Vote & Comment
.....................
.
.
" Masjid biru yang tampak begitu indah di pandang oleh mata, di tambah adanya engkau, keindahan yang di ciptakan oleh Allah yang telah hadir disini"
~Alwi Manras Abraham~
**
Semua tatapan mata kini tertuju pada Alwi, CEO Zehab Group hanya mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya pada Afra tentang siapa pemuda yang ada dihadapan mereka saat ini.
" Maaf jika saya mengganggu anda tuan, saya hanya perlu dengan kertas yang tepat dihadapan anda tadi " Alwi memutus keheningan dengan berucap, bahasa Turkinya sedikit lebih baik dibanding semalam ia belajar kembali bahasa itu.
" Ok. Tidak apa-apa " Jawab CEO Zehab Group.
" Bisa saya minta kembali kertasnya nona " Ucap Alwi meminta kertas miliknya yang kini ada ditangan Afra. Afra pun sedikit tergelak karena sedang membaca isi dari kertas putih itu.
" Bolehkah saya menyimpannya ? " Sontak Alwi membelalakkan matanya tak percaya dengan apa yang ia dengar. Alwi hanya menghembuskan napas pelan sembari mengangguk ragu.
" Kenapa anda ingin menyimpannya nona ? " Tanya Alwi usai ia mengangguk.
" Mungkin bisa dikatakan, saya juga merasakan apa yang ada dalam tulisan anda ini " Jawab Afra dan tersenyum dibalik cadarnya.
Alwi pun hanya mengangguk-angguk pelan mendengarnya, " Kalau begitu saya permisi, maaf mengganggu nona, tuan " Ucap Alwi pamit untuk berlalu.
Setelah Alwi meninggalkan mereka, keheningan pun terjadi beberapa menit hanya terdengar kicauan burung dari dahan-dahan pohon di taman Blue Mosque.
" Bisa kita lanjutkan Nona ? " Tanya CEO Zehab Group. Mendengar itu Afra pun tergelak dari lamunan singkatnya memandang tulisan pada kertas putih itu, sampai ia tidak sadar ternyata masih bersama CEO Zehab Group.
" Oh, tentu Mr. Zehab " Jawab Afra dengan tersenyum singkat dibalik cadarnya itu.
Mereka pun kembali melanjutkan langkah mereka, dan setelah itu CEO Zehab Group berpamitan untuk segera beranjak karena mereka telah selesai membicarakan tentang kerjasama perusahaan.
" Sarah " Panggil Afra, Sarah yang berada di belakang pun menyahut mendengar namanya disebut.
" Iya Bu " Jawab Sarah.
" Nanti kamu rangkumkan berkas-berkas kerjasama dengan Zehab Group. Saya ingin berkeliling sebentar di Blue Mosque " Ucap Afra. Sarah yang kini berada di samping Afra pun mengangguk mantap kemudian berlalu menuju mobil untuk merangkumkan berkas kerjasama yang di pinta oleh CEO-nya itu.
Afra pun jalan-jalan di taman tanpa ditemani oleh bodyguard. Tempat yang paling sering dikunjunginya adalah Hagia Sophia atau Aya Sofya, Afra melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam Aya Sofya yang sekarang sudah menjadi masjid karena tahun-tahun sebelumnya masih menjadi museum.
Mata Afra menangkap seisi Aya Sofya dengan perasaan takjub akan keindahannya, arsitekturnya yang begitu unik dengan tembok dan tiang yang terlihat kokoh padahal sudah berdiri ratusan tahun. Membahas tentang arsitektur, Afra jadi teringat pada kakak sepupunya yang bernama Nabila anak Paman Raka, wanita yang juga menjadi inspirasi Afra setelah Uminya untuk bercadar. Terkenal handal dengan kemampuan arsiteknya, kakak sepupunya sangat terkenal di negara Indonesia, bahkan negara-negara eropa yang seringkali mengundang dan meminta kerjasama dengannya.
Tatapan mata Afra masih berpendar memandangi setiap interior dalam dari Aya Sofya, hingga tak sengaja mata itu sepersekian detik berpapasan dengan tatapan seseorang yang juga sedang berada di dalam Aya Sofya. Seorang yang baru saja bertemu dengannya belum sampai sejam yang lalu.
" Assalamu'alaikum " Karena tak sengaja bertukar pandang walaupun hanya sepersekian detik, Afra pun mendekat dan memutuskan untuk menyapa lebih dulu dengan memberi salam dan tersenyum dibalik cadarnya.
" Wa'alaikumussalam " Jawab Alwi kaku. Untung saja siang ini Aya Sofya sedikit ramai, sehingga mereka terkesan tak berduaan, jarak keduanya pun begitu sangat terjaga.
" Sudah kali keberapa ya ketemu " Ucap Afra sedikit terkekeh dibalik cadarnya. Alwi yang mendengar itupun ikut terkekeh pelan.
Usai mereka terkekeh kecanggungan pun mulai terasa, tak ada yang memulai pembicaraan lagi, keduanya mencoba menutup kecanggungan dengan menatap isi dari Aya Sofya.
" Oh ya " Ucap Alwi yang memutuskan untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu.
" Iya, " Jawab Afra sedikit terkejut tapi tidak begitu kentara.
" Boleh saya bertanya sesuatu ? " Ucap Alwi ragu.
" Boleh, silahkan " Afra mempersilahkan Alwi untuk bertanya, meski sebenarnya ia ragu akan hal itu.
" Sebelumnya maaf, Kenapa kamu ingin menyimpan kertas yang saya tulis itu ? " Alwi langsung mengatakan apa yang ingin ketahui. Afra hanya sedikit terkekeh mendengar pertanyaan Alwi.
" Bukan apa-apa sih, hanya saja baru-baru ini saya mengalami sesuatu yang berkaitan dengan tulisan itu. Saya menolak sebuah perjodohan, " Jelas Afra sembari mengedarkan pandangannya kedepan, Afra bingung pada dirinya sendiri karena tidak biasanya ia menceritakan hal-hal pribadinya kepada orang lain selain sepupu-sepupunya.
Mendengar itu Alwi hanya tersenyum kemudian terkekeh pelan. " Kenapa ? ada yang salah, " Afra mengerutkan keningnya melihat Alwi yang terkekeh mendengar ucapannya.
" Gak, gak ada yang salah, sebenarnya saya juga mengalami hal itu, hanya saja bedanya saya bagian yang ditolaknya, " Ucap Alwi beralih memadang kedepan. Afra hanya tersenyum dibalik cadarnya, tidak menyangka ia bertemu dengan seseorang yang bernasib sama dengannya.
Diam, itulah yang kembali terjadi diantara mereka. Alwi pun mengingat satu hal, ia belum mengetahui nama wanita bercadar itu. Alwi pun memutuskan untuk menanyakannya.
" Ngomong-ngomong boleh saya tau na... ," Ucapan Alwi terpotong ketika dering ponsel Afra berbunyi.
" Maaf ya, saya angkat telpon dulu, " Ucap Afra kemudian sedikit menjauh.
Tak sengaja Alwi sedikit mendengar percakapan Afra ditelpon.
" Lia beneran ? kamu mau datang ke Istanbul ? " tanya Afra yang seolah tidak percaya dengan ucapan orang di telpon. " Ok deh, aku tunggu loh. Assalamu'alaikum. "
Setelah selesai menelpon Afra pun pamit untuk pulang lebih dulu pada Alwi. " Saya duluan ya, soalnya masih ada urusan lagi. Assalamu'alaikum, " Ucap Afra, Alwi hanya tersenyum mengangguk dan menjawab salam Afra.
Alwi kembali mengedarkan pandangannya pada keindahan isi dari Blue Mosque, seolah ada perasaan kecewa karena ia tidak mengetahui nama wanita itu, Alwi sontak menggeleng-gelengkan kepalanya seraya beristighfar mencoba menenangkan dirinya dan kembali mengamati setiap sisi Aya Sofya atau Blue Mosque itu.
.
.
✏ ✏ ✏
Assalamu'alaikum. Alreaders.
Alhamdulillah. Bab 14.
~^_^~
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Dekap Purnama (ON GOING)
EspiritualMenolak untuk menjadi pewaris perusahaan sang ayah, Alwi Manras Abraham berkeinginan untuk menikmati sesuatu dari usahanya sendiri dan merintisnya dari nol. Hingga akhirnya ia bertemu seorang wanita yang menjadi pendamping hidupnya Afrana Cynthia Al...