•
Happy Reading
Tandai Typo
•Jam menunjukkan pukul sepuluh malam namun mata Tesa masih terjaga. Hingga tiba-tiba lampu padam, sementara Kean tengah ke dapur untuk mengambil air putih. Seketika nafasnya tercekat. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Bayang-bayang dimana ia berada dalam kegelapan seperti ini menghantuinya lagi.
Flashback onn
Saat itu Tesa masih berumur empat tahun. Dia dititipkan di rumah pamannya karena orang tuanya sedang ada keperluan. Tesa yang masih kecil sangat hiperaktif bermain petak umpet dengan sepupunya. Saking asyiknya bermain, dia tak memperhatikan tempatnya bersembunyi.
Tesa masuk kedalam sebuah rumah tempat penyimpanan kayu yang berada di samping rumah pamannya. Supaya aman Tesa menutup pintunya tanpa rasa takut. Hampir setengah jam, sepupunya itu tak menemukan keberadaannya. Lalu dia memutuskan untuk keluar tapi ketika tangan kecil itu memutar handel, pintunya tak bisa dibuka. Gadis kecil itu masih mencoba untuk membukanya namun tak nihil. Karena rasa takut mulai melandanya Tesa pun berteriak minta tolong. Berharap paman dan bibinya membukakan pintu untuknya.
Hingga beberapa saat kemudian samasekali tak ada orang yang mendengar teriakannya. Tesa kecil hanya bisa duduk sambil menangis karena takut. Hari mulai malam, ruangan sempit itu pun menjadi sangat gelap ditambah suasana sunyi. Mungkin karena kelelahan, Tesa tiba-tiba pingsan. Selanjutnya dia tak tahu apa yang terjadi.
Flashback off
Kean kembali ke kamar tanpa membawa senter, karena baterainya habis. Tumben sekali ini tidak ada pemberitahuan kalau akan ada pemadaman listrik. Lalu samar-samar ia mendengar suara isakan. Setelah meletakkan gelas berisi air putih yang diambilnya tadi, sang empu pun mengedarkan pandangannya. Diposisi hanya ada cahaya remang yang berasal dari balik tirai tipis, Kean melihat perempuan itu sudah terduduk di lantai.
Tangannya terulur menyentuh pundak Tesa. "Lo kenapa?" tanyanya.
Mendengar suara itu Tesa langsung menubruk tubuh tegap tersebut. Kean sendiri bingung dengan tingkah perempuan ini.
"Lo kenapa?" Ia mengulang pertanyaannya.
Dengan sesenggukan, dia berkata lirih. "T-takut."
"Takut apa?" Perempuan itu hanya menggeleng. Tanpa banyak tanya lagi Kean langsung mengangkat tubuh mungil itu dan membawanya ke atas tempat tidur.
"Tidur udah malem."
Tesa menggeleng pelan. "Engga bisa tidur."
Jujur saja ia sudah mengantuk tapi perempuan ini tak mau ditinggal sendiri. Tanpa pikir panjang Kean langsung ikut berbaring di samping Tesa. Ya, satu ranjang dan satu selimut. Perempuan itu menoleh sambil mengerjapkan matanya.
"Tidur." Ulang Kean.
Cowok itu mengambil tangan Tesa lalu menggenggamnya erat. Seolah ia sedang menyalurkan ketenangan.
"Tidur, nggak usah takut, ada gue." Setelah mengatakan itu sang empu langsung memejamkan matanya.
Sementara Tesa jantungnya berdegup kencang setelah mendengar ucapan Kean. Walaupun sederhana namun hatinya senang bukan main. Dan benar genggaman itu membuatnya lebih tenang. Bayangan tentang trauma masa lalu tadi sudah hilang. Perempuan itu pun ikut menyusul ke alam mimpi dengan senyum terpatri di wajah manis tersebut.
✿✿✿
Seperti biasa Tesa terbangun terlebih dahulu. Senyuman manis terbit lagi di wajahnya kala melihat tangannya masih digenggam oleh Kean. Lalu dia melepaskan genggamannya dengan hati-hati supaya tak membangunkan cowok itu. Sebelum beranjak ke kamar mandi, tangannya terulur untuk membelai surai hitam milik Kean.
Setelah itu Tesa langsung beranjak ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan kewajibannya.
Mata yang semula terpejam kini terbuka lebar. Cowo itu tahu apa yang dilakukan Tesa. Sebenarnya ia sudah bangun dari tadi, tapi ia urungkan niatnya karena tak lama perempuan itu ikut terbangun. Akhirnya ia bangun dan meregangkan otot-otot sebentar. Kemudian melangkah keluar kamar menuju ke kamar tamu. Ia akan mandi di sana.
°°°°°°
Keluarga Sanjaya baru saja selesai sarapan. Kali ini yang memasak Tesa, Mama mertuanya itu hanya menggoreng ayam saja.
"Oh iya, anaknya Tante Marissa kemarin pulang dari Aussie. Katanya dia mau lanjut sekolah disini." ujar Lisa ke putranya.
"Amanda?" Tanya cowok itu.
"Iya." Jawab Lisa.
Dia hanya mengangguk sekilas. Lanjut Bram yang bertanya.
"Di sekolah nggak ada masalah kan?"
Lagi, Kean hanya mengangguk sekilas kemudian segera berpamitan untuk berangkat sekolah.
Setelah Kean giliran Tesa. "Ma, Pa aku berangkat, ya." Lalu mencium punggung tangan Bram dan Lisa.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam." Jawab mereka.
Tesa pun dengan langkah cepat menyusul Kean yang ternyata sudah siap didalam mobilnya. Ya, sekarang mereka berdua selalu berangkat bersama. Kean melarangnya untuk naik bus atau angkutan umum. Kalau ada yang gratis kenapa pilih yang bayar.
Setelah ia masuk dan memasang seat belt, mobil itu mulai membelah jalanan menunju ke sekolah.
Tak ada yang bersuara sama sekali. Keheningan menyelimuti mereka. Sebenarnya dalam pikiran Tesa itu terngiang-ngiang nama 'Amanda'. Siapa orang itu? Mama mertuanya sepertinya juga kenal. Mau bertanya tapi ia urungkan niatnya. Akhirnya Tesa memilih mengubur rasa penasaran itu dan mencoba untuk memikirkan hal lain.
Sudut bibir Kean terangkat ketika dia tak sengaja melihat ekspresi perempuan disampingnya ini. Seperti ada sesuatu yang ingin ditanyakan tapi tak jadi. Lalu pandangannya kembali fokus ke jalan.
Buset peka banget ni cowo 😭
TBC
Terimakasih 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cool Husband [REVISI]
Teen Fiction⚠︎ TAHAN EMOSI ⚠︎ Bagaimana jika kalian dituntut untuk bertanggung jawab padahal tak membuat kesalahan apapun. Itu yang dialami oleh Keano Sanjaya. Karena keadaan ia diharuskan menikahi gadis yang tengah hamil dan itu merupakan perbuatan adiknya sen...