Vote & Comment
.....................
.
.
" Ketika hati seakan belum yakin untuk menerima, menolak bukanlah hal yang salah, hanya saja itu merupakan hasil pertimbangan yang sangat berat "
~Afrana Cynthia Alziz~
**
Mentari samar-samar masuk melalui jendela kaca kamar wanita yang telah siap dengan gamisnya serta hijab dan cadar yang ia gunakan, memantapkan hati untuk bercadar dan termotivasi serta mendapat dukungan dari Uminya Prisa yang juga indah dengan cadarnya. Afra pun turun ke lantai bawah menemui orang tuanya untuk membicarakan mengenai soal perjodohan.
Afra yakin dengan keputusan yang akan di ambilnya, dirinya berharap tidak salah dalam mengambil keputusan. Meyakinkan dirinya bahwa bagaimana nanti keputusan yang diberikannya kepada kedua orang tuanya, itu adalah yang terbaik.
Menuruni satu demi satu anak tangga, nampak kedua orang tuanya telah menunggu dirinya di ruang tamu. Apakah keputusannya ini sudah tepat ?, itulah yang terus menerus terngiang di kepala Afra disela-sela langkahnya menuruni setiap anak tangga.
Di ruang tamu hanya ada kedua orang tuanya, adiknya Naura sedang kuliah dan adik laki-lakinya Syam sedang sekolah, jadi di rumah tersisa dirinya dan kedua orang tuanya.
Dari ruang tamu Prisa tersenyum kepada putrinya, Prisa yang juga dengan cadar yang ia kenakan ia melangkahkan kakinya untuk menghampiri putrinya yang menurutnya berjalan sedikit lambat, ia tau mungkin ini adalah keputusan yang sangat sulit untuk putrinya apalagi di usia putrinya yang masih terbilang muda dengan karir sebagai penerus perusahaan yang saat ini ia jalani.
" Kok lemas gitu Nak ? " Ucap Prisa sembari menuntun putrinya untuk duduk di sofa ruang tamu.
" Afra gak apa-apa Umi " Jawab Afra menerima tangan Uminya dan duduk di sofa ruang tamu tepatnya didepan Bram sang Abi. Prisa pun beralih duduk di samping suaminya dan memandang putrinya dengan tatapan sendu.
" Afra... " Panggil Bram lembut kepada putrinya.
" Iya Abi " Jawab Afra.
" Bagaimana putri Abi, sehat ?. Bagaimana soal kerjasama dengan perusahaan di Madinah nak ? " Tanya Bram kepada putrinya mencoba untuk berbasa-basi terlebih dahulu sebelum putrinya menyampaikan keputusan yang telah ia tentukan mengenai perjodohan itu.
" Alhamdulillah Bi, Afra sehat. Alhamdulillah juga kerjasama dengan perusahaan di Madinah lancar Bi " Jawab Afra mulai sedikit tenang.
" Alhamdulillah " Jawab Bram, Prisa juga mengucapkan dengan lirih.
" Afra.. " Mendengar panggilan Bram, Afra pun langsung menaikkan kepalanya menatap sang Abi. " Apapun keputusan Afra, Abi dan Umi akan menerima nak. Jadi, Afra tenang saja yah, jangan jadikan ini sebagai beban bagi Afra yah nak "
" Baik Abi " Jawab Afra, seketika mutiara bening lolos dari sudut matanya. Prisa yang melihat itu langsung berdiri dengan cepat duduk di samping putrinya.
" Afra kenapa nak ? " Tanya Prisa sembari memeluk putrinya agar putrinya itu bisa tenang.
" Maaf Abi, Umi. Afra belum siap menerima perjodohan ini " Ucap Afra seketika itu ia pun sesegukan menahan air matanya yang semakin deras keluar dari sudut matanya dan langsung memeluk erat sang Umi.
Afra tidak bisa menahan kesedihan yang telah ia bendung sejak semalam, ia menangis sesegukan di pelukan sang Umi, pasalnya ini adalah pertama kali ia menolak keinginan Abi dan Uminya, itulah yang membuatnya tak bisa menahan kesedihannya.
Bram dan Prisa hanya bisa saling tatap setelah mendengar keputusan yang diberikan oleh putri mereka mengenai perjodohan yang telah mereka rencanakan, Prisa memberi memberi kode dan tersenyum kepada suaminya bermaksud untuk mengatakan untuk mengerti dengan keadaan Afra yang ternyata belum siap untuk menerima perjodohan itu.
" Udah, udah nak. Gak apa-apa, Abi dan Umi paham " Ucap Prisa mencoba menenangkan putrinya dan mengelus lembut kepala putrinya. Prisa sangat paham bagaimana perasaan putrinya tentang perjodohan ini, karena ia juga dulu pernah di jodohkan oleh Mami dan Papinya dengan anak temannya yang kini menjadi kakak iparnya karena menikah dengan kakak sepupunya Dara.
" Maafin Afra yah Umi " Ucap Afra semakin mengeratkan pelukannya kepada sang Umi.
Bram hanya memandang sendu kepada putrinya yang tengah menangis di pelukan istrinya, ia paham akan apa yang dirasakan oleh putrinya, mungkin perasaan belum siap itu karena usianya yang masih terbilang muda, apalagi dengan amanah yang ia berikan kepada putrinya untuk menjadi penerus Alziz Company.
Kini hanya satu yang dipikirkan oleh Bram, bagaimana caranya ia memberitahu sahabatnya Abi bahwa putrinya menolak perjodohan dengan putranya.
" Dek, kakak ke taman dulu yah " Ucap Bram pada istrinya. Mendengar ucapan suaminya Prisa hanya mengangguk paham, karena ia tau bahwa sulit juga bagi suaminya untuk mengatakan kepada sahabatnya tentang batalnya perjodohan itu.
Prisa menyerahkan kepada suaminya untuk mengatakan kepada sahabat mereka Abi dan Marwah, sedang dirinya lebih memilih untuk tetap di ruang tamu untuk menenangkan putri mereka.
Afra perlahan memandangi punggung Abinya yang semakin menjauh menuju taman, ia merasa bersalah seakan telah mengecewakan sang Abi dalam hal ini, tapi benar saja dalam hati serta perasaannya belum siap untuk menanggung dua tanggung jawab nantinya, yaitu tanggung jawab untuk mengurus perusahaan dan tanggung jawabnya sebagai seorang istri nanti.
***
Usai membicarakan soal perjodohan dengan kedua orang tuanya, dengan hasil akhirnya adalah ia menolak perjodohan itu. Afra pun memutuskan untuk jalan-jalan sejenak guna menenangkan pikirannya dan menyerahkan urusan pekerjaan sementara kepada Sarah sekretarisnya yang telah tiba dari Madinah.
" Pak kita ke cafe yang di pusat kota yah " Ucap Afra.
" Baik Non " Jawab Pak Ali dan melajukan mobil keluar halaman rumah menuju pusat kota Istanbul.
Suasana pagi hari pusat kota Istanbul sedikit ramai, mobil Afra melaju diantara mobil-mobil lain dengan udara yang sedikit terasa dingin masuk melalui jendela mobil.
Akhirnya mobil Afra pun sampai di depan cafe yang ada di pusat kota, tempat dimana ia membeli kebab untuk adik-adiknya semalam.
" Saya masuk dulu yah Pak, sebentar saya telpon bapak lagi buat jemput " Ucap Afra.
" Baik Non, kalau begitu saya permisi. Assalamu'alaikum "
" Wa'alaikumussalam " Pak Ali pun melajukan mobil meninggalkan Afra di cafe yang ingin di kunjunginya.
Afra melangkahkan kakinya masuk ke dalam cafe dan berharap pikirannya tentang perjodohan tadi bisa ia lupakan, pikirannya seakan sedang dipenuhi oleh itu sejak tadi.
Bahkan ia tidak pergi ke kantor saat ini karena hati dan perasaannya masih tidak tenang, hingga ia memutuskan untuk pergi ke cafe, berharap menemukan sesuatu yang sedikit bisa membuatnya tenang dan sejenak melupakan perihal perjodohan itu.
.
.
Perjodohan dibatalkan, bagaimana dengan Alwi ?
#Jaga_Iman #Jaga_Imun #Stay_Safe
Ikutin terus yah...
✏ ✏ ✏
Assalamu'alaikum. Alreaders.
Alhamdulillah. Bab 10.
~^_^~

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Dekap Purnama (ON GOING)
SpiritualMenolak untuk menjadi pewaris perusahaan sang ayah, Alwi Manras Abraham berkeinginan untuk menikmati sesuatu dari usahanya sendiri dan merintisnya dari nol. Hingga akhirnya ia bertemu seorang wanita yang menjadi pendamping hidupnya Afrana Cynthia Al...