesan itu semampunya.

"Mama harap kamu bisa menjalankan tanggung jawab itu." Lisa berpesan.

"Aku usahain."

"Ya, Mama percaya."



TBC

Terimakasih 🙌🌷

My Cool Husband [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang