4. Nikahi Dia

90.8K 8.6K 69
                                    


Happy Reading
Tandai Typo




Jam menunjukkan pukul empat sore. Jenazah Zeo pun sudah dimakamkan beberapa menit yang lalu. Di pemakaman hanya tinggal keluarga dan kerabat terdekat. Teman-teman Zeo pun sudah pulang.

Lisa sendiri masih terduduk di samping makam putranya itu. Pandangannya kosong, Bram mendekati istrinya.

"Udah Ma, ikhlasin. Kalau Mama sedih, di sana Zeo malah nggak tenang."

"Mama masih enggak percaya kalo Zeo ninggalin kita secepat ini."

"Husst, ini udah kehendak Tuhan. Sekarang kita pulang dulu, masih ada masalah yang harus segera diselesaikan." Ujar Bram.

Dengan berat hati, Lisa mengangguk. "Ke, antar Mama kamu ke mobil." Pinta pria itu.

Tanpa sepatah kata, Kean langsung menuntun pelan mamanya ke mobil yang terparkir di depan area TPU.

°°°°°°

Sekitar sepuluh menit yang lalu, Bram, Lisa dan Kean sudah sampai di rumah. Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang keluarga. Lisa memulai pembicaraan terlebih dahulu.

"Anak itu gimana Pa? Dia masih sangat muda, seharusnya dia menghabiskan masa ini seperti remaja seusianya." Ucap wanita itu dengan perasaan iba.

"Cuma ada satu solusi yang terbaik untuk masalah ini." Jawab Bram lalu menatap putra sulungnya.

Lisa tahu maksud dari omongan dan tatapan suaminya itu ke Kean. Sedangkan sang empu yang ditatap tak menunjukkan respon apapun.

"Kean."

"Kamu, nikahi perempuan itu."

Hening tak ada jawaban, sementara Lisa hanya akan ikut keputusan suaminya. "Ini jalan satu-satunya, sekarang kita ke rumah gadis itu."

Keputusan sudah bulat, Bram telah memikirkan ini dengan sangat yakin. Pria itu bangkit dari duduknya lalu melangkah ke kamar. Disusul oleh Lisa, namun sebelum beranjak pergi, dia menepuk pundak putranya dan tersenyum.

Entah kenapa Kean sama sekali tidak menolak keputusan papanya barusan. Lalu dengan langkah gontai ia juga memutuskan untuk ke kamar.

✿✿✿

Keluarga Sanjaya sudah sampai di depan rumah seseorang, Bram mengetok pintu tersebut.

Tok!tok!tok!

Tak lama kemudian pemilik rumah keluar. Bram langsung bertanya.

"Dengan keluarga Tesa Adhsila?"

"Iya saya Ayahnya, maaf siapa ya?" Tanya Jordi —ayahnya Tesa.

"Sebaiknya kita bicara nya di dalam saja." Saran Bram. Jordi pun menyetujuinya dan mempersilahkan mereka masuk.

Saat ini kedua keluarga telah berada di ruang tamu. Diana datang sambil membawa nampan berisi minuman.

Karena sama sekali tidak melihat keberadaan Tesa, Lisa pun bertanya. "Maaf sebelumnya Tesa nya dimana?"

"Pergi pamitnya mau jenguk temannya. Terus telfon lagi katanya mau mampir dulu ke toko buku. Sampai sekarang belum pulang, sudah coba saya telfon tapi hp nya mati." Jelas Diana dengan raut khawatir.

Lisa langsung menengok kearah suaminya.

"Biar anak saya yang mencarinya." Ujar Bram lalu menatap ke Kean.

"Kean kamu cari Tesa dan ajak dia pulang." Cowok itu mengangguk kemudian pamit.

Sementara para orang tua akan membicarakan tentang masalah ini.

°°°°°°

Kean tengah mengendarai mobilnya menuju toko buku terdekat. Beberapa saat kemudian mobil itu sudah sampai. Ia turun lalu masuk ke dalam toko itu. Namun di sana sepi tak ada pengunjung. Segera ia kembali ke mobil.

Disaat memikirkan dimana kemungkinan perempuan itu berada, Kean teringat satu hal saat di rumah sakit. Dia tiba-tiba berlari kearah luar gedung. Diam-diam ia ikuti kemana dia pergi, namun saat di luar ia tidak lagi melihat perempuan itu. Ia kehilangan jejak.

Akhirnya Kean memutuskan untuk mencari di sekitar toko buku itu. Ia melewati jalan yang luamyan sepi.

Ketika mengedarkan pandangannya, tanpa sengaja ia melihat seorang gadis tengah berdiri di dekat jembatan. Ia tak berpikir kalau itu bukan manusia, karena ini jalan sepi.

Ketika memastikan lagi pengelihatannya, sepertinya ia tidak asing dengan baju yang dikenakan gadis itu. Seperti telah mengingat suatu hal, langsung saja cowok itu turun dari mobil.

°°°°°°

Sedari tadi Tesa berjalan tak tentu arah. Ia sudah menelfon bundanya bahwa akan ke toko buku sebentar, tapi itu hanya alibinya saja. Padahal saat ini ia tengah berjalan di trotoar seorang diri

Setelah lumayan jauh berjalan Tesa berhenti di pinggir jembatan. Ia memejamkan matanya sebentar lalu menarik nafasnya panjang.

"Kenapa Tuhan ambil orang yang menjadi satu-satunya harapan ku. Kenapa dunia ini nggak adil." Ucapnya lirih, air mata kembali menetes deras.

Ia menundukkan kepalanya, dibawah terdapat sungai yang airnya mengalir deras. Tiba- tiba terbersit dipikirannya jika tubuhnya terjatuh ke sana, apa semua ini akan berakhir?

Namun sang empu menggeleng, mengusir pikiran buruk itu. Lalu tangannya mengelus perutnya pelan. Nggak, Aku harus bertahan demi dia.

Ketika Tesa mengelap air matanya, tiba-tiba ada seseorang yang mencekal tangan kirinya. Iapun melihat ke arah orang itu.

"Lo gila?!"




TBC

Terimakasih 💗

My Cool Husband [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang