22. Fakta Lama

73.5K 7.1K 127
                                    


Happy Reading
Tandai Typo




Setelah membantu sedikit pekerjaan bi Nani, kemudian Tesa siap-siap dan langsung menuju ke rumah Bundanya. Ia menggunakan taksi online untuk ke sana. Setelah beberapa saat kemudian ia sudah sampai di rumah yang sudah hampir satu bulan ini tak ia kunjungi. Rumah yang tak terlalu mewah namun sangat nyaman dan penuh kenangan.

Dengan senyum yang menghiasi wajahnya, Tesa melangkahkan kakinya menuju rumah itu.

"Assalamualaikum." Ucapnya ketika sampai di depan pintu.

Tidak lama kemudian ada suara anak laki-laki yang menjawabnya sambil membukakan pintu. "Waalaikumsalam."

"Kakak, ayo masuk," Lalu dua kakak beradik itu melangkah masuk ke dalam.

Ternyata Diana sedang menyiapkan makanan dan beberapa camilan. Tesa pun langsung menghampiri bundanya itu. "Bundaa."

Wanita itu menoleh. "Tesa, kapan datangnya?"

"Baru aja kok." Jawabnya diiringi senyum.

"Kamu nggak sekolah?" Tanya Diana.

Seketika Tesa menjadi sendu dan lagi lagi merasa bersalah. Diana pun langsung mengajak anak perempuannya untuk duduk di sofa.

"Maafin Sasa Bun, Sasa udah nggak sekolah lagi." Lalu menunduk takut.

Diana menggenggam tangan Tesa dan memberikan usapkan menenangkan dipunggung tangannya.

"Semua ini bukan kemauan kamu jadi nggak usah minta maaf." Mendengar hal itu hatinya sedikit tenang.

"Ayah mana Bun?"

"Lagi jemput Nenek, paling sebentar lagi sampai." Tesa mengangguk paham. Didalam hati ia berdoa supaya kali ini mendapat respon baik dari neneknya. Setelahnya dua perempuan berbeda usia itu kembali menuju ke dapur untuk menyiapkan makanan.

°°°°°°

Beberapa menit kemudian orang yang ditunggu-tunggu datang.

"Assalamualaikum." Ucap Jordi dan Bu Tari —ibunya.

"Waalaikumsalam." Jawab Diana, Vino dan Tesa. Mereka bergegas menghampiri dua orang itu dan mencium punggung tangannya.

Saat tiba di giliran Tesa, Bu Tari tak mau menerima uluran tangannya. Beliau malah bertanya ke adiknya.

"Vino, Nenek punya oleh-oleh buat kamu."

Mata Vino langsung berbinar. "Wahh mana Nek?" Bu Tari langsung menunjuk paper bag yang dibawa oleh Jordi.

Setelah itu mereka berjalan menuju ke sofa meninggalkan Tesa dan Diana. Sang empu itu menghela nafas sabar.

Sedikit cerita, kejadian seperti ini memang sudah biasa Tesa alami. Dari dulu Neneknya itu seperti tidak menyukainya. Ia sendiri juga bingung, apa yang membuat sang nenek bersikap demikian. Ia merasa tidak pernah membuat kesalahan yang fatal. Tapi walaupun sikap Neneknya begitu, ia tak marah. Malahan ia sangat sayang kepada Neneknya.

"Sabar ya sayang." Ucap Diana.

"Iya nggak apa-apa kok." Setelah itu Diana mengajak Tesa menyusul mereka di ruang
tamu.

Ngga apa-apa mulu, marah coba wkwk.

✿✿✿

Tak terasa sudah jam dua siang. Dari meja makan Tesa melihat jika Neneknya itu kesusahan untuk mengambil sesuatu di almari. Lalu ia pun menghampiri beliau.

"Ini Nek." Menyerahkan kotak berisi alat menjahit tersebut.

"Saya tak perlu bantuan kamu." Ujar Bu Tari sinis.

Tesa menghela nafasnya, dengan berani ia pun bertanya.

"Nenek kenapa selalu judes ke Sasa? Apa Sasa pernah berbuat kesalahan sampai Nenek marah?"

Wanita berusia sekitar enam puluh tahun itu berganti menatap Tesa.

"Kesalahan kamu itu karena berada di keluarga anak saya." Tegas Bu Tari dengan nada yang penuh penekanan. Setelah mengatakan itu beliau pun melangkah ke kamar.

Tidak dipungkiri jika hatinya merasa sakit. Ia kurang paham maksud ucapan neneknya itu. Lalu tiba-tiba terbesit dalam benaknya Apa aku bukan anak kandung? batinnya. Namun Tesa langsung mengusir pikiran itu. Lalu dia pun pergi ke kamarnya.

°°°°°°

Karena sudah sore Tesa memutuskan untuk pulang, takutnya nanti Kean marah kalau dirinya pulang malam. Setelah mengambil tas kecilnya, ia pun lalu keluar dari kamar dan menemui Ayah Bundanya untuk pamit.

Ketika didepan kamar tamu Tesa tak sengaja mendengar obrolan. Karena pintunya tak tertutup rapat jadi ia bisa melihat jika didalam kamar itu ada Ayah, Bunda dan Neneknya.

Ia merasa tidak sopan jika menguping pembicaraan orangtuanya, Tesa memilih untuk menemui adeknya saja. Namun ia mengurungkan niatnya untuk melangkah ketika mendengar namanya disebut oleh Ayahnya.

"Kenapa ibu nggak bisa coba untuk menerima Sasa. Dia itu juga anak aku sama seperti Vino." ujar Jordi. Sementara itu Diana tak bisa berkata apa-apa.

"Beda! Dia bukan cucu ku. Dia hanya anak pungut yang nggak jelas asal-usulnya." Sarkas Bu Tari.

Mendengar pernyataan itu seketika nafasnya tercekat. Tesa tidak bisa berkata apapun dan air matanya luruh begitu saja.

Dalam hatinya berujar jadi itu sebabnya selama ini nenek nggak suka sama aku.

Setelah itu tanpa pamit Tesa langsung berlari keluar rumah dengan suasana hati yang tak baik. Biar ia dikata tidak sopan, namun kini perasaannya lah yang lebih penting.








TBC

Terimakasih 💕

My Cool Husband [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang