23. Menyakitkan

74.8K 7.2K 110
                                    


Happy Reading
Tandai Typo




Setelah mengetahui fakta itu Tesa langsung pergi tanpa pamit. Suasana hatinya tidak karuan, rasanya sangat menyesakkan dada. Sekarang ini posisinya berada disebuah taman yang tak terlalu jauh dari rumahnya. Ia membutuhkan waktu sediri jadi taman ini yang menjadi pilihannya.

Tesa duduk di kursi yang tersedia di sana. Ia menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembusnya.

Dia bukan cucuku! Dia hanya anak pungut yang tak jelas asal-usulnya.

Kata-kata itu terus berputar di pikirannya. Air matanya kembali menetes.

"Kenapa seperti ini, masalah apa lagi yang harus aku terima?

"Aku pikir masalahku udah selesai, ternyata—"

Tesa menjeda ucapannya lalu ia menunduk dengan air mata semakin deras.

"Hiks... Aku nggak tau dimana orang tua ku. Aku nggak punya siapa-siapa lagi."

Tangannya meraba perutnya, tinggal dia dan dirinya sekarang.

Beberapa saat kemudian ada pesan masuk di ponselnya.

Kean
Lo dmn?
Gue jemput

Me:
Enggak usah, aku udah mau pulang

Setelah mengirim pesan itu, kemudian Tesa bangkit dari duduknya. Tidak lupa tangannya menghapus jejak air mata di pipinya. Dirasa sudah lumayan tenang, ia pun langsung beranjak pergi dari taman itu untuk mencari bus. Semoga saja masih ada.

°°°°°°

Akhirnya Tesa pun sampai di rumah. Ketika berada di teras, matanya melihat mobil hitam yang terparkir di halaman depan.

Mungkin ada tamu pikirnya, lalu ia pun masuk melanjutkan langkah untuk masuk kedalam.

Ketika diruang tamu samar-samar ia mendengar seseorang yang sedang mengobrol di ruang tengah. Tesa pun mengintip, ternyata di sana ada Aril, Faishal dan juga Kean.

"Perasaan lo ke Tesa gimana?" Tanya Aril.

"Gimana apanya?" Jawab Kean kurang paham.

"Ck! Lo itu suka atau cinta nggak sama istri lo?" Jawab Aril kesal. Temannya ini pura-pura bodoh atau memang sengaja.

"Nggak." Jawabnya asal.

Dari tempatnya, Tesa merasa sedikit kecewa. Suasana hatinya yang tidak baik karena masalah keluarganya menjadi semakin buruk ketika mendapati jawaban seperti itu dari mulut Kean. Dirinya tersenyum miris.

Mencoba untuk terlihat biasa saja, Tesa pun melanjutkan langkahnya kedalam.

Ketiga cowok itu langsung melihat ke arahnya. Ia tersenyum canggung ke arah Aril dan Faishal. Setelah itu beralih menatap Kean.

"Aku ke atas dulu, ya." Katanya lalu diangguki oleh Kean. Selanjutnya Tesa langsung menaiki tangga menuju ke kamar.

Setelah memastikan Tesa tidak ada di sana, Faishal pun berujar.

"Gue sebagai sahabat cuma mau nyaranin, kalo lo tetep pertahankan pernikahan ini. Soal Amanda biar gue nanti coba jelasin ke dia. Dan gue harap lo bisa berpikir yang sama kayak gue." Jelas Faishal panjang lebar.

"Dan inget pesen adek lo." Imbuh Aril.

Kean sendiri tidak menolak masukan dari kedua temannya itu. 

✿✿✿

Aril dan Faishal pulang sekitar jam setengah enam sore tadi. Saat ini jarum jam menunjukkan pukul tujuh malam. Setelah menunaikan kewajibannya, Kean langsung pergi ke dapur untuk mengambil minum. Ketika kembali lagi ke kamar, terlihat Tesa sedang duduk di pinggir kasur.

Ia langsung menghampiri perempuan itu karena samar-samar terdengar suara isak tangis.

"Kenapa?" Tanyanya.

Seketika Tesa langsung terkesiap, buru-buru dia menghapus jejak air matanya. Setelah itu menatap ke arah Kean.

"Nggak apa-apa." Jawab Tesa dengan senyum yang dipaksakan.

"Gak usah bohong." Ujar Kean. Ia tau jika Tesa sedang tak baik-baik saja. Ia menduga itu sejak Tesa pulang sore tadi, matanya terlihat sembab.

Perempuan itu menjawab dengan gelengan kecil, lalu menunduk lagi. Kean pun ikut duduk disebelahnya.

"Cerita sama gue."

Tesa lalu mendongakkan kepalanya dan menatap manik coklat milik cowok dihadapannya itu. Dan jawabannya pun sama lagi.

"Aku nggak apa-apa, kelilipan debu tadi."

Tentu saja Kean tidak semudah itu untuk dibohongi, ia tetap mendesak Tesa untuk bercerita.

"Lo tau kan kalo bohong itu dosa, apa lagi sama suami."

Perempuan disampingnya itu tetap bungkam.

"Lo mau jadi istri durhaka—" Belum juga ia menyelesaikan ucapannya namun sudah dipotong oleh Tesa.

"Aku bukan anak kandung mereka."

"Aku anak pungut."

"Nggak jelas asal-usulnya."

Sekuat apapun untuk terlihat baik-baik saja, pertahanannya tetap runtuh. Semakin dia menahan tangis itu, kepalanya semakin terasa sakit dan pusing.







TBC


Haii borr 🌷😔

My Cool Husband [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang