Bab 8. Madinah-Istanbul

11 2 0
                                    

Vote & Comment

.....................

.

.

"  Jika engkau jodohku, aku akan menjadikanmu imamku seseorang yang akan ku cintai di dunia ini, cintaku padamu karena sang Rabb "

~Afrana Cynthia Alziz~

**

Setelah berada di Madinah dua hari yang lalu, akhirnya rapat terakhir di Madinah telah terlaksana. Wanita bercadar itu memasuki kamar hotel untuk mengistirahatkan dirinya karena besok dirinya akan take off, Madinah-Istanbul.

Afrana Cynthia Alziz, putri pertama dari Bramasta Alziz dan Prisa Azzahra Sutripto. Menjadi wanita karir di usianya yang masih terbilang muda dengan menjadi pewaris dari perusahaan sang Ayah, Alziz Company. 

Menjadi seorang yang mewarisi perusahaan karena adik laki-lakinya yang masih belum cukup umur untuk menjadi pewaris perusahaan.

Sebagai seorang kakak dan penerus perusahaan, Afra sangat bersikap dewasa dalam mengambil sebuah keputusan, dipikirkannya matang-matang terlebih dahulu sebelum ia benar-benar memutuskan sesuatu hal. Hal itulah yang membuat dirinya sangat di segani oleh perusahaan-perusahaan lain. Bahkan begitu banyak perusahaan-perusahaan yang ingin mengajukan kerja sama dengan Alziz Company. Namun, lepas dari itu pastinya ia selalu meminta masukan dari Ayahnya yang telah mengajarinya hingga bisa menguasai dunia sebuah perusahaan.

Siapa yang tidak mengenal Ayahnya yaitu Bramasta Alziz, seorang pendiri dari Alziz Company yang merintis perusahaan itu dari nol hingga bisa mencapai sebuah kesuksesan yang tak lepas dengan bagaimana perjuangan yang telah dilaluinya hingga bisa mencapai titik itu.

Baru lulus strata-1 dirinya sudah menjadi pewaris perusahaan, sedangkan adik laki-lakinya masih berada di bangku SMA sehingga belum bisa untuk menjadi penerus. Walaupun sebagai seorang wanita dengan cadar yang menutupi wajahnya, hal itu tidak menjadi penghambat untuk Afra dalam meniti karirnya di dunia perusahaan.

Di sela-sela istirahatnya Afra pun membuka layar kunci ponselnya dan menekan panggilan nomor yang tertera di layar ponselnya yang bertuliskan Umi, hingga terdengar dering dari ponselnya yang menandakan bahwa panggilannya masuk.

" Assalamu'alaikum Umi " Ucap Afra, setelah panggilannya diangkat oleh seseorang di seberang sana, seorang yang dia panggil dengan sebutan Umi.

" Wa'alaikumussalam Ra " Ucap Prisa Umi Afra.

" 'Afwan Umi, tadi Afra sedang rapat jadi gak pegang ponsel, jadinya Afra gak tau ada panggilan dari Umi " Jelas Afra, karena dirinya tadi sangat sibuk dengan rapat terakhir yang dilaksanakan di Madinah.

" Iya gak apa-apa nak "

" Iya Umi, ada apa ya Umi tadi nelpon ? " Tanya Afra.

" Soal perjodohan kamu nanti, apa kamu sudah menerimanya ?, Abi sudah bicara dengan sahabatnya dan alhamdulillah anak sahabat Abi sudah menerima perjodoha, dan Insya Allah beberapa hari ke depan mereka akan datang ke Istanbul " Jelas Prisa kepada putrinya, pasalnya Afra masih butuh waktu untuk memikirkannya saat beberapa hari lalu di beritahukan oleh Abinya mengenai perjodohan itu. 

" Soal itu yah Umi. Nanti Afra pikirkan lagi yah Umi, Insya Allah besok Afra take-off ke Istanbul baru Afra akan berikan keputusan Afra yah Umi " Ucap Afra meminta waktu kepada Uminya untuk ia memikirkan soal menerima atau tidaknya perjodohan itu. Karena dirinya yang masih berusia 22 tahun dan masih memimpin sebuah perusahaan. Mungkin sekitar 5 tahun lagi kemudian adik laki-lakinya Syam Afreza Alziz bisa memimpin perusahaan yang sedang di pimpinnya saat ini.

Di Dekap Purnama (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang